Amanah Generasi Penerus Bangsa

Amanah Generasi Penerus Bangsa

Amanah Generasi Penerus Bangsa

Suaramuslim.net – Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, begitulah kata Bung Karno. Memang, sebagai generasi penerus bangsa kita wajib menghargai jasa pahlawan. Bentuk penghargaan yang utama adalah menjaga dan merawat segala peninggalan yang diwariskan serta meneruskan amanah perjuangan.

Pada umumnya menjaga dan merawat peninggalan yang diwariskan dimaknai sebagai pemanfaatan secara optimal sumber-sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia. Sebagaimana semboyan “gemah ripah loh jinawi” yang selalu kita dengar selama ini. Namun, melalui tulisan kali ini penulis mengajak pembaca melihat sisi yang berbeda dari amanah yang diemban generasi penerus bangsa. Tak dipungkiri bahwa banyak kenikmatan yang diwariskan pasca kemerdekaan negeri ini membuat generasi bangsa banyak yang terlena. Tongkat dan kayu yang bisa jadi tanaman menjadikan generasi bangsa berada dalam zona nyaman. Padahal masih banyak amanah yang harus diselesaikan oleh generasi bangsa Indonesia.

Amanah mewarisi karakter para pahlawan dan meneruskan perjuangannya tak boleh dinomorduakan. Bahkan, ini menjadi modal utama dan pertama sebelum melaksanakan amanah mengelola sumber daya alam, dan sumber daya manusia Indonesia. Generasi bangsa harus sadar bahwa mereka memiliki pahlawan. Sadar bukan hanya sekadar tahu, sebab sadar adalah bersikap dan berperilaku. Sadar akan jasa pahlawan tak cukup dilakukan dengan menghafalkan nama-nama pahlawan, tetapi sikap dan perilaku para pahlawan juga harus ikut diteladani. Kecerdasan para ulama Indonesia, keberanian Bung Karno, kesederhanaan Mohammad Hatta, dan karakater baik pahlawan lainnya harus diwarisi generasi bangsa.

Problematika klasik dan kontemporer negeri ini merupakan suatu gambaran bahwa masyarakat Indonesia lupa akan esensi perjuangan para pahlawan dan tujuan bangsa ini didirikan. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa yang akan memegang kendali Indonesia kedepan harus sadar akan amanah yang diembannya. Ibarat nahkoda yang akan mengendalikan jalannya kapal ke suatu tujuan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh nahkoda tersebut agar tujuannya tercapai. Hal yang sama juga berlaku bagi pemegang kendali bangsa ini, generasi penerus bangsa harus mengetahui bagaimana menggerakkan bangsa ini agar cita-citanya terwujud.

Terdapat dua amanah mendasar yang perlu dipahami oleh generasi penerus bangsa, yaitu gemar membaca dan menulis.

Membaca dan menulis memang terkesan sederhana, maka dari itu tak sedikit yang meremehkan. Jika generasi penerus bangsa memahami dan mencari akar dari segala permasalahan yang dihadapi oleh negeri ini, mereka akan menemui bahwa membaca dan menulis menjadi intinya. Contohnya, permasalahan akan tingginya angka kemiskinan. Dalam diagram vicious circle of poverty (lingkaran setan kemiskinan), kemiskinan disebabkan oleh rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas ini menjadikan pendapatannya rendah sehingga menyebabkan ia tak mampu menabung dan berinvestasi. Rendahnya produktivitas ini memiliki korelasi dengan rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki.

Tingkat pengetahuan tak selalu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Sebab, tak semua orang yang berpendidikan tinggi memiliki banyak pengetahuan dan tak semua orang yang tak sekolah tak memiliki pengetahuan. Tingginya pengetahuan lebih banyak dipengaruhi oleh kemauan, kegemaran, dan kemampuan membaca seseorang. Dengan memiliki pengetahuan tinggi, seseorang diyakini lebih mampu produktif. Sebagai generasi penerus bangsa membaca tentu menjadi hal pertama dan utama untuk menjadikannya mampu dan memampukan bangsa ini agar mentas dari lingkaran kemiskinan.

Memahami bangsa dan negara Indonesia yang luas, kaya, dan beragam juga menjadi amanah generasi penerus bangsa. Lalu bagaimana hal tersebut dapat dilakukan? Satu-satunya jalan yang paling mudah dilakukan adalah dengan membaca. Tentunya membaca tak hanya melafalkan kata per kata yang tersusun dalam kalimat suatu paragraf, melainkan menginternalisasi pokok dan pesan kata demi kata yang tersusun. Dengan memahami keberagaman yang dimiliki Indonesia, seseorang akan lebih bijaksana dalam bertindak. Dan dengan memahami kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, seseorang akan lebih optimal dalam memanfaatkannya.

Membaca menjadi barang tentu untuk menambah pengetahuan. Bukankah perintah pertama yang diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam melalui malaikat jibril adalah membaca (iqro’)? Sebagaimana yang tercantum dalam hadits riwayat Bukhari nomor 231 tentang proses turunnya surat Al Alaq ayat 1-5, meski berulangkali mengatakan tak bisa, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam tetap dibimbing membaca oleh malaikat jibril hingga bisa. Peristiwa ini menunjukkan pentingnya membaca dan ketidakmampuan bukanlah alasan untuk tidak melakukan apa-apa.

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Kalimat tersebut merupakan pesan yang disampaikan oleh Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis hebat asal Blora, Jawa Tengah. Kemampuan menulis juga menjadi hal penting setelah membaca bagi generasi penerus bangsa. Karena dari menulis, pesan-pesan perjuangan tersampaikan, gagasan-gagasan brilian tersuarakan melewati lintas waktu dan ruang. Menulis dapat dikatakan sebagai instrument paling konkret dan strategis untuk menyampaikan pesan-pesan penting ke seluruh masyarakat. Terlebih bagi generasi penerus bangsa yang akan memegang kendali bangsa ini kedepan, gagasan-gagasan briliannya harus diabadikan dalam tulisan meski saat ini belum bisa diimplementasikan. Ketika waktunya datang, gagasan-gagasan itu akan bermetamorfosa menjadi karya yang sangat luar biasa.

Melalui tulisan sesama generasi penerus bangsa dapat saling bertukar gagasan, menambah pengetahuan, memperluas ruang berpikir, dan objektif dalam melihat suatu fenomena. Hal ini penting sebab generasi penerus bangsa tidak boleh terpecah, berdiri sendiri-sendiri, dan tak terkoordinir. Generasi penerus bangsa harus saling terkoneksi dan bekerja sama untuk maju. Sebab negeri ini merdeka bukan hanya karena satu atau sekelompok orang, melainkan merdeka disebabkan para pemuda dan kalangan tua yang saling gotong royong, terkoneksi secara gerilya, dan berpikiran terbuka serta objektif dalam mewujudkan cita-cita. Inilah amanah perjuangan yang harus dilakukan oleh generasi penerus bangsa saat ini.

Melalui tulisan ini, dengan segala hormat penulis mengajak kepada diri pribadi penulis dan seluruh generasi penerus bangsa ini agar lebih mempererat hubungan silaturrahim, merapatkan barisan, bergandengan tangan, bahu membahu untuk menjaga, merawat, dan meneruskan amanah perjuangan para pahlawan bangsa dan negara yang kita cintai ini.

Dimulai dari hal yang paling mendasar terlebih dahulu, yaitu meningkatkan intensitas dan kemampuan membaca dan menulis apapun yang dapat berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Karena sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ nomor 3289).

Oleh : Aiman Bahalwan*
Editor: Oki Aryono

*Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Airlangga, Founder Komunitas Penulis Muda Sidoarjo

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment