Cerita KKN di Desa Penari, Bagaimana Islam Memandang Fenomena Ghaib?

Cerita KKN di Desa Penari, Bagaimana Islam Memandang Fenomena Ghaib?

Cerita KKN di Desa Penari, Bagaimana Islam Memandang Fenomena Ghaib
Ilustrasi tengkorak. (Ils: Dribbble/Ryan Vatzlavick)

Suaramuslim.net – Cerita Kuliah Kerja Nyata (KKN) beberapa orang mahasiswa di Desa Penari menjadi viral dan menghebohkan masyarakat. Kabarnya banyak hal-hal ghaib yang dialami para peserta KKN. Selain itu, dua di antara tiga orang yang terlibat cinta segitiga dikabarkan melakukan perbuatan yang melanggar norma dan menyimpang dari aqidah Islam. Hal tersebut berujung pada hilangnya nyawa. Sebenarnya bagaimana Islam memandang fenomena ghaib di sekitar kita? Yuk, simak pembahasannya dalam artikel berikut.

Fenomena memercayai hal-hal mistis rupanya sudah melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa percaya dengan hal-hal yang berbau klenik, kejawen dan ghaib seperti penanggalan weton, mengeramatkan keris dan benda-benda pusaka. Serta percaya angka, hal-hal atau perbuatan tertentu yang bisa mendatangkan kesialan dan bermakna sesuatu.

Sejatinya, memercayai adanya makhluk halus merupakan salah satu rukun iman, yaitu percaya adanya malaikat Allah. Namun, kepercayaan tersebut hendaknya tidak dimaknai dengan merendahkan diri di hadapan jin dengan cara menggantungkan sesuatu pada jin. Seperti memberi sesaji pada tempat yang dianggap keramat, membaca mantra-mantra syirik untuk meminta pertolongan atau memberikan tumbal seperti cerita KKN di Desa Penari.

“Dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jin, tetapi mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat.” (QS Al-Jinn:6).

Meminta pertolongan dan berlindung pada jin (syetan) termasuk syirik. Sebab, Allah-lah sebaik-baiknya pelindung. Allah yang menciptakan jin (syetan). Mereka sebenarnya lemah, tapi akan bertambah kuat jika ditakuti dan disembah.

“Jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS Fushilat: 36).

Katakanlah: “Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan Setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku” (QS al-Mukminun: 97–98).

Dalam hadis dinyatakan, “Jangan kamu mengucapkan ‘celaka setan’. Karena ketika kamu mengucapkan kalimat itu, maka setan akan membesar, hingga dia seperti seukuran rumah. Setan akan membanggakan dirinya, ‘Dia jatuh karena kekuatanku Namun ucapkanlah, ‘Bismillah’ karena jika kamu mengucapkan kalilmat ini, setan akan mengecil, hingga seperti lalat. (HR Ahmad 21133, Abu Daud 4984).

Ath Thawawi mensyarah (menjelaskan hadis ini): Rasulullah melarang hal itu, karena ucapan itu akan membuat setan bangga, dia menyangka kecelakaan itu disebabkan diri setan, padahal sejatinya bukan darinya. Namun datang dari Allah. Dan Nabi memerintahkan untuk menggantinya dengan ucapan ‘Bismillah..’ sehingga  setan tidak mengganggap bahwa kecelakaan itu darinya dan dia memiliki peran dengannya” (Musykil al-Atsar, 1/346).

Rasulullah mengajarkan doa kepada umatnya untuk berlindung kepada Allah dari gangguan jin (syetan). “Barangsiapa yang singgah di suatu tempat lantas ia mengucapkan “a’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq” (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya)”, maka tidak ada sama sekali yang dapat memudhorotkannya sampai ia berpindah dari tempat tersebut” (HR Muslim no. 2708).

Maka, kisah KKN di Desa Penari memberikan pelajaran berharga bagi kita umat Islam untuk lebih berhati-hati agar tidak terjerumus pada kesyirikan. Banyak budaya warisan leluhur yang tak jarang menyimpang dari nilai-nilai akidah islam. Meminta pertolongan pada jin (syetan) adalah salah satu bentuk syirik. Syirik termasuk dosa besar.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa)  yang selain (syirik)  itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” (Q.S. An-Nisa: 48).

Wallahua’lam bish shawab.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment