Suaramuslim.net – Pergantian bulan Ramadhan ke Syawal selalu saja ditandai dengan terdengarnya takbir. Seluruh masjid berlomba-lomba menggemakan takbir. Bagaimana bertakbir sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Takbiran, begitu masyarakat kita menyebutkannya. Kegiatan mengumandangkan takbir itu, dikemas beragam. Ada yang berinisiatif menggelar pawai keliling ada juga yang mengumandangkan dari masjid.
Waktu Mulai dan Berakhir Takbir
Pertanyaan yang sering muncul tentang waktu dimulai dan diakhiri mengumandangkan takbir sesuai yang dicontohkan Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wa sallam. Takbir Idul Fitri dikumandangkan mulai sejak pergantian hari dalam bulan Qomariyah, yaitu maghrib. Artinya, maghrib tanggal sudah berubah menjadi 1 syawal.
Allah berfirman, yang artinya: “…hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.” (Qs. Al Baqarah: 185).
Ayat ini menjelaskan bahwasanya ketika orang sudah selesai menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadlan maka disyariatkan untuk mengagungkan Allah dengan bertakbir.
Kemudian, Ibn Abi Syaibah meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar rumah menuju lapangan kemudian beliau bertakbir hingga tiba di lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai sholat selesai. Setelah menyelesaikan sholat, beliau menghentikan takbir. (HR. Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf 5621). Jadi, takbir dimulai sejak pergantian hari dalam perhitungan bulan qomariyah, saat maghrib. Dan diakhiri seusai sholat ‘id.
Waktu dan Tempat Takbiran
Pertanyaan berikutnya adalah, kapan bisa mengumandangkan takbir? Takbiran Idul Fitri dilakukan di mana saja dan kapan saja. Artinya tidak harus di masjid. Dalam hal ini, sangat dianjurkan untuk memperbanyak takbir ketika menuju lapangan. Karena ini merupakan kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat bersabda, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar rumah menuju lapangan kemudian beliau bertakbir hingga tiba di lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai shalat selesai. Setelah menyelesaikan shalat, beliau menghentikan takbir. (HR. Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf)
Kemudian, Dari Nafi, “Dulu Ibn Umar bertakbir pada hari ‘id (ketika keluar rumah) sampai beliau tiba di lapangan. Beliau tetap melanjutkan takbir hingga imam datang.” (HR. Al Faryabi dalam Ahkam al Idain)
Dan, dari Muhammad bin Ibrahim (seorang tabi’in), beliau mengatakan: “Dulu Abu Qotadah berangkat menuju lapangan pada hari raya kemudian bertakbir. Beliau terus bertakbir sampai tiba di lapangan.” (Al Faryabi dalam Ahkam al Idain)
Selain memiliki landasan syariat untuk dilakukan, takbiran menjelang hari raya Idul Fitri tiba merupakan takbiran seruan kebahagiaan umat Islam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Selain itu mengagungkan nama Allah subhanahu wa ta’ala tentu saja merupakan kalimat toyyibah, yang mudah-mudahan mengundang keberkahan dan ridho Allah subhanahu wa’taala. (muf/smn)