Suaramuslim.net – Seorang musafir boleh mengqashar/memendekkan sholat yang berjumlah 4 rakaat menjadi 2 rakaat shalat dhuhur, ashar dan isya’ dan menjamak/menggabungkan dua sholat di satu waktu yang pertama /jamak taqdim atau di waktu yang kedua/jamak ta’khir.
“Jika kamu berpergian dimuka bumi, maka tidak ada dosa bagimu mengqashar shalat….” (QS An-nisa: 101)
“Bahwa Nabi SAW pada waktu perang tabuk, jika matahari telah tergelincir sebelum berangkat safar beliau menjamak antara dhuhur dengan ashar di waktu dhuhur, dan apabila telah berangkat safar sebelum tergelincir matahari beliau menta’khirkan dhuhur untuk dijamak dengan ashar di waktu ashar, dan demikian pula yang dilakukan untuk magrib dan isya’..”(HR Abu Daud dan Tirmidzi)
Waktu memulai mengqashar sholat
Para ulama sepakat bahwa seorang musafir baru diperkenankan untuk menqashar sholat, apabila ia telah meninggalkan kampungnya (al-jima’ karya Ibnu Mundzir).
“Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan sholat dhuhur di madinah 4 rakaat dan melaksanakan sholat ashar di Dzul Hulaifah 2 rakaat.“ (HRBukhari)
Cara mengqashar dan menjamak sholat
Apabila seorang musafir telah meninggalkan kampungnya dan tiba waktu sholat dhuhur, maka ia bisa menjamak mengqashar dhuhur dan ashar (secara berurutan) di waktu tersebut. Atau menta’khirkan hingga tiba waktu ashar. Kemudian menjamak sekaligus mengqashar dhuhur dan ashar di waktu ashar, demikian pula ia biasa melakukan hal yang sama untuk sholat magrib dan isya’.
Kondisi untuk menjamak atau mengqashar sholat dalam perjalanan
- Jika musafir dalam keadaan jalan pada waktu sholat yang pertama (dhuhur atau magrib) dan singgah pada waktu sholat yang kedua (ashar atau isya’) seyogianya ia menjamak sholatnya dengan cara jamak ta’khir. Menjamak seperti ini serupa dengan menjamak sholat di Muzdhalifah pada saat haji.
- Jika musafir singgah di waktu sholat yang pertama dan dalam keadaan jalan di waktu sholat yang kedua, maka seyogianya ia menjamak sholatnya dengan cara jamak taqdim. Menjamak sholat seperti ini serupa dengan menjamak sholat di Arofah waktu haji.
- Jika musafir singgah di setiap waktu sholat, maka yang sering dilakukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak menjamak sholat, melainkan sholat pada waktunya masing-masing dengan cara di qashar. Beginilah yang dilakukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di Mina pada hari Tarwiyah.
Sholatnya seorang musafir (orang sedang dalam perjalanan) di belakang mukim (orang tidak safar) dan sebaliknya
Seorang musafir diperkenankan untuk bermakmum kepada seorang mukim dengan kewajiban menyempurnakan sholatnya sebagaimana sholatnya imam. Dan sebaliknya seorang mukim diperkenankan untuk bermakmum kepada seorang musafir dengan kewajiban menyempurnakan sholatnya, yakni menambah 2 rakaat lagi jika imam salam.