Suaramuslim.net – Manusia akan tetap dalam kebaikan selama rasa malu masih terpelihara. Karena rasa malu itulah yang menyebabkan seseorang menjauhi maksiat, selalu dalam ketaatan dan kebaikan. Sebaliknya, jika sudah tidak ada rasa malu, kebaikan demi kebaikan akan meninggalkan kita.
Para ulama salaf banyak yang memberikan komentar atau tanggapan serta mendefinisikan tentang malu tersebut dengan berbagai varian definisi yang punya substansi sama meskipun pengungkapan kalimatnya yang berbeda.
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam kitab beliau Tazkiyatun Nafs, al-Hayaa’, (Malu adalah Turunan dari kata al-Hayaat/ hidup). Hati yang hidup, menurut beliau berarti pemiliknya juga memiliki rasa malu. Sifat malu yang dapat menghalangi seseorang dari berbagai perbuatan buruk. Hidupnya hati adalah penghalang dari keburukan yang dapat merusak hati.
Menurut penuturan Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah, Al Haya’ (rasa malu) diambil dari kata-kata hayat (kehidupan). Sehingga kekuatan rasa malu itu sebanding lurus dengan sehat atau tidaknya hati seseorang. Berkurangnya rasa malu merupakan pertanda dari matinya hati dan ruh orang tersebut. Semakin sehat suatu hati maka akan makin sempurna rasa malunya.
Hakikat rasa malu adalah suatu akhlak yang mendorong untuk meninggalkan hal-hal yang buruk dan kurang memperhatikan haknya orang yang memiliki hak. Intinya, malu tidaklah menghasilkan kecuali kebaikan dan dia tidaklah datang kecuali dengan membawa kebaikan pula.
Akibat Hilangnya Rasa Malu
Rasa malu pun bisa luntur dan pudar, hingga akhirnya lenyap (mati) karena berbagai sebab. Jika malu sudah mati dalam diri seseorang, berarti sudah tak ada lagi kebaikan yang bisa diharapkan dari dirinya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah salallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Perkataan pertama yang diperoleh oleh manusia dari perkataan kenabian adalah, ‘Jika kamu tidak malu maka berbuatlah sesukamu.” (HR. Abu Daud 4164 ).
Dapat dibayangkan, bila rasa malu itu telah luntur bahkan mungkin hilang dalam diri seseorang, segala perilakunya makin sulit dikendalikan. Sebab, dia akan melakukan berbagai perbuatan tak terpuji. Mereka akan mudah dikuasai oleh nafsu serakah. Orang yang sudah dikuasai nafsu serakah dan tidak ada lagi rasa malu dalam.
Berbagai macam kemaksiatan dan kemunkaran merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupannya sehari-hari. Tidak bisa lagi membedakan yang mana haram dan yang mana halal. Bahkan ada diantara orang yang berucap sekarang ini jangankan yang halal, sedangkan yang haram saja sudah sulit diperoleh.
Hilangnya rasa malu pada diri seseorang merupakan awal datangnya bencana pada dirinya. Hilangnya rasa malu dalam diri kebanyakan orang merupakan penyebab dari kehancuran iman, karenanya apabila dibiarkan berlarut-larut tanpa disadari oleh mereka maka ujung-ujungnya berakhir pada kemurkaan Allah Ta’ala.
Kontributor: Khoirun Nisa
Editor: Muhammad Nashir