Suaramuslim.net – Gangguan psikosomatik tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tapi juga anak-anak. Penyebab utama gangguan psikosomatik pada anak berawal dari sikap dan hubungan orang tua dengan anak. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang kesehatan mental keluarga memungkinkan anak-anak bisa mengalami gangguan psikosomatik.
Gangguan psikosomatik juga terjadi ketika kamu membaca berita tentang virus corona atau Covid-19, kemudian merasakan sakit sesuai gejalanya, padahal sebenarnya kondisi tubuh dalam keadaan normal.
Apa itu psikosomatik?
Psikosomatik adalah suatu kondisi atau gangguan ketika pikiran memengaruhi tubuh, hingga memicu munculnya keluhan fisik. Psikosomatik berasal dari dua kata, pikiran (psyche) dan tubuh (soma).
Gangguan psikosomatik ketika pikiran menyebabkan penyakit fisik
Dikutip dari alodokter, stres merupakan hal lumrah yang terjadi pada setiap orang. Namun, hati-hati jika stres dibiarkan karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk gangguan psikosomatik. Penyakit pun bisa bermunculan atau bahkan memperparah gejala atau keluhan fisik tertentu, seperti nyeri.
Psikosomatis terdiri dari dua kata, pikiran (psyche) dan tubuh (soma). Gangguan psikosomatis adalah penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh, di mana pikiran memengaruhi tubuh hingga penyakit muncul atau menjadi bertambah parah. Istilah gangguan psikosomatis digunakan untuk menyatakan keluhan fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor psikis atau mental, seperti stres dan rasa cemas.
Sedangkan dalam istilah psikologi, psikosomatis atau penyakit “fungsional” merupakan kondisi yang menyebabkan rasa sakit dan masalah pada fungsi tubuh, walaupun tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang seperti rontgen atau tes darah.
Bagaimana pikiran memengaruhi penyakit?
Seperti diketahui, pikiran dapat menyebabkan munculnya gejala atau perubahan pada fisik seseorang. Contohnya, ketika merasa takut atau cemas, bisa memunculkan tanda-tanda seperti denyut jantung menjadi cepat, jantung berdebar-debar (palpitasi), mual atau ingin muntah, gemetaran (tremor), berkeringat, mulut kering, sakit dada, sakit kepala, sakit perut, napas menjadi cepat, nyeri otot, atau nyeri punggung.
Gejala fisik tersebut disebabkan oleh meningkatnya aktivitas listrik atau impuls saraf dari otak ke berbagai bagian tubuh. Selain itu, pelepasan zat adrenalin (epinefrin) ke dalam aliran darah juga bisa menyebabkan gejala fisik di atas.
Hingga kini, bagaimana persisnya pikiran bisa menyebabkan gejala tertentu dan memengaruhi penyakit fisik, seperti ruam kulit atau darah tinggi, belum diketahui dengan jelas. Impuls saraf yang arahnya menuju bagian-bagian tubuh atau otak, diduga dapat memengaruhi sel-sel tertentu dalam sistem kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan timbulnya gejala penyakit. Tapi keseluruhan hal ini masih belum dipahami benar.
Dilansir dari berbagai sumber, ini fakta-fakta gangguan psikosomatik yang harus kamu tahu.
1. Berawal dari gejala psikologis yang memicu keluhan fisik
Psikosomatik biasanya berawal dari gejala psikologis, seperti stres, cemas, atau bahkan depresi. Terganggunya kesehatan mental kemudian memunculkan berbagai keluhan fisik. Mulai dari jantung berdebar-debar, gemetar, keringat dingin, sakit perut, sakit kepala, hingga sakit punggung.
Penyebabnya adalah peningkatan aktivitas sistem saraf dan pelepasan hormon adrenalin (epinefrin) ke dalam aliran darah. Keduanya menyebabkan penurunan kinerja berbagai organ serta melemahkan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, tubuh pun rentan terserang penyakit.
2. Banyak penyakit yang muncul akibat gangguan psikosomatik
Bahaya akan timbul pada seseorang yang mengalami stres berkelanjutan. Hormon adrenalin yang terlalu banyak akan mengganggu proses yang ada di dalam tubuh. Tidak mengherankan jika akhirnya timbul berbagai masalah kesehatan.
Di antaranya adalah masalah pencernaan, gangguan tidur, peningkatan atau penurunan berat badan, serta penurunan konsentrasi dan daya ingat. Atau yang paling parah adalah peningkatan risiko penyakit jantung.
Pengobatan psikosomatik
Dalam kasus gangguan psikosomatik, petugas layanan kesehatan tidak hanya fokus pada gejala fisik akibat psikosomatik. Akan tetapi dilakukan perawatan menyeluruh dalam menangani faktor mental dan sosial penyebab penyakit fisik yang dialami.
Meski dokter umum bisa menangani gejala psikosomatik yang bertujuan untuk mengatasi keluhan fisik yang dirasakan, sebaiknya penderita gangguan psikosomatik perlu konsultasi dengan psikiater.
Psikiater akan mengobati pasien dengan mendiagnosis dari berbagai aspek, termasuk durasi penyakit, tekanan lingkungan, kepribadian pasien dan lain-lain. Setiap keluhan fisik yang diderita akan ditangani sesuai dengan penyebabnya. Untuk keluhan psikologis akan dibantu dengan konseling menyeluruh, yang didukung oleh psikoterapi, berupa terapi pola pikir dan perilaku, untuk melatih respons seseorang terhadap situasi yang berat. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk mengurangi keluhan fisik yang dialami orang dengan gangguan psikosomatik.