Suaramuslim.net – Manusia pilihan yang dimaksudkan di sini adalah para nabi yang bergelar Ulul Azmi. Ulul Azmi adalah sebuah gelar kenabian istimewa yang diberikan kepada para rasul yang memiliki kedudukan khusus karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa dalam menyebarkan ajaran tauhid. Dari 25 nabi yang wajib diketahui dalam agama Islam, terdapat 5 nabi yang mendapatkan gelar ulul azmi, yaitu Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS dan Muhammad SAW.
Sebuah penghargaan khusus dari Allah SWT ini termaktub dalam Al Quran:
“Dia (Allah) telah mensyari’atkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh, dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah kami wahyukan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada agama-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).”
Di balik kesuksesan para manusia pilihan sepanjang zaman tentulah ada para ibu pilihan pula di belakangnya. Para ibu yang melahirkan dan mendidik manusia pilihan Allah SWT, atas petunjuk Allah SWT secara langsung. Tidak semudah dan seenak membayangkan betapa gelar yang akan disandangkan pada putra-Nya nanti akan menjadikan putranya sebagai teladan bagi seluruh umat manusia kelak.
Jauh dari rasa itu, para ibu mulia ini tentu mengalami perjuangan dalam hidup yang tidak mudah pula. Ujian dan pembelajaran hidup yang mereka rasakan tentulah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pengorbanan yang mereka lakukan sebagai seorang ibu jugalah tidak ringan. Apalagi putra-putra mereka kelak adalah manusia pilihan Allah SWT yang mengemban tugas mulia ketauhidan. Tidak banyak catatan sejarah dalam menuangkan kisah luar biasa mereka dalam mendidik dan membesarkan putranya
Berikut akan diulas satu per satu para ibu manusia pilihan sepanjang sejarah Islam.
1. Ibunda Nabi Nuh AS
Nabi Nuh AS merupakan keturunan ke-sembilan dari Nabi Adam AS dan ke-tiga dari Nabi Idris AS. Ayahnya bernama Lamik bin Metusyalih bin Idris. Tidak ada catatan khusus siapa nama ibunda Nabi Nuh AS.
Menyiapkan seorang anak seperti Nabi Nuh AS merupakan karunia tersendiri bagi seorang ibu. Apalagi ternyata di kemudian hari dakwah yang diemban nabi Nuh sangatlah berat dan memakan waktu berabad-abad. Kesabarannya menggambarkan betapa agung dan mulia ibu yang melahirkan dan mendidiknya sebelum ia menjadi nabi dan rasul.
Al Quran menyebut Nabi Nuh AS sebanyak 43 kali. Ada surat yang menjelaskan bagaimana dakwah terhadap umatnya saat itu, yaitu surat Nuh.
2. Ibunda Nabi Muhammad SAW
Aminah binti Wahab adalah nama bunda Nabi Muhammad SAW. Ia berasal dari keluarga yang mulia dengan pembiasaan dan akhlak yang mulia pula. Pergaulannya terjaga, tidak seperti gadis kebanyakan pada masanya yang terkena budaya jahiliyah.
Banyak para bangsawan yang ingin mempersunting Aminah di saat itu. Namun hanya Abdullah yang menjadi pilihan Allah atas dirinya. Meski Allah SWT memanggilnya ketika Rasulullah berusia sangat belia, sekitar 5 tahun.
Ketabahan dan kesabarannya ketika suami tercinta (Abdullah) wafat ketika ia mengandung putra pertama dan terakhirnya, menjadikan contoh dan tauladan tersendiri bagi Rasulullah. Kunjungan ke makam ayah dan kenangan bersamanya yang hanya sedikit, terlukiskan pada jiwa Rasulullah yang penuh kesabaran dan bijaksana. Membuat Rasulullah memiliki penghargaan yang tinggi pada orang tua, meski bukan orang tua kandungnya.
Hal ini terjadi ketika Rasulullah diasuh oleh Halimatus Sa’diyah (ibu susu Rasulullah, sesuai tradisi pada masa itu), berikut ketika bersama kakek dan pamannya. Subhanallah, sungguh Allah SWT telah mempersiapkan seorang manusia pilihan zaman yang menjadi tauladan bagi umat manusia sepanjang masanya.
3. Ibunda Ibrahim AS
Nama lengkap Nabi Ibrahim adalah Ibrahim bin Aazar (Tarikh) bin Nahur bin Saruqh bin Ra’u bin Faligh bin Abir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Sam bin Nuh. Menurut Al Hafidz ibnu Asakir, ibunya bernama Amilah dalam kitab At Tarikh dari Ishaq bin Basyar al Kahily, penulis kitab al Mubtadi’. Sedangkan al Kalibiy berkata, ibunya bernama Buna binti Karbina bin Kartsi yang berasal dari Bani Arfakhsyad bin Sam bin Nuh.
Kegigihan ibunda Ibrahim untuk melindungi putranya saat itu sungguh patut dijadikan sebagai teladan. Raja Namrudz penguasa yang menghalalkan pembunuhan semua bayi hanya karena sebuah petunjuk atas mimpinya, sehingga membuat istri Aazar ini khawatir atas keselamatan bayinya.
Atas kuasa Allah jua, kehamilan yang dialami ibunda Ibrahim tidak terlihat dan pada suatu hari dia terasa akan telah tiba waktunya untuk melahirkan. Dalam ketakutan, ibu Ibrahim telah bersembunyi dan melahirkan anaknya di dalam sebuah gua yang bersebelahan. Selepas itu, ia meninggalkannya seorang diri di dalam gua.
Seminggu kemudian, dia bersama suaminya kembali ke gua tersebut dan terkejut melihat Ibrahim masih hidup. Selama seminggu, bayi itu menghisap celah jarinya yang mengandungi susu dan makanan lain yang berkhasiat. Sehingga ketika usia Ibrahim sudah mencapai usia 15 bulan dan tubuhnya yang seusia anak 2 tahun, kedua ibu bapaknya berani membawanya pulang.
Keberanian ibu Ibrahim dalam menyelamatkannya ketika masa itu mengantarkan keberaniannya dalam menentang penguasa-penguasa zalim dan berdakwah di jalan Allah. Sehingga pada saatnya mengharuskan dirinya masuk dalam kobaran api pembakaran. Namun, kembali lagi Allah menguji dan mengujinya terus hingga pengorbanan atas penyembelihan putranya sendiri, Ismail.
Kecintaannya pada Allah yang begitu besar, membuatnya selalu berani mengambil risiko atas keamanan bagi dirinya, seperti yang dilakukan ibunya.
Lanjut ke Halaman 2