Tempat Bersejarah Saksi Bisu Kemerdekaan RI

Tempat Bersejarah Saksi Bisu Kemerdekaan RI

tempat bersejarah kemerdekaan RI
Sepenggal Sejarah di Rumah Laksamana Maeda (Dok. Indonesiakaya.com)

Suaramuslim.netMeski awalnya terdapat perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda namun akhirnya kemerdekaan Republik Indonesia tetap bisa diraih. Tahukah Anda bahwa para pejuang kemerdekaan melakukan persiapan kemerdekaan dibeberapa tempat yang kini, menjadi tempat bersejarah.

Berikut ini, merupakan tempat-tempat penting yang dulu digunakan untuk persiapan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Perkumpulan “Perapatan 10”  dan  “Menteng 31”

Siapa sangka sebuah gedung yang berlokasi di jalan Prapatan No. 10,  yang terletak dekat pasar Senen pada Jalan kembar Prapatan Kwitang, pernah mengukir sejarah sebagai tempat penggemblengan para pemuda-mahasiswa yang membidani lahirnya para pemimpin bangsa yang dikenal sebagai Angkatan 45. Para pemuda-mahasiswa inilah yang mendesak Sukarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Begitupun dengan sebuah gedung yang berada di kawasan Menteng No. 31 yang menjadi saksi bisu perdebatan panjang proses menjelang kemerdekaan Indonesia. Istilah “Perapatan 10” dan “Menteng 31” merupakan istilah markas yang mengatasnamakan pemuda-pemuda yang ikut serta merencanakan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 lalu.

Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI dan kemudian terjadilah peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikanadan Chaerul Saleh terhadap Soekarno dan Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945 pada pukul 03.00 WIB. Pada hari itu, Soekarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok, kabupaten Karawang.

Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan terutama setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.

Rumah Rengasdengklok

Salah satu peritiwa penting hingga akhirnya Bung Karno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia adalah kala para golongan muda seperti Sukarni, Chairul Shaleh, dan Wakani menculik Bung Karno dan Bung Hatta guna segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Kedua tokoh besar tersebut dibawa ke sebuah rumah di kawasan Rengasdengklok, milik seorang petani kecil keturunan Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong.

Meski namanya tak tertulis dalam sejarah namun dia meminta keturunannya untuk tetap menempati rumah tersebut karena di rumah tersebutlah salah satu sejarah penting bangsa ini terjadi dan dibuka untuk umum. Di ruang tamu rumah ini terpajang sejumlah foto para “Bapak Bangsa” bersama dengan foto sang pemilik rumah.

Kediaman Laksamana Maeda

Tidak jauh dari Taman Suropati, Jakarta, terdapat sebuah bangunan yang saat ini telah difungsikan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Gedung yang didirikan sekitar tahun 1920-an itu dibangun oleh arsitektur berkebangsaan Belanda bernama JFL Blankenberg. Berdasarkan catatan pengelola museum, bangunan Museum Perumusan Naskah Proklamasi didirikan di atas lahan seluas 3.914 m2 dengan luas bangunan mencapai 1.138 m2.

Gedung ini memiliki  peran penting dalam proses kemerdekaan bangsa Indonesia, gedung ini dulunya merupakan kediaman Laksamana Maeda yang menjadi tempat perumusan naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Kini, gedung ini dinamakan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang menyajikan kisah seputar detik-detik proklamasi kemerdekaan. Memasuki museum, pengunjung akan menemukan ruangan utama. Ruangan ini dahulu digunakan sebagai ruang diplomasi antara Indonesia dengan Belanda pascakemerdekaan RI. Pada sisi kiri pintu masuk, terdapat ruangan yang dahulu digunakan sebagai tempat merancang konsep teks proklamasi kemerdekaan, yang kemudian ditulis pada secarik kertas oleh Soekarno.

Di bawah tangga, terdapat sebuah ruangan kecil yang dahulu digunakan sebagai tempat Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi ditemani oleh BM Diah. Sementara, memasuki ruangan yang lain, pengunjung akan menemukan ruang pengesahan dan penandatanganan konsep naskah proklamasi.

Kontributor: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment