Narsistik dalam Teropong Islam

Narsistik dalam Teropong Islam

Narsistik dalam Teropong Islam

Suaramuslim.net – Merupakan kodrat dari manusia untuk dikenal oleh manusia lain. Berbagai macam cara dilakukan termasuk berswafoto. Namun, apabila berlebihan swafoto termasuk dalam gangguan narsistik. Mencintai diri secara berlebihan. Lalu, bagaimanakah Islam memandang narsistik ini?

Narsistik atau Narcisstic Personality Disorder menurut buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) adalah gangguan fungsi kepribadian (baik diri maupun hubungan interpersonal) dan ditandai dengan keberadaan sifat patologis dari kepribadian. Sedangkan dalam pandangan Islam, narsistik bisa disamakan dengan ujub atau bangga diri.

Kemudian, dijelaskan oleh Imam Al Ghazali bahwa ujub adalah kecintaan seseorang akan suatu karunia yang ada pada dirinya dan merasa memilikinya sendiri serta tidak menyadari bahwa karunia tersebut adalah pemberian dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat dimengerti bahwa baik narsistik maupun ujub adalah perilaku yang sama-sama tercela dan tidak disukai oleh Allah. Karena, jika seseorang memiliki sifat ujub, biasanya mereka akan menganggap orang lain lebih rendah. Ini tidak bisa dibenarkan dalam Islam karena semata-mata semua karunia adalah pemberian Allah subhanahu wa ta’ala.

Lalu, sudah menjadi sikap bagi seorang mukmin untuk selalu rendah diri. Seorang mukmin sudah seharusnya sadar bahwa semua yang ada di langit dan bumi termasuk karunia-karunia yang diberikan padanya adalah semata-mata dari Allah. Seperti disebutkan dalam penggalan surat Ali Imran (109) yang berbunyi, “Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan bumi dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.”

Oleh karena itu, setiap mukmin dan setiap manusia harus mengerti betul konsep karunia yang dihadiahkan pada dirinya masing-masing. Bukan semakin menambah kesombongan dan memandang orang lain lebih rendah dari dirinya, melainkan menguatkan ikatan iman antara ciptaan dan penciptanya.

Sementara itu, Allah dengan tegas berfirman membenci sifat ujub. Dalam Al Quran surat Al Luqman (18), Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Maka dari itu, sangat tak patut bagi seorang mukmin bahkan setiap manusia yang merupakan ciptaan-Nya berbangga diri melebihi ciptaan-Nya yang lain. Sifat ujub yang ada dalam diri akan membawanya pada jurang kebinasaan dan tergolong orang-orang yang merugi. Hal inipun juga telah disebutkan oleh Rasulullah dalam hadits riwayat Ath Thabrani yang berbunyi, “Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan, 1) tamak lagi kikir, 2) mengikuti hawa nafsu (yang mengajak kejelekan), dan 3) ujub (takjub pada diri sendiri).”

Karenanya, sebagai ciptaan-Nya sudah seharusnya membentengi diri dari sifat ujub. Sifat ini dibenci oleh Allah karena begitu banyak bahaya yang dapat dihasilkan dari memiliki sifat ini. Bukan hanya dapat merugikan orang lain namun juga dapat merugikan diri sendiri.

Kontributor: Ilham Prahardani
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment