New Normal Islami

New Normal Islami

Corona virus, karantina, physical distancing. Foto: Pixabay.com

Suaramuslim.net – Tahun 2020 adalah tahun dengan digit angka yang sama dan apabila dibolak-balik tetap berada dalam struktur yang sama pula dan menurut Jayabaya disebut dengan wolak walik e zaman. Suatu masa yang diindikasikan oleh Jayabaya akan terjadi suatu peristiwa perubahan besar. Dan ternyata benar, pada awal tahun 2020 terdapat peristiwa besar dunia berupa wabah pandemi yang kemudian mendorong seluruh masyarakat dunia untuk berubah, baik dalam perilaku maupun infrastruktur dunia.

Pandemi Covid-19 telah menjadi momok bersama seluruh masyarakat dunia, bukan karena ganasnya virus ini, melainkan proses penyebarannya yang sangat cepat dengan proses mutasi yang sangat variatif pula. Sehingga menjadikan virus ini mampu berpindah dan berevolusi dengan sangat banyak dan membuat karakter yang berbeda di setiap wilayah klaster penyebarannya dan menjadikan berbeda pula cara penanganannya.

Selain itu, dengan proses penyebaran virus yang sangat cepat ini, apabila menyerang seseorang dengan usia rentan dan memiliki riwayat penyakit yang kronis maka dampaknya bisa menjadi fatal. Sehingga dengan penyebaran virus yang sedemikian ini menjadikan dunia sebagai wilayah pandemi dan mendorong setiap negara untuk melakukan isolasi warganya dengan memperkecil interaksi sosial antar individu.

Konsekuensi atas tindakan ini adalah berhentinya aktifitas masyarakat termasuk aktifitas ekonomi yang berakibat pada kehidupan ekonomi dan kesejahteraan warga. Masyarakat dipaksa untuk menghentikan aktivitas ekonominya sehingga berdampak terhadap penghasilan mereka. Namun suasana seperti ini tentu tidak dapat terus dibiarkan, karena kebutuhan keluarga harus tetap terpenuhi.

Karena itulah penguasa di berbagai negara berpikir untuk menemukan kebijakan yang dapat menyelesaikan dua persoalan sekaligus yaitu penyebaran Covid-19 dan penanganan dampak ekonomi.

Salah satu kebijakan yang kemudian diambil adalah konsep new normal. Yaitu melakukan relaksasi atas pembatasan-pembatasan gerak yang selama ini dilakukan terhadap masyarakat, dengan memperkenankan kembali masyarakat beraktivitas dan mengggerakan roda ekonominya, tentu dalam suasana yang tidak senormal sebagaimana sebelum terjadinya wabah ini.

Inilah kemudian yang disebut dengan kenormalan baru (new normal), mengingat virus ini akan terus mengintai dengan segala bentuk mutasinya yang terus berkembang.

New normal sebagai dampak dari fenomena wabah covid, menegaskan akan pentingnya kebersihan dan kesehatan diri dan lingkungan, sejatinya telah diajarkan sejak awal oleh Islam dalam konsepsi ajarannya. Islam sebagai way of life saat ini telah menemukan ruang jawabannya. Bagaimana ajaran Islam mengatur semua ini?

Wudhu

New Normal menganjurkan masyarakat sering-sering mencuci tangan sebagai upaya pencegahan dari virus corona.

Tahukah Anda, bahwa Islam mengajarkan hal demikian jauh sebelum adanya virus apa pun namanya. Bahkan minimal lima kali dalam sehari, Islam menganjurkan umatnya untuk membersihkan dirinya dengan muatan nilai ibadah. Artinya aktifitas tersebut tidak hanya sekadar artifisial belaka, melainkan termasuk dalam nilai keyakinan yang sangat kuat dalam memberikan motivasi tindakan.

Sesungguhnya dalam Islam, membersihkan diri tidak hanya sekadar mencuci tangan, melainkan semua anggota tubuh yang terbuka melalui ibadah wudhu. Mulai dari menghirup air ke hidung (istinsyaq), membasuh wajah, membasuh tangan, mengusap air ke kepala dan telinga hingga membasuh kaki.

Bahkan cara membasuh pun diatur oleh Islam melebihi dari sekadar anjuran kesehatan dengan menggunakan air yang mengalir. Hal ini diajarkan Islam semenjak abad ketujuh sebelum dunia Barat dan kesehatan modern mengenal cara membersihkan diri.

Lebih jauh dari itu, ajaran Islam telah meletakkan konsep thaharah atau bersuci sebagai pembahasan awal dalam setiap kajian fikih dari para ulama sebelum menjelaskan konsepsi-konsepsi lainnya dalam aturan hidup seorang muslim. Jika demikian, mana yang lebih dahulu membahas persoalan kebersihan ini, Islam atau dunia barat “si penemu” virus corona?

Hal ini secara nyata bagaimana Islam sangat peduli dalam urusan kebersihan dan kesehatan diri. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu pintu masuk dari virus corona ini untuk dapat menyerang manusia adalah lewat saluran pernapasan. Sehingga Islam menganjurkan dalam berwudhu dengan menghirup air ke hidung (istinsyaq), membersihkan tangan dengan memasukkan jari-jarinya dengan menggunakan air yang mengalir. Bahkan seluruh anggota badan yang terbuka dan berinteraksi dengan udara luar, semuanya harus dibersihkan melalui cara berwudhu.

Adakah ajaran selain Islam yang mengajarkan cara membersihkan diri secara rutin minimal sehari lima kali ini?

Inilah kesempurnaan ajaran Islam dalam memberikan solusi bagi kebersihan dan kesehatan manusia yang dapat mencegah serangan virus apa pun. Perlu diketahui bahwa virus pada awalnya hidup di lingkungan yang kotor, dan Islam mengajarkan untuk membersihkan diri minimal lima kali dalam sehari dengan mekanisme wudhu dan salat.

Ibarat di depan rumah kita ada sungai yang mengalir dan kita mandi lima kali sehari di dalamnya, lalu masih adakah kotoran yang melekat pada diri kita? Artinya daripada sekadar membiasakan mencuci tangan maka tentu akan lebih bermakna dan bernilai sangat bermanfaat berkah manakala membiasakan dan membudayakan berwudhu.

Menutup aurat

Dalam new normal juga dianjurkan untuk memakai masker. Hal demikian sebenarnya telah diajarkan dalam Islam untuk menutup aurat. Bagi laki-laki auratnya adalah antara lutut dan pusar sementara bagi perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Namun sebagian pendapat menyebutkan bahwa wajah juga perlu ditutup dengan cadar untuk menjaga dari fitnah. Bahkan dalam Islam sangat dianjurkan menjaga pandangan. Sehingga dengan melindungi wajah adalah cara untuk menjaga pandangan.

Konsumsi halalan tayyiban

New normal juga mengingatkan dan sekaligus mengajarkan manusia dalam mengonsumsi makanan haruslah yang baik, bersih dan higienis. Islam menyebut konsep pola konsumsi yang demikian dengan istilah halalan tayyiban. Islam memiliki kepedulian tinggi terhadap pola konsumsi umatnya. Bahkan pola konsumsi berhubungan dengan persoalan keimanan dan membentuk pola pikir serta pola sikap serta berdampak terhadap masa depan mereka.

Ibadah dan zikir

New normal menegaskan pentingnya menguatkan imun tubuh. Islam dengan seluruh ajarannya memberikan dampak dan penguatan terhadap imun tubuh seseorang. Sebagaimana dipahami bahwa pikiran yang tenang dan bahagia akan mampu meningkatkan imunitas tubuh dan hal itu dalam Islam dapat diperoleh melalui aktivitas ibadah dan zikir.

Kesimpulannya, berbagai anjuran yang ditekankan dalam kehidupan new normal sesungguhnya adalah sangat berkesesuaian dengan ajaran Islam. Sehingga new normal sejatinya adalah kembali pada konsepsi ajaran Islam dalam mengatur kehidupan. Oleh karena itu new normal dapat disebut pula dengan Islamic New Life. Menjalankan perintah Allah sang Pencipta Kehidupan dalam menjalani kehidupan new normal tentu akan lebih bermakna dan bernilai ibadah (valueable) daripada hanya sekedar menjalaninya dengan alasan rasional kesehatan.

Mari kembalilah pada ajaran kehidupan Islam, Islamic New Life, in syaa Allah hidup menjadi berkah.

3 Juni 2020
Akhmad Muwafik Saleh
Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir Al Afkar, Dosen FISIP UB, Motivator Nasional, Penulis Buku Produktif, Sekretaris KDK MUI Provinsi Jawa Timur.
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment