Penyadaran Publik Ala Nabi

Penyadaran Publik Ala Nabi

Ayo Kita Peduli!
Ilustrasi tangan yang bergandengan. (Ils: Dribbble/@Casey Peckio)

Suaramuslim.net – Hidup ini sejatinya adalah sebuah proses perubahan yang terus berlangsung tiada henti, never ending process.

Perubahan adalah bagian proses dinamisasi kehidupan, apabila dalam sebuah realitas kehidupan berhenti dalam melakukan proses perubahan maka itulah tanda berakhirnya sebuah kehidupan. Untuk itu perubahan sejatinya adalah sebuah fitrah kehidupan yang akan terus ada dan terus bergerak.

Setiap perubahan akan berhasil manakala masyarakat ikut berpartisipasi dalam upaya perubahan tersebut.

Partisipasi publik akan muncul apabila masyarakat memiliki tingkat kesadaran yang tinggi dan memahami dengan baik alasan mengapa mereka harus terlibat dari sebuah gerakan perubahan tersebut, bahkan puncak dari partisipasi adalah loyalitas. Artinya perubahan yang berhasil manakala masyarakat bersedia mengorbankan apa saja untuk sebuah perubahan itu bahkan mereka menganggap bahwa perubahan adalah kebutuhan mereka dan bagian dari hidup mereka sehingga rela berkorban dengan apa saja demi tercapainya perubahan yang diinginkan.

Rasulullah saw adalah sosok pribadi yang mampu mempersuasi sebuah perubahan menjadi kebutuhan hidup. Dari penyembahan kepada makhluk diubah menjadi menyembah kepada Allah swt, menjadikan infak dan sedekah sebagai tindakan yang menjadi kebutuhan. Demikian pula dari sikap individualis berubah menjadi kebersamaan dalam kejamahaan serta menjadikan dakwah dan jihad sebagai jalan hidup.

Tentu perubahan ini tidak hadir secara tiba-tiba melainkan membutuhkan proses membangun keyakinan, pemikiran dan tindakan berkesinambungan hingga menjadi sebuah budaya.

Demikian pula pada realitas masyarakat kontemporer, mengajak pada sebuah perubahan bukan hal mudah, membutuhkan waktu dan energi yang cukup agar mereka bersedia berubah.

Sebagai contoh mengubah perilaku sehat dengan sering mencuci tangan, pakai masker dan patuh pada protokol kesehatan dalam upaya pencegahan Covid-19, bukanlah persoalan yang mudah.

Bahkan di beberapa kota, seorang Pasien Dalam Pengawasan yang meninggal dunia dan seharusnya mereka dikubur dengan mengikuti prosedur tetap (protap) Covid-19 oleh para petugas kesehatan, bisa mengalami kegagalan fatal karena adanya penolakan masyarakat yang dapat mengancam jiwanya.

Beberapa hal yang patut dijadikan pelajaran dalam mempersuasi publik agar bersedia mengikuti perubahan baru sebagaimana yang diinginkan dengan belajar dari pendekatan ala Rasulullah antara lain:

1. Memberikan perhatian

Yaitu apabila kita ingin mempersuasi publik, maka cukup beri perhatian saja kepada publik karena sifat dasar manusia senang diperhatikan. Sehingga apabila seseorang secara personal telah merasa terpenuhi sifat dasarnya ini maka tentu akan dengan mudah terlibat berada dalam barisan perubahan.

2. Empati

Wujud memberikan perhatian haruslah berujung pada upaya berempati atas persoalan yang dihadapi oleh orang lain. Empati adalah jalan terdekat dengan diri seseorang sehingga manakala seseorang merasa telah merasa dekat maka sikap empati ini akan melahirkan simpati.

3. Motivasi

Untuk membangun partisipasi masyarakat, yang dilakukan Rasulullah adalah dengan memberikan motivasi kepada mereka.

Hal ini tampak pada hadis-hadis nabi yang bersifat fadhilah amal, keutamaan perbuatan.

Memberikan motivasi adalah cara mempersuasi orang lain untuk melakukan perubahan secara bahagia karena setiap perbuatan yang dilakukannya dimuliakan dan dianggap utama.

4. Berbuat baik lebih dulu

Rasulullah mengawali memberikan kebaikan kepada orang lain sehingga orang lain berupaya untuk membalas kebaikan pula.

Sebuah ungkapan mengatakan bahwa “Al Insan Abdul ihsan”, manusia adalah budak kebaikan. Artinya manakala seseorang diberi kebaikan maka dia tentu akan memberikan balasan berupa pengabdian atas orang yang memberi kebaikan itu.

5. Lembut hati

Menghadirkan kelembutan hati pada saat berinteraksi dengan orang lain karena kelembutan hati akan menghasilkan penerimaan.

Allah berfirman:

فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (Ali Imran: 159).

2 Juli 2020
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment