Belajar dari Ulama Mencintai Negeri

Belajar dari Ulama Mencintai Negeri

ulama mencintai negeri

Suaramuslim.net – Beberapa orang mencoba membenturkan antara kuatnya keislaman seseorang dengan NKRI. Seolah-olah seorang muslim yang baik akan menjadi ancaman bagi negeri ini. Padahal, para ulama saat itu rela mati dalam memperjuangkan NKRI.

Ustadz Zaitun Rasmin seorang Wasekjen (Wakil Sekretaris Jenderal) MUI Pusat juga menjelaskan bahwa  kecintaan tanah air sejalan dengan ajaran Islam. “Sama sekali tidak ada pertentangan di dalamnya, selama kecintaan tersebut tidak menghalangi cinta hamba kepada Allah subhanahu wa ta’ala”. Ia juga mengingatkan bahwa sebagai umat Islam yang berpegang teguh pada Al Quran dan Hadits tentu harus menyikapinya dengan bijak. Karena, suatu negeri ada karena Allah. “Jangan sampai cinta kepada negeri melebihi cinta kepada Allah”. ujarnya.

Tidak adanya pertentangan antara agama Islam dan NKRI ini, menurut Ustadz Zaitun dikuatkan dari ghirah para ulama dan tokoh agama Islam dalam menancapkan nilai-nilai keislaman sampai terbawa pada perumusan Undang-Undang Dasar 1945.

“Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah berkat rahmat dan karunia Allah subhanahu wa ta’ala”. Maka dari itu, sebagai umat Islam tentu kita wajib menjaga negeri ini dengan semangat nasionalisme dan patriotisme. Karena, Indonesia ini juga hasil para perjuangan para ulama dan tokoh Islam terdahulu.

Nasionalisme dalam Islam

Secara harfiah, nasionalisme berasal dari kata nation (Bahasa Inggris) yang memiliki arti bangsa. Sedangkan, seorang Sejarawan Indonesia, Prof. Sartono Kartodirdjo berpendapat bahwa nasionalisme adalah penemuan identitas diri. Yang ia maksud adalah dimana ada beberapa kelompok masyarakat tertentu berusaha untuk merumuskan identitasnya ketika berhadapan dengan kelompok masyarakat lain.

Kata “nasionalisme” dan “patriotisme” seperti tidak bisa dipisahkan. Nasionalisme biasanya terjadi karena adanya semangat patriotisme atau kepahlawanan. Patriotisme, berasal dari kata Bahasa Inggris patriot yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa kepahlawanan. Nasionalisme dan Patriotisme tak hanya rekat dari sudut pandang negara, namun juga rekat dari sudut pandang Islam.

Islam sudah mengenal nasionalisme dan patriotisme jauh sebelum didefinisikan oleh para ahli tersebut. Ini dibuktikan dalam Al Quran surat Ali Imran: 200 yang berbunyi, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. kemudian, dari ayat Al Quran ini dapat dimengerti bahwa Islam sudah mengajarkan nasionalisme dan patriotisme pada suatu negeri.

Dalam Hadits Riwayat al-Tirmidzi, Ibnu Abbas menjelaskan betapa cinta dan bangganya Rasul pada tanah air dimana Beliau dilahirkan. Rasa cinta itu diungkap Rasulullah kepada Mekah. Beliau berkata, “Alangkah indahnya dirimu (Mekah). Engkaulah yang paling kucintai. Seandainya saja dulu penduduk Mekah tidak mengusirku, pasti aku masih tinggal disini.”

Patriotisme dalam negeri ini seringkali terdengar dari gaung perjuangan para pejuang terdahulu dalam memperjuangkan pembebasan negeri di cengkeraman penjajah. Salah satu yang paling terkenal adalah gaung teriakan dari Bung Tomo, “Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka!”

Umat Islam Sangat Berperan dalam Kemerdekaan

Peran umat Islam bagi kemerdekaan Indonesia sangat besar. Banyak tokoh muslim yang turun langsung memperjuangkan kemerdekaan. “Indonesia tidak mungkin terjadi tanpa perjuangan umat Islam”, kata Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid saat berbicara pada Sosialisasi Empat Pilar yang digelar di Jakarta yang dikutip oleh republika.co.id.

Menurut Hidayat, peranan umat Islam dalam perjuangan kemerdekaan juga telah diakui oleh panglima TNI yang berjuang bersama memerdekakakan Indonesia. Karena itu, ia meminta generasi muda Muslim tidak melupakan sejarah, khususnya peran umat Islam di Indonesia.

Panglima Besar Jenderal Soedirman misalnya. Ia mengatakan, Jenderal Soedirman merupakan pahlawan yang memiliki dua peran sekaligus, yakni sebagai kiai dan juga seorang pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

“Karena kenegarawanan dari umat Islam yang menerima kondisi pelik itu, Indonesia ada” tambah Hidayat.

Sependapat dengan Hidayat, Mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyidin Junaidi juga mengakui peran besar umat Islam dalam kemerdekaan Indonesia. “Yang jelas, Indonesia merdeka karena kontribusi umat Islam yang sangat besar. Itu tidak bisa dinafikkan” ujarnya.

Tak hanya itu, patriotisme juga muncul pada salah satu ulama terdahulu seperti KH. Hasyim Asy’ari yang terkenal dengan fatwa resolusi jihad NU (Nahdatul Ulama) yang dikeluarkan oleh pada tahun 1945. Makna dari resolusi ini yaitu, setiap umat Islam berkewajiban untuk berjuang membela negara dan bangsa Indonesia.

Dari resolusi ini dapat dilihat bahwa ulama-ulama terdahulu sangat peduli dengan tanah air, perwujudan dari nasionalisme dan patriotisme mereka terbentuk dalam satu pemikiran, satu fatwa resolusi jihad NU yang kala itu mengobarkan semangat umat Islam di seluruh Indonesia.

Kontributor: Ilham Prahardani
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment