Penegakan salat menumbuhkan peradaban baru

Penegakan salat menumbuhkan peradaban baru

Sholat Witir Tidak Pernah Ditinggalkan Rasulullah SAW

Suaramuslim.net – Salat bukan hanya berimplikasi hidupnya hati tetapi bangkitnya peradaban manusia. Dikatakan menghidupkan hati, karena dengan salat akan menstimulasi hati mengingat Sang Penggerak kehidupan. Dikatakan membangkitkan peradaban karena salat akan menciptakan kehidupan baru yang memberi manfaat bagi kehidupan.

Dengan kata lain, penegakan salat bukan hanya menjalankan perintah Allah untuk memperbaiki diri, tetapi untuk memberi manfaat bagi kehidupan sosial.

Efek salat dalam kehidupan sosial sudah dipraktikkan Nabi Ibrahim ketika menempatkan keluarganya di suatu tempat yang tandus, tidak ada kehidupan. Namun di tempat itulah lahir peradaban besar dan menjadi pusat tersebar kebaikan yang mendatangkan manfaat bagi kebanyakan manusia.

Keteguhan Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah salat telah menciptakan kehidupan baru dan bahkan menjadi pusat peradaban manusia. Makkah yang dahulu sebagai wilayah tandus dan tak menguntungkan bagmasyarakat, tiba-tiba berubah menjadi pusat peradaban Islam.

Dengan kata lain, ketika seorang hamba menegakkan salat, maka Allah akan menjamin kehidupannya, dan akan mengawal munculnya peradaban besar dan kokoh.

Salat menghidupkan hati

Dengan salat, hati manusia akan hidup karena hadir spirit ketuhanan dalam hidupnya. Salat akan menstimulasi hati untuk terus mengingat kebesaran Allah. Al-Qur’an merekam kepatuhan Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah.

Dalam logika akal manusia modern, Nabi Ibrahim bukan sosok suami yang baik. Betapa tidak, sebagai suami meninggalkan istri dan bayinya di tengah padang pasir yang tandus, dan tidak ada kehidupan. Bahkan Nabi Ibrahim dipandang sebagai suami tak bertanggung jawab karena membiarkan istri dan anaknya menjalani tantangan hidup sendirian.

Namun Nabi Ibrahim merupakan sosok yang bertanggung jawab. Beliau menyerahkan nasib diri dan keluarganya pada Allah, karena mampu mengalahkan emosi dirinya hingga mau tunduk dan patuh menjalankan perintah-Nya. Tidak mengkhawatirkan istri dan anaknya mati sia-sia. Namun Nabi Ibrahim yakin betul bahwa kepasrahannya yang utuh akan mendatangkan pertolongan Allah.

Di tempat tandus beliau meninggalkan istri dan putra tercintanya dan tidak ada kehidupan. Air sebagai penopang kehidupan tidak tersedia, manusia tidak ada yang menemaninya. Tanam-tanaman dan tumbuh-tumbuhan juga tidak tumbuh. Namun Nabi Ibrahim tetap teguh dalam menjalankan perintah-Nya.

رَبَّنَاۤ اِنِّيْۤ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَا دٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ ۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوْا الصَّلٰوةَ فَا جْعَلْ اَ فْـئِدَةً مِّنَ النَّا سِ تَهْوِيْۤ اِلَيْهِمْ وَا رْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ

“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Ibrahim: 37).

Kepada istrinya, Nabi Ibrahim hanya meninggalkan satu pesan, agar menegakkan salat. Pesan tunggal itu diyakini bisa mendatangkan kehidupan. Sebagai suami yang bertauhid, sangat yakin bahwa hidup ini ditentukan Allah. Seorang hamba yang pasrah dan patuh pada Allah, pasti Allah mengagungkannya, dan memberikan kehidupan yang mulia.

Salat memberikan inspirasi dan spirit untuk bisa bertahan menghadapi kehidupan. Bahkan salat bisa mendatangkan dan menciptakan kehidupan bagi orang lain. Sangat mengherankan apabila seseorang berani meninggalkan salat demi mendapatkan kehidupan. Demi mengejar harta kekayaan, mereka rela tidak melaksanakan salat berjemaah.

Penanaman nilai pada diri generasi muda harus diperkuat dengan melihat keteladanan Nabi Ibrahim yang sangat yakin bahwa Allah akan memberi kehidupan dan menjamin rezekinya mengalir dengan menegakkan salat.

Salat menginspirasi peradaban

Nabi Ibrahim dengan kepasrahan yang tinggi pada Allah, memberi pesan penting kepada istrinya untuk menegakkan salat di negeri yang tandus.

Totalitas kepasrahan itulah yang membuat Allah menggerakkan hati manusia untuk berkumpul, sehingga terhimpun kekuatan besar hingga menjadi pusat peradaban. Kepasrahan total itulah yang membuat Allah mengubah keadaan. Mengubah kehidupan yang tandus menjadi subur.

وَهُوَ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖ ۗ حَتّٰۤى اِذَاۤ اَقَلَّتْ سَحَا بًا ثِقَا لًا سُقْنٰهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَاَ نْزَلْنَا بِهِ الْمَآءَ فَاَ خْرَجْنَا بِهٖ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ ۗ كَذٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتٰى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

“Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (Al-A’raf: 57).

Berangkat dari kepedulian untuk menegakkan salat, maka seorang hamba yang tercukupi kehidupan individunya. Bukan hanya itu, Allah akan menggerakkan roda kehidupan yang tadinya mati, bumi yang sebelumnya gersang, dan tanah yang dahulunya tandus, bisa hidup hingga menjadi pusat peradaban.

Nabi Ibrahim sudah membuktikannya, istri dan anaknya bisa bertahan di tanah tandus dengan mewasiatkan untuk menegakkan salat. Allah akhirnya menggerakkan sumber air keluar tanpa henti, menggerakkan manusia untuk berkumpul, sehingga tercipta masyarakat yang hidup bersama.

وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِا لصَّلٰوةِ وَا صْطَبِرْ عَلَيْهَا ۗ لَا نَسْــئَلُكَ رِزْقًا ۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَا لْعَا قِبَةُ لِلتَّقْوٰى

“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (Ta-Ha: 132).

Allah merupakan Dzat Penjamin kehidupan dan pemberi rezeki bagi hamba-hamba-Nya sesuai dengan yang dikehendaki. Manusia yang dikehendaki Allah terangkat derajatnya akan mudah untuk melaksanakan amal ibadah. Akhir kehidupan seorang hamba yang taat dalam kepasrahan, akan terangkat derajatnya.

Surabaya, 6 Juli 2022

Dr. Slamet Muliono R.
Dosen Prodi Pemikiran Politik Islam
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Sunan Ampel Surabaya

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment