Gus Sholah “Kapundhut”

Gus Sholah “Kapundhut”

Ilustrasi Gus Sholah. Ilustrator: Novitasari
Ilustrasi Gus Sholah. Ilustrator: Novitasari

Suaramuslim.net – Ahad (2/2) malam kemarin Gus Sholah kapundhut. Sebagai santrinya saya kehilangan guru saya. Kita semua kehilangan. Wasiat beliau yang terakhir minta agar NU kembali ke khiththahnya. Menjauhi politik. Seperti Muhammadiyah.

Wasiat ini penting kita catat saat semua politik sebagai kebajikan publik telah dimonopoli partai politik. Seperti semua monopoli, monopoli politik membuat politik menjadi barang langka. Makin mahal dengan nilai atau manfaat yang makin sedikit.

Melalui UUD2002, dan UU Partai Politik, politik diliberalkan besar-besaran dan kini parpol telah memonopoli pasar politik. Parpol saat ini tidak punya ideologi sebagai gagasan puncak yang diperjuangkan. Kalau pun punya ideologi, ideologi itu adalah pragmatisme. Tanpa ideologi, parpol sulit dibedakan dengan ormas. Lihat saja Golkar, Hanura, Nasdem dan Demokrat. Tidak ada perbedaan substansial tapi memiliki status dan hak yang sangat berbeda.

Berbeda dengan ormas, parpol punya hak untuk meraih kekuasaan dengan menguasai parlemen dan jabatan-jabatan publik. Yang paling tahu dan berhasil memanfaatkan situasi ini adalah para neokomunis. Kelompok ini kini telah berhasil menyusup ke banyak ormas dan partai politik dan menduduki posisi-posisi eksekutif dan legislatif.

Para pejabat publik selevel menteri bisa mengintimidasi ormas dengan mempermainkan perijinan ormas seperti HTI atau FPI. Namun menteri tidak punya kuasa apa pun menghadapi parpol. Pemerintah hampir-hampir tidak bisa membubarkan parpol. Bahkan banyak menteri harus berafiliasi ke parpol agar terpilih sebagai menteri.

Pada saat jagad politik dikuasai oleh kartel partai politik saat ini, tidak ada kekuatan penyeimbang yang berarti, penyalahgunaan kekuasaan terjadi di mana-mana, terutama melalui korupsi politik dengan cara rekayasa undang-undang yang menafsirkan UUD untuk kepentingan kekuasaan.

Abuse of power, termasuk korupsi, meningkat drastis saat parpol menggantungkan logistiknya pada kekuatan kartel ekonomi. Sempurna sudah kerusakan yang ditimbulkannya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika partai Republik AS disebut Noam Chomsky sebagai organisasi yang paling berbahaya di planet ini, parpol-parpol di Indonesia saat ini mulai menunjukkan gelagat sebagai organisasi yang paling membahayakan NKRI.

Itulah kesedihan sekaligus kekhawatiran paling mendalam dari Gus Sholah. Pada saat banyak ormas di negeri ini mengalami disorientasi serius karena terpapar kartel partai politik dan ekonomi, reorientasi NU kembali ke khiththah menjadi penting. Agenda masyarakat madani terpenting saat ini adalah membebaskan jagad politik dari kartel parpol dan ekonomi. Kiranya kita semua segera bersiap untuk mewujudkan wasiat Gus Sholah ini.

Kini Gus Sholah telah pergi untuk selamanya. Sebentar lagi Gus Sholah akan dengan suka cita menjumpai kekasihnya, dan keluarga, dan sahabat-sahabatnya yang lebih baik dari kita.

Gunung Anyar, 3 Februari 2020
Daniel Mohammad Rosyid

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment