Al-Qur’an, Bahaya Meremehkan Hidayah

Al-Qur’an, Bahaya Meremehkan Hidayah

Kiswah Multazam yang berada di Masjid Al Hidayah seluas 3.5 x 7 meter ini pernah dipasang di Kabah pada tahun 2013.

Suaramuslim.net – Allah sangat mengapresiasi seorang hamba yang bersegera memenuhi seruan-Nya, dan akan menambah hidayah sehingga mempermudah hamba itu memperbanyak amal kebaikan. Sebaliknya, Allah akan menutup pintu hidayah dan mengunci mati hati seseorang yang meremehkan hidayah-Nya, sehingga Allah membiarkan dia melenggang di jalan kesesatan dan condong berbuat maksiat.

Perbuatan maksiat merupakan pembiaran Allah karena meremehkan hidayah yang datang kepadanya.

Kesesatan, hilangnya hidayah

Sebagai Dzat yang Maha Bijaksana memberi peluang kepada siapa saja untuk memperoleh hidayah. Namun tidak semua hamba memanfaatkan hidayah itu untuk kebaikan dirinya, tetapi justru meremehkannya.

Al-Qur’an menjelaskan adanya seorang hamba menyia-nyiakan apa-apa yang bermanfaat baginya. Dia mampu melakukan kebaikan itu, namun meremehkannya. Karena sikap itu, Allah menyibukkan dirinya dengan apa-apa yang membahayakan dirinya. Bahkan Allah mengharamkan dia untuk mengambil manfaat dari apa-apa yang sebelumnya bermanfaat padanya.

Allah mencontohkan sikap orang Yahudi yang menentang kebenaran di saat hidayah datang. Sebenarnya mereka mengetahui kebenaran itu sebagai hidayah yang akan membawa kebaikan pada mereka. Karena keingkaran itu, maka Allah memaparkan babak akhir itu dengan firman-Nya:

وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوۡمِهِۦ يَٰقَوۡمِ لِمَ تُؤۡذُونَنِي وَقَد تَّعۡلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُمۡۖ فَلَمَّا زَاغُوٓاْ أَزَاغَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمۡۚ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Mengapa kamu menyakitiku, padahal kamu sungguh mengetahui bahwa sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu?” Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS. Ash-Shaf: 5).

Sebuah Sunnatullah ketika datang kesempatan berbuat baik namun tidak segera memanfaatkan kesempatan baik itu, maka Allah memalingkan hati itu, dan dibiarkan sibuk dengan amalan menyimpang. Pada akhirnya, Allah menutup hati mereka, dan membiarkannya berbuat apa saja. Akhir dari pembiaran Allah itu, maka mereka mudah berbuat fasik, dan sulit melakukan amalan kebaikan.

Allah juga menjelaskan karakteristik orang munafik yang mudah memalingkan hidayah yang datang kepadanya. Akibatnya, Allah memalingkan hati mereka dan membuatnya sulit berbuat baik, hingga mudah melakukan perbuatan menyimpang. Allah menjelaskan hal itu sebagaimana firman-Nya:

وَمِنۡهُم مَّنۡ عَٰهَدَ ٱللَّهَ لَئِنۡ ءَاتَىٰنَا مِن فَضۡلِهِۦ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

فَلَمَّآ ءَاتَىٰهُم مِّن فَضۡلِهِۦ بَخِلُواْ بِهِۦ وَتَوَلَّواْ وَّهُم مُّعۡرِضُونَ

 فَأَعۡقَبَهُمۡ نِفَاقٗا فِي قُلُوبِهِمۡ إِلَىٰ يَوۡمِ يَلۡقَوۡنَهُۥ بِمَآ أَخۡلَفُواْ ٱللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ

“Dan di antara mereka ada orang yang telah berjanji kepada Allah, “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami, niscaya kami akan bersedekah dan niscaya kami termasuk orang-orang yang saleh.” Ketika Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan berpaling, dan selalu menentang (kebenaran). Maka Allah menanamkan kemunafikan dalam hati mereka sampai pada waktu mereka menemui-Nya, karena mereka telah mengingkari janji yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.” (QS. At-Taubah: 75-77).

Allah menggambarkan sifat buruk orang munafik yang berjanji bersedekah sebagai bentuk syukur atas nikmat yang diperolehnya. Di saat Allah memberi kemampuan bersedekah, mereka justru kikir dan berpaling serta menentang kebenaran. Implikasi dari ingkar dari kebenaran ini, Allah menanamkan jiwa kikir itu hingga tak mau bersedekah sampai mati. Hal ini disebabkan karena mengingkari janji yang telah diikrarkannya sendiri.

Karena keingkaran inilah, maka orang munafik mudah menahan harta mereka hingga tak pernah bersedekah. Hartanya dipergunaan untuk berfoya-foya seperti berzina, berjudi, dan minuman keras. Tiga perbuatan ini terus menerus dilakukan hingga Allah mencabut nyawanya. Mereka sudah tak sempat bersedekah dengan harta tetapi hartanya justru dipergunakan untuk bermaksiat kepada Allah.

Betapa banyak kita lihat di masyarakat ketika seorang kepala rumah tangga sebelum dikaruniai anak, dan berjanji akan menjadikan dirinya saleh dan akan taat kepada Allah. Namun ketika anaknya lahir, lupa terhadap janjinya untuk taat kepada Allah.

Anaknya tidak menjadi perantara dirinya berbuat kesalehan, tetapi anaknya justru menjadi sarana kemaksiatan. Sedemikian sibuk dengan anaknya, sehingga nggak sempat membaca Al-Qur’an atau salat berjamaah. Anak inilah yang nantinya menjadi fitnah bagi diri dan keluarganya sehingga menjadi anak yang durhaka membuat dirinya putus asa dan menderita.

Di era wabah corona ini, kesempatan bagi elite negara, mulai dari presiden, pimpinan DPR, gubernur, bupati, wali kota, camat, hingga kepala desa untuk bahu membahu mengurangi dampak corona pasca kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Ketika negara sudah menginstruksikan membantu warga miskin untuk memperoleh bantuan, namun terjadi pengkhianatan, hingga dana bantuan tidak turun kepada yang berhak merimanya.

Kondisi yang demikian, Allah menutup hati para pengambil keputusan, sehingga warga miskin yang merasa hak-haknya dikhianati akan melampiaskan kekesalannya dengan cara mereka masing-masing. Situasi ini bukan hanya hilangnya kepercayaan rakyat pada para pemimpin, tetapi muncul sikap acuh tak acuh hingga muncul kekacauan dan huru hara sosial.

Allah sengaja membiarkan situasi ini karena ketika para pemimpin berkesempatan untuk berbuat baik, dengan kebijakan menolong warga miskin, namun disia-siakan. Bantuan uang atau barang tidak sampai kepada rakyat miskin, hingga Allah membiarkan rakyat membuat kekacauan di negaranya sendiri.

Surabaya, 5 Mei 2020

Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment