Mengaku Beramar Ma’ruf Nahi Mungkar, Mana Dakwah Kita?

Mengaku Beramar Ma’ruf Nahi Mungkar, Mana Dakwah Kita?

Mengaku Beramar Maruf Nahi Mungkar Mana Dakwah Kita

Suaramuslim.net – Keislaman dan keimanan adalah nikmat terbesar yang dikaruniakan  Allah SWT kepada kita. Nikmat ini wajib disyukuri dengan jalan mengoptimalkan kepatuhan kepada-Nya. Allah juga telah memberikan banyak kebaikan kepada kita. Nikmat adalah amanah yang wajib ditunaikan melalui dakwah dan pembinaan umat. Berikut ulasannya.

Dakwah yang berasal dari kata “Da’a – Yad’u” yang artinya seruan, ajakan dan panggilan. Sedangkan yang dimaksud dalam hal ini adalah dakwah Islam, dakwah yang bertujuan untuk mengajak orang untuk beriman, taat kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW serta meneladani sifat-sifatnya.

قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (mu) kepada Allah diatas bashirah (hujjah yang nyata), Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)

Dakwah untuk Agama

Lalu apa yang telah kita berikan untuk Agama-Nya? Berikut beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam berdakwah.

  1. Berapa orang yang telah kita Islamkan?
  2. Berapa preman yang telah kita sadarkan?
  3. Berapa orang yang telah kita ajar membaca Al-Qur’an?
  4. Berapa orang yang telah kita ajari berwudhu dan shalat dengan benar dan baik?
  5. Berapa orang yang telah kita bimbing keislamannya?
  6. Berapa wanita yang telah kita jilbabkan?
  7. Berapa orang yang telah kita nasehati setiap hari?
  8. Berapa sms atau whatsapp dakwah kita setiap hari?
  9. Berapa da’i yang kita biayai ?
  10. Berapa pengajian yang kita kembangkan ?

Pertanyaan semua itu sungguh dapat dijadikan sebagai intropeksi diri, untuk mengetahui apa saja yang sudah kita upayakan untuk berdakwah. Namun, di balik semua itu bukan untuk dinilai jumlah mad’u dan aktifitas dakwahnya, melainkan keikhlasan dan semangat dakwah kita yang digugah dalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini seperti terkandung dalam QS. At Taubah: 71 berikut.

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan  orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Jika kita berfikir bahwa Islam adalah agama dakwah, maka tak ada Islam tanpa dakwah. Jika Iman wajib disyukuri, maka tak ada syukur tanpa dakwah. Jika dakwah adalah amal jariyah, maka alangkah ruginya orang yang tidak berdakwah. Jika dakwah adalah amanah, maka yang tidak berdakwah adalah pengkhianat Agama. Jika dakwah tidak wajib berhasil, alangkah mudahnya dakwah ini. Jika dakwah ini tidak berhasil, kapan umat Islam ini jaya?

Jawaban atas pengandaian dan pertanyaan di atas yaitu karena dalam berdakwah memerlukan: ilmu, planning, manajemen, kerjasama dan evaluasi yang berkesinambungan. Semoga Bermanfaat, Selamat berdakwah! Insyaallah, Allah membersamai kita.

Sumber: Ust. Muhammad Sholeh Drehem

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment