Sabar Untuk Diam

Sabar Untuk Diam

Artikel ini disarikan dari program Mozaik Suara Muslim Radio Network, Kamis (17/6/2021).

Suaramuslim.net – Sabar, tidak akan ada habisnya bila kita bahas. Karena sabar itu tidak ada batasnya. Seringkali kita merasa sudah sabar, tetapi ternyata masih banyak yang kurang.

“Hakikat sabar sebenarnya adalah kita sedang menuai kebaikan, sabar pasti pada akhirnya berujung pada kebaikan,” ungkap Ustadzah Choliliyah Thoha, Lc. M.Ag dalam program Mozaik Suara Muslim Radio Network, Kamis (17/6/21).

Ibnu Qoyyim mengatakan, sabar itu menahan lisan, dengan tidak berkeluh kesah kecuali kepada Allah, menahan hati agar tidak marah terutama pada takdir yang telah Allah tetapkan, serta menahan anggota diri dari perbuatan yang tidak baik.

Makna yang bisa kita ambil, kata Ustadzah Lia, sabar itu adalah saat lisan kita menahan dari perkataan yang tidak baik, hati kita bisa selalu ridho. Kemudian fisik kita juga selalu terarah ke jalan yang benar.

Intinya antara lisan, hati, dan fisik itu semua berkaitan dalam pengertian sabar ini. Yaitu sama-sama menahan dari hal-hal yang buruk. Karena banyak orang yang bisa menahan lisannya, tapi fisiknya masih belum bisa menahan. Ataupun sebaliknya. Jika ada yang kurang, maka belum dapat diartikan sebagai sabar yang sesungguhnya.

“Ciri-ciri orang sabar itu ketika ditimpa hal apapun dia selalu mengatakan innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Artinya dia betul-betul pasrah kepada Allah, dan yakin bahwa kita akan kembali kepada Allah pada akhirnya,” imbuh ibu tiga anak ini.

Sabar ini ada 3 macam. Yang pertama, adalah sabar dalam ketaatan. Salah satu dalilnya “Maka sembahlah Allah, dan bersabarlah dalam menyebah Allah.” Sabar dalam melakukan ketaan itu beratnya luar biasa. Musuh abadi kita yakni setan selalu menggoda kita di mana pun kita berada.

Kemudian yang kedua adalah sabar untuk meninggalkan kemaksiatan. Ini hampir sama beratnya dengan jenis yang pertama. Surga itu diliputi hal yang tidak disukai manusia, sedangkan neraka itu diliputi oleh yang disukai manusia.

Realitanya manusia zaman sekarang sangat dekat dengan hal-hal yang berbau maksiat. Namun jika kita berhasil menjauhi kemaksiatan maka balasan pahalanya luar biasa dari Allah.

Kemudian yang ketiga adalah sabar atas cobaan. Cobaan itu banyak sekali, seperti sabar saat dizalimi. Kemudian sabar ketika sakit, ataupun sabar saat kehilangan orang yang dicintai.

Allah memerintahkan sabar, dengan sabar yang baik. Sabar yang baik adalah ketika kita tidak banyak berkeluh kesah, tidak banyak bercerita kepada orang-orang tentang masalah yang dihadapi.

Sabar yang sesungguhnya ini adalah ketika kita berhasil menyembunyikan kesabaran itu sendiri.

Belajar sabar ini tidak cukup hanya dengan belajar pengertian sabar, tetapi kita juga harus mengambil ibrah dari sabar itu sendiri. Seperti mengambil pelajaran dari kisah-kisah para nabi terdahulu.

Kemudian juga meminta pertolongan kepada Allah, berdoa kepada Allah agar hati ini senantiasa terikat dengan-Nya dan bisa sabar hingga mengupgrade ilmu dan sering-sering bermuhasabah.

Buah dari kesabaran adalah pahala dan buah dari putus asa adalah dosa. Jadi mari kita petik buah yang berpahala saja. Jangan sampai kita sudah merasa sabar, tapi tidak masuk dalam kategori sabar yang sesungguhnya.

Sabar yang sebenarnya adalah diam, tidak mengumbar ke orang lain, dengan tetap mengusahakan atas segala musibah yang kita alami. Terus berdoalah selalu kepada Allah agar hati kita senantiasa dikuatkan untuk bersabar.

Kontributor: Sarah Syahida
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment