Selamat Datang Di Pertarungan Yang Sesungguhnya!

Selamat Datang Di Pertarungan Yang Sesungguhnya!

Ini Ucapan yang Benar Saat Lebaran
Ilustrasi Idul Fitri. (Ils: Novitasari/Siswi SMK Muhammadiyah 2 Surabaya)

Suaramuslim.net – Ramadan memang telah berakhir. Namun bukan berarti pelajaran Ramadan dan amaliyah selama Ramadan juga telah berakhir. Ramadan yang kita lalui sebulan lalu adalah satu episode dari perjalanan panjang yang akan kita lalui setelah ini.

Jika di awal Ramadan kita diminta untuk meluruskan niat seraya terus menguatkan semangat dalam menjalani ibadah, maka jika telah sampai di penghujung Ramadan seruan semangat itu tetap bergelora serta perlunya menjaga keistiqamahan atas apa yang telah dilakukan selama Ramadan.

Ciri seseorang yang berhasil puasa Ramadannya adalah keistiqamahannya dalam menjalankan amal kebaikan selama Ramadan di luar bulan Ramadan. Jika selama sebulan kita telah dilatih dengan menjalankan berbagai amaliah ibadah maka tentunya untuk mengetahui hasil dari latihan itu dapat dilihat pada hari-hari setelah bulan Ramadan.

Jika sebuah pelatihan yang dilakukan selama 3 hari maka dampak perubahan yang akan ditimbulkan dapat bertahan hingga 3 bulan setelahnya dan pada bulan yang ketiga pasca pelatihan maka seseorang akan kembali pada perilaku semula. Maka bagaimana kiranya dampak yang akan ditimbulkan jika pelatihan itu dilakukan selama sebulan penuh? Berapa lama dampak yang akan ditimbulkannya?

Oleh karena itu puasa Ramadan yang dilakukan selama sebulan penuh ini harusnya mampu berdampak lebih dari satu tahun semenjak lepas dari Madrasah Ramadan yang di dalamnya seorang mukmin mengikuti program pelatihannya tersebut dengan penuh kesungguhan, keikhlasan dan harap-harap cemas (imaanan wahtisaaban).

Ibarat seseorang yang selama sebulan penuh berada di dalam training center maka pertarungan sebenarnya bukanlah selama berada di dalam ruang dan masa training tersebut, melainkan pasca training center.

Pertarungan sebenarnya adalah saat berada di ring tinju atau lapangan hijau yang sebenarnya. Itulah 11 bulan setelahnya, mulai bulan Syawal hingga bulan Sya’ban yang akan datang.

Dalam pertarungan sebenarnya itulah segala tindakan akan hadir dalam realitas baik positif maupun negatif walau kecenderungannya tindakan negatif lebih menguasai realitas. Hal ini karena di luar Ramadan tindakan negatif itu seakan hadir tanpa penghalang. Sementara di bulan Ramadan terlalu banyak penghalang tindakan negatif tersebut dan penghalang terbesarnya adalah puasa itu sendiri.

Di realitas pertarungan yang sesungguhnya ini segala bentuk keburukan akan hadir secara lebih powerfull tanpa hambatan. Kesombongan, kebohongan, kedurhakaan, kezaliman, pengkhianatan, pertikaian, ketidakpedulian, egoisme, sikap hasud, balas dendam dan segala bentuk keburukan akan hadir kembali dengan sangat leluasa.

Media sosial yang mungkin selama Ramadan lebih terkendali dalam menyebarkan berita hasud, hoaks, ujaran kebencian karena orang relatif dapat menahan diri sebab dirinya sedang berpuasa. Maka pasca Ramadan penghalang itu (puasa) sudah tidak ada lagi. Sehingga orang akan merasa bebas untuk berbuat zalim dengan medsosnya. Na’udzubillahi min dzalik.

Pantaslah Ramadan selama sebulan penuh memberikan bekal terbaik kepada seorang muslim untuk membiasakan diri dalam kebaikan dan menahan diri dari keburukan. Ramadan telah memberikan bekal untuk mempersiapkan pertarungan yang sesungguhnya.

Apa saja yang telah dilatih selama Madrasah Ramadan?

Madrasah Ramadan telah mengajarkan kontrol emosi diri, menahan diri dari keburukan, melatih kesabaran, melatih kemampuan menjaga lisan untuk tidak mengumbar ucapan yang dusta dan sia-sia termasuk pula mengajarkan tangan untuk tidak mudah memviralkan setiap berita yang berdampak buruk.

Ramadan mengajarkan kepedulian, meningkatkan rasa empati dan semangat berbagi pada sesama. Ramadan mengajarkan hidup sederhana dan tidak berfoya-foya tamak pada dunia. Ramadan juga mengajarkan kejujuran dalam bersikap dan berkata-kata.

Semua pelajaran terbaik dari Madrasah Ramadan ini adalah sebagai bekal terbaik untuk menghadapi gempuran setan (baik yang berwujud jin ataupun manusia) pada sebelas bulan selanjutnya setelah Ramadan.

Sehingga apabila bekas yang ditinggalkan sangat kuat (karena kesungguhan ibadah saat Ramadan) maka tentu akan berdampak mampu menjadi tameng atau perisai bagi dirinya dalam menghadapi pertarungan kehidupan yang sesungguhnya. Itulah Nabi mengingatkan bahwa Ash shaumu junnah, puasa itu sebagai perisai.

Oleh karena itu, puasa Ramadan harus mampu meninggalkan jejak terbaik pada diri seseorang. Karena sejatinya sesuatu itu baru dianggap ada dan pernah ada manakala ada jejak atas sesuatu itu. Ibarat seseorang mengatakan bahwa di hutan itu ada harimaunya manakala ada jejak atau bekas atas keberadaan harimau tersebut. Apakah berupa jejak kaki, jejak ceceran darah, semak yang terkoyak, ataupun berupa suara auman. Namun jika semua itu tidak ada jejak maka cerita bahwa di hutan itu ada harimaunya tentu dongeng belaka.

Jadi, puasa yang kita kerjakan selama bulan Ramadan baru dianggap kita lakukan dengan benar manakala ada jejak atau bekasnya (atsar) dari puasa tersebut yang terus dikerjakan setelah Ramadan. Baik berupa amal ibadahnya (seperti puasa, qiyamullail, baca Al-Qur’an, berbagi, sedekah dsb), maupun berupa nilai-nilai substansial puasa Ramadan sebagaimana yang disebutkan di atas.

Selamat menghadapi pertarungan yang sesungguhnya dengan modal Madrasah Ramadan yang lalu dan semoga kita dapat menjalani dan memenangkannya di sebelas bulan yang akan datang.

Terima kasih Ramadan dan selamat datang Syawal.

 

Akhmad Muwafik Saleh
Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwir Al Afkar Tlogomas Malang, Dosen FISIP UB, Sekretaris KDK MUI Jawa Timur, Motivator Nasional Bidang Komunikasi Pelayanan Publik, Penulis 16 Buku Best Seller.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment