Suaramuslim.net – Jahil dan zalim. Suka berpecah belah dan suka memutus silaturahim. Berbuat syirik dan sesat. Beginilah kondisi mereka.
Lalu Allah mengizinkan terbitnya fajar baru dan cahaya yang menghapus kegelapan tersebut, Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Rabbnya menyifatinya dengan firman-Nya, “Dan sungguh engkau benar-benar berakhlak mulia.”
Allah mengumpulkan dalam dirinya berbagai kesempurnaan dan sifat-sifat mulia yang belum pernah didapatkan seorang manusia pun.
Telah dipastikan bahwa Muhammad adalah manusia yang paling lengkap akalnya, sebaik-baik jiwa, selapang-lapangnya dada, dan yang paling banyak rasa malunya.
Dia adalah orang yang paling berani, paling zuhud di dunia dan paling tawadhu’.
Dia membantu keluarganya, menjahit sendiri pakaiannya, dan melayani dirinya sendiri.
Dia mengunjungi kaum muslimin dan nonmuslim, menjenguk orang sakit dan mengajak mereka kepada kebaikan.
Intonasi bicaranya jelas, teguh prinsip, manusia yang paling adil dan paling lembut terhadap kaum dhuafa.
Bijaksana terhadap wanita dan anak-anak, kasih sayangnya meliputi bahkan sampai pada makhluk lain seperti binatang.
Bahkan nonmuslim yang jujur memuji kepribadiannya yang mulia.
Johan Goethe, pujangga dari Jerman berkata, “Kami orang Eropa dengan semua ideologi kami tidak pernah sampai pada apa yang sudah dicapai oleh Muhammad.”
George Bernard Shaw, pemikir dari Inggris berkata, “Dunia ini membutuhkan solusi seperti apa yang sudah dipikirkan Muhammad.”
Bahkan, sastrawan dunia, Tolstoy berkata, “Sungguh syariat yang dibawa Muhammad akan memimpin dunia karena keselarasannya dengan akal dan hikmah.”
Bagaimana cara “menolong” Nabi ini?
Kita harus mengetahui keutamaan dan posisinya. Kita harus menyebarkan keutamaan dan kemuliaannya di tengah masyarakat.
Kita berhukum dengan syariatnya dan mengamalkan perintahnya. Menjadi agen-agen ajarannya dan membela jika ada syubhat/tuduhan atasnya.
Bahkan seandainya tidak ada keutamaan dari Rasulullah kecuali dia sebagai pembawa risalah dari Rabb kepada hamba-hamba-Nya dan mengenalkan-Nya kepada mereka, sungguh ini keutamaan yang bahkan tidak bisa ditandingi dengan rasa syukur seluruh alam kepadanya, bahkan jika dilihat dari sisi kemanusiaan pun tidak akan mencukupi.
Dia menghabiskan kehidupannya hanya untuk menyampaikan kebaikan kepada umatnya. Tidak cukup sampai di sini, ia bahkan meminta Rabbnya agar memberi syafaat kepada umatnya pada hari kiamat.
Mahabenar Allah dengan firman-Nya: “Dan tidaklah kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (Al-Anbiya: 107).