“Emas Hijau” Indonesia Bisa Jadi Komoditi Bisnis Umat

“Emas Hijau” Indonesia Bisa Jadi Komoditi Bisnis Umat

Ustadz Bachtiar Nasir berbicara dalam acara Dialog Forum Ekonomi Dakwah (D'FED), di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta, Rabu (8/11). (Foto: INA/Zakhi Hidayatullah)

JAKARTA (Suaramuslim.net) – Berdikari dalam ekonomi, sehingga izzah umat Islam pun terpatri. Gagasan tersebut menjadi salah satu poin penting pada acara Dialog Forum Ekonomi Dakwah (D’FED) yang digelar pada Rabu (7/11) malam, di Ar-Rahmah Quran Learning (AQL) Islamic Center, Tebet, Jakata Selatan.

Pada acara malam itu, D’FED menghadirkan Profesor Wisnu Gardjito, akademisi sekaligus praktisi yang sangat mengetahui seluk-beluk bisnis kelapa.

Dia menyebut kelapa sebagai “emas hijau” Indonesia. Jika betul-betul dimaksimalkan, masyarakat Indonesia semestinya tidak lagi perlu bergantung dengan produk-produk yang bertengger di supermarket.

“Kelapa ini banyak orang tahu tapi tidak mau tahu, termasuk Muslim. Dianggapnya paling jadi santen, minyak goreng, kelapa muda. Mereka tidak sadar kelapa itu kalau diproses turunannya bisa (jadi) 1.600 produk. Bisa lebih,” ujar Prof Gardjito, seperti dilansir INA News Agency, kantor berita yang digawangi Jurnalis Islam Bersatu (JITU).

Dengan potensi besar yang dimiliki komoditi tersebut, Prof Gardjito mengaku heran. Menurutnya, luas perkebunan kelapa di Indonesia yang mencapai 3,8 juta hektar seharusnya sudah mampu memacu denyut ekonomi masyarakat.

“Emas Hijau” Indonesia Bisa Jadi Komoditi Bisnis Umat
Profesor Wisnu Gardjito memaparkan potensi bisnis kelapa untuk digarap secara berjamaah, di AQL Islamic Center, Tebet Jakarta, pada Rabu (8/11). (Foto: INA/Zakhi Hidayatullah)

Setidaknya cukup untuk membangun industri kecil rumahan seperti produksi kecap, minyak VCO, sabun, sirup, bumbu rendang dan banyak lagi.

“Di Indonesia kok masih banyak orang miskin. Padahal (lahan) kelapa 3,8 juta hektar. (Jika digarap) jadi 4 ribu triliun,” ucap lulusan IPB tersebut.

Prof Gardjito tak takut berkompetisi secara sehat dengan produk-produk besar yang menjadikan kelapa sebagai bahan bakunya. Hanya saja, dibutuhkan resources lebih memadai dari yang dia miliki saat ini untuk membesarkan bisnis yang menurutnya mesti digarap secara berjamaah.

Dalam forum itu, inisiator D’FED sekaligus pimpinan AQL Islamic Center Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) mengajak para peserta saling kolaborasi dalam proyek tersebut. Sebagian besar peserta adalah pengusaha Muslim yang sangat mendukung gagasan Prof Gardjito.

“Inilah yang sedang kami gagas. Duduk bersama orang-orang yang concern dengan ekonomi, tetapi pada akhirnya untuk dakwah,” jelas UBN menerangkan visi ekonominya.

Menurut UBN, Prof Gardjito menjalankan dakwah dengan apa yang dia kuasai. Cita-cita profesor lulusan universitas di Jepang dan Amerika Serikat itu salah satunya adalah mengangkat derajat umat Islam melalui ekonomi.

“Karena tujuan (bisnisnya) bukanlah kekuasaan dan kekayaan, tapi mengajak manusia kepada Allah, maka pada akhirnya juga harus dakwah,” pungkas UBN.

Sumber: SF/INA News
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment