Suaramuslim.net – Dalam artikel sebelumnya yang berjudul, “Menyelaraskan Sakinah, Mawaddah dan Rahmah”, kita sudah membahas, bahwasannya yang paling panjang cakupan umurnya atau modal terbesar agar rumah tangga langgeng hingga kakek nenek dan hanya maut yang bisa memisahkan keduanya adalah Rahmah.
Kalau sakinah adalah perasaan yang pasti diberikan Allah kepada dua orang yang menikah, mawaddah ada pengharum nuansa itu. Yang membuat cinta kian bergelora dan degup-degup mesra pada kedua pasangan. Tapi mungkin mawaddah bisa habis seiring berjalannya usia, maka di sinilah nuansa rahmah sangat diperlukan agar rumah tangga terus berada dalam limpahan keberkahan. Berbicara soal Rahmah, marilah kita belajar dari kisah cinta manusia paling agung Rasulullah saw. dan Khadijah al-Kubra.
Usia yang terpaut cukup jauh tak membuat Muhammad ragu sedikit pun untuk menikah dengan Khadijah. Tak cukup sampai di situ, meskipun Khadijah terkenal sebagai saudagar kaya, bahkan Rasulullah pun pernah bekerja kepadanya, namun sebagai tingginya bentuk penghormatan kepada Khadijah, Rasulullah pun memberikan mahar berupa 20 unta merah, yang nilainya setara dengan 500 juta.
Dan Muhammad saw. memang tak salah pilih. Khadijah terbukti mampu menjadi pendamping yang tak sekedar melayaninya sebagai seorang istri. Namun juga mampu memberinya belaian-belaian psikologis yang mampu membangkitkan semangatdan konfidensi sang suami. Bayangkan fragmen peristiwa yang terjadi setelah Muhammad diangkat menjadi nabi ini.
Muhammad saw tiba-tiba kembali dengan tubuh gemetar. “Selimuti aku! Selimuti aku!” Ujarnya, sambil terus menggigil. Penuh kasih sayang Khadijah menyelimutinya hingga Muhammad merasa nyaman, dan rasa takutnya pun mereda. Beliau menceritakan semua yang telah terjadi. ”Aku khawatir pada diriku.” Kata Rasulullah.
Penuh kelembutan Khadijah menjawab, ”Tidak perlu khawatir, Allah tidak pernah menghinakanmu, sesungguhnya engkau orang yang menjaga tali silaturahim, senantiasa mengemban amanah, berusaha memperoleh sesuatu yang tiada, selalu menghormati tamu dan membantu orang-orang yang berhak untuk dibantu.”
Fragmen tersebut ternyata tersimpan kuat di benak Rasulullah. Ketika Aisyah memprotes beliau sebab masih saja mengingat khadijah meski sang istri telah meninggal, Rasulullah sangat marah dan berkata, ”Tidak, demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik darinya. Dia percaya padaku di saat semua orang ingkar, dan membenarkanku di kala orang-orang mendustakanku, menghiburku dengan hartanya ketika manusia telah mengharamkan harta untukku.”
Dari peristiwa itu, kita bisa membayangkan betapa kuat rahmah menaungi pasangan Rasulullah saw. dan Khadijah al-Kubra. Rahmah yang terus kuat membayang , mesti kematian telah memisahkan mereka. Wallahu a’lam bishawab.
Kontributor : Santy Nur Fajarviana*
Editor: Oki Aryono
*Pengajar di MIT Bakti Ibu Madiun