Fenomena Magnet Kesederhanaan Ustadz Abdul Somad

Fenomena Magnet Kesederhanaan Ustadz Abdul Somad

Ustadz abdul somad

Suaramuslim.net – Sabtu malam pukul 19.00 WIB (7/4/2018) menjadi hari yang menyejukkan, karena malam itu saya mendapatkan tugas pengabdian mengantarkan istri dan anak untuk mendengarkan sang Ustadz fenomenal Abdul Somad. Dengan mengendarai sepeda lungsuran dari anak-anak, saya bertiga menuju ke Masjid Ulul Azmi kampus C Universitas Airlangga Surabaya.

Dibuka dengan lantunan ayat-ayat Alquran yang indah, surat Al Insan mengandung pesan yang syarat makna. Terasa sekali menyentuh dan menyejukkan kalbu, melebihi lantunan kidung-kidung yang kadang tak bermakna. Suasana menjadi syahdu lagi, ketika lantunan syair ucapan selamat datang kepada sang pencerah dikumandangkan. Ribuan jamaah terdiam dan khusyu mendengarkan dalam dekapan Tuhan Yang Maha Kasih dan Sayang.

Dimulai dengan sebuah pernyataan “bahwa saya bukanlah ustadz yang pandai mengolah kata, maka saya akan memulai dengan bahasan berkaitan dengan generasi rabbani”, begitu ujar ustadz Abdul Somad.

“Nah saya akan memulai dengan 5 karakter generasi rabbani”. Lalu beliau menyebutkan bahwa kalau besok ada ustadz yang menyampaikan ada 7 karakter generasi rabbani, berarti saya masih kurang membaca sehingga yang dua belum saya bisa sampaikan, sebaliknya juga kalau ada ustadz yang mengatakan karakter generasi rabbani ada tiga, itu bukan berarti saya lebih pandai.

Saya ingin ulas gaya komunikasi yang sederhana, menempatkan posisi setiap orang pada posisi yang “I am ok, You are ok”. Ustadz Abdul Somad mampu mengelola kesederhanaan komunikasi menjadi komunikasi yang menyejukkan, karena kesederhanaan yang dibangun, menempatkan posisi pembicara dan setiap audiensnya pada posisi saling belajar. Kesederhanaan pilihan kata dan mampu dipahami oleh audiensnya menjadikan ustadz Abdul Somad seolah magnet yang mampu merekatkan semua yang hadir menjadi sebuah kesatuan. Dan inilah yang menjadikannya sangat fenomenal di semua lapisan pendengarnya.

Kecerdasan Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal

Dalam hal mengelola kata dan pilihan kata yang disampaikan, terasa sekali ustadz Abdul Somad mampu memilih kata dan kalimat yang terukur dan mudah dipahami pendengarnya. Apa yang dilakukannya ini merupakan kecerdasan interpersonal. Ia mampu membangun kedekatan jarak dengan hati pendengarnya, sehingga setiap rangkaian kata dan kalimat yang disampaikan menghujam dalam di lubuk sanubari jamaahnya. Nah, inilah yang disebut kemampuan komunikasi interpersonal ustadz Abdul Somad.

Ustadz Abdul Somad tidak hanya mampu membangun kedekatan kepada semua, tapi mampu membangun kesan kepada setiap pendengarnya tentang kesederhanaan dan kemudahan apa saja yang disampaikan. Hal inilah yang kemudian menjadikan kehadirannya banyak dinanti setiap orang. Ia mampu membangun citra dan kesan mendalam akan kesederhanaan dan kemudahan isi ceramahnya. Sehingga setiap orang yang datang mendengarkan untaian kalimat dakwahnya, sudah terbangun rasa percaya dan kesediaan menerima. Inilah yang disebut dengan sistem komunikasi intrapersonal. Ustadz Abdul Somad mampu merangkai jiwanya bersama jiwa jamaahnya dalam sebuah lautan pemahaman yang sama.

Narasi-narasi segar mampu disampaikan dalam bahasa dan pilihan kata yang lugas, segar dan menyejukkan pikiran dan hati para pendengarnya. Terasa sekali kecerdasannya dalam memilih dan merangkai kata, sehingga tak ada ruang bagi para jamaahnya untuk menolak kehadirannya sebagai perangkai berkah.

Modal Besar Terbangunnya Ukhuwah

Fenomena ustadz Abdul Somad setidaknya menjadi modal besar bagi terbangunnya ukhuwwah. Mengapa? Ia seolah hadir tanpa sekat, mampu mentautkan dan merangkai jiwa meski mereka berlatar belakang berbeda. Ustadz Abdul Somad mungkin bukan satu satunya, Cak Nun Emha Ainun Najib jauh-jauh hari telah menjadi modal ukhuwah yang lain, masih ada lagi ustadz Bachtiar Nasir dan lain lain, tentu ini adalah modal besar ummat untuk membangun ukhuwah.

Setiap zaman ada pelakunya, saya kira fenomena ustadz Abdul Somad juga akan mengalami masanya juga, bila tak mampu dikelola. Sehingga setidaknya perlu dihadirkan ustadz Abdul Somad baru, agar masa itu selalu ada dan semangat ukhuwwah umat bisa tetap terjaga. Semuanya berpulang kepada siapa saja yang berada disekeliling ustadz Abdul Somad, apakah ia dihadirkan sebagai oase bangsa atau sebagai mata air bagi semangat ukhuwwah yang kelak akan membangun martabat bangsa.

Semoga semangat ukhuwwah selalu bisa dijaga dan dirawat hingga tiba pada masanya untuk meningkatkan martabat umat dan bangsa. Amin

*Surabaya, 8 April 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment