Tiga Sifat dalam Satu Pribadi; Ijtihad, Jihad dan Mujahadah

Tiga Sifat dalam Satu Pribadi; Ijtihad, Jihad dan Mujahadah

Beginilah Arti Hijrah Forever Sesungguhnya

Suaramuslim.net – Allah berfirman dalam surah Al Ankabut ayat 69.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Orang-orang yang bermujahadah di jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik.”

Ijtihad, jihad dan mujahadah itu berasal dari satu kata yaitu Al Juhd yang berarti bersungguh sungguh.

Jika bersungguh-sungguh dalam berpikir dan menggali ilmu namanya ijtihad.

Jika bersungguh-sungguh dalam urusan pembelaan agama seperti perang membela agama itu namanya berubah menjadi jihad.

Jika bersungguh-sungguh dalam urusan beribadah maka namanya berubah menjadi mujahadah.

Seorang muslim yang total bersungguh-sungguh dalam urusan sama Allah itu berarti ada tiga hal tersebut dalam jiwanya, ijtihad, jihad dan mujahadah.

Jika hanya ada jiwa ijtihad tanpa jihad dan mujahadah, maka ia akan lebih bersifat sekuler dan liberal dalam berpikir. Tidak ada takutnya kepada ancaman Allah yang menjual ilmu demi duniawi. Berilmu tapi enggan membela agama jika dihina. Dan berilmu tinggi tapi malas beribadah bahkan cenderung tidak taat kepada Allah.

مَنْ ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ هُدًى لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا

“Barang siapa ilmunya bertambah, namun tidak dibarengi dengan bertambahnya petunjuk (ketakwaan), maka ia semakin jauh dari Allah.”

Dan jika hanya ada semangat berjihad tanpa ijtihad dan mujahadah maka akan terkesan ‘ngawur.’ Membela agama tanpa ijtihad dan mujahadah itu tidak strategis dan akhirnya menemukan kekalahan, karena sejak awal bisa jadi keliru.

Adapun mujahadah tanpa diiringi semangat jihad dan berijtihad dalam ilmu, maka akan muncul fatalism yaitu semangat pasrah dan beribadah tanpa ilmu. Sehingga terkesan pula beribadah saja tanpa perhatian terhadap problematika umat, tanpa urusan politik, apa pun yang terjadi seolah tidak peduli.

So… Pribadi muslim seharusnya memiliki tiga hal itu dalam dirinya sehingga ‘FiiNa’ yaitu total kepada urusan Allah.

Sebagaimana contoh abadi Rasulillah Muhammad di waktu perang badar.

Strategi perang badar dengan pilihan tiga sahabat di mana Nabi memerintahkan Ali, Hamzah, dan Ubaidah bin Harits untuk maju.

Ubaidah berhadapan dengan Al Walid, Ali berhadapan dengan Syaibah, dan Hamzah berhadapan dengan Utbah. Bagi Ali dan Hamzah, menghadapi musuhnya tidak ada kesulitan. Lain halnya dengan Ubaidah. Masing-masing saling melancarkan serangan, hingga masing-masing terluka. Kemudian lawan Ubaidah dibunuh oleh Ali radhiyallahu ‘anhu. Atas peritiwa ini, Allah abadikan dalam firman-Nya,

هَذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ

“Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Rabb mereka (Allah).” (Al Hajj: 19).

Pilihan Ali melalui ijtihad dan itu adalah pilihan yang tepat. Dan setelah semuanya dipersiapkan Nabi Muhammad, beliau bermujahadah kepada Allah dengan berdoa sungguh-sungguh kepada-Nya.

اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِيْ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِيْ اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الإِِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِي الأَرْضِ

“Ya Allah Azza wa Jalla, penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla, jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini.” (Muslim).

Dalam riwayat disebutkan bahwa Nabi terus berdoa kepada Allah hingga selendang beliau jatuh dari pundak.

Abu Bakar datang dan mengambil selendang tersebut kemudian meletakkan kembali di pundak beliau.

Abu Bakar berkata, “Wahai Nabi Allah Azza wa Jalla, sudah cukup engkau bermunajat kepada Rabbmu dan Allah Azza wa Jalla pasti akan memenuhi janji-Nya.”

Kemudian turunlah firman Allah Azza wa Jalla:

إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu. Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (al-Anfal: 9).

Setelah itu Abu Bakar memegang tangan Nabi dan berkata, “Cukup wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, engkau telah berkali-kali memohon kepada Rabbmu.”

Kemudian Rasulullah segera mengambil baju besi dan terjun ke medan tempur seraya membaca firman Allah Azza wa Jalla:

سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ

“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” (al-Qamar: 45).

Banyak kisah peperangan Nabi Muhammad yang menggabungkan tiga hal di atas itu, seperti perang Uhud dan lainnya.

Juga apa yang terjadi seorang penguasa pada kekhilafahan Andalusia Spanyol yang bernama Abdurrahman An Nashir, beliau yang membawa Andalusia pada puncaknya. Itu semua rahasianya karena di dalam dirinya ada semangat ijtihad, jihad dan mujahadah.

Ia memiliki pendamping ulama besar yang bernama Al Mundzir bin Said Al Baluthi. Di saat Andalusia dilanda kekeringan maka khalifah Abdurrahman meminta ulamanya mengadakan salat istisqa. Maka ketika hal itu sudah siap diadakan dan semua masyarakat sudah kumpul ternyata khalifah tidak kunjung datang.

Syekh Al Mundzir pun akhirnya meminta seseorang untuk menjemput khalifah. Dan ketika khalifah dijemput ternyata ia lagi bersujud seraya berdoa kepada Allah dengan begitu lama.

Ketika itu disampaikan kepada syekh al Mundzir, maka beliau memerintahkan semua masyarakat bubar saja, karena sebentar lagi pasti hujan akan turun tersebab doa sang Khalifah. Dan Qodarullah memang setelah masyarakat bubar hujan pun turun dengan deras.

Syekh Al Mundzir pun berkhutbah di tengah hujan deras;

اذا خشع جبار الارض رحم جبار الساء

Apabila telah khusyu’ berdoa penguasa bumi, maka Penguasa langit akan merahmati.”

So.. jika tiga hal itu (ijtihad, jihad dan mujahadah) berkumpul dalam satu jiwa seorang muslim yang tergambar dalam kalimat FIINA, maka Allah akan memberikan;

1. Bimbingan jalan-jalan menuju kepada-Nya (Subulana). Yaitu jalan kemudahan dalam berpikir untuk selalu dapat menemukan solusi atas kesulitan, jalan kemudahan dalam membela agama-Nya dan jalan kemudahan menuju rida-Nya dengan ibadah salat, puasa, zakat dan lainnya.

2. Dibersamai Allah untuk selalu bukan hanya berbuat baik tapi berbuat yang terbaik.

Wallahu A’lam

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment