Suaramuslim.net – Ibadah kurban ternyata tidak hanya memiliki dimensi spiritual. Penyembelihan hewan kurban ini juga berdimensi sosial bahkan kegiatan ini bisa menguatkan sendi-sendi perekonomian masyarakat. Bagaimana bisa?
Menurut Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) yang dikutip republika online, potensi perekonomian dari momentum ini bisa mencapai triliunan rupiah untuk pemberdayaan masyarakat. Nana Mintarti salah satu pengurus Baznas mengatakan bahwa berkurban memiliki multiplier effect yang sangat besar bagi kesejahteraan peternak yang ada di daerah.
Menurutnya efeknya akan jauh lebih besar lagi jika membeli, memotong dan mendistribusikan daging kurban dialihkan dari kota ke desa. Dengan cara ini, lanjutnya, perputaran roda ekonomikan akan berjalan lebih cepat untuk membantu meningkatkan taraf hidup. Selain itu, menyalurkan daging kurban ke desa akan meningkatkan gizi masyarakat desa.
Meneladani Para Nabi Muhammad SAW
Perintah berkurban adalah perintah syariat yang turun ketika masa nabi Ibrahim dan Ismail. Dalam Ash-Shooffaat ayat 101 sampai ayat 107 dikisahkan, setelah Nabi Ismail tumbuh dewasa Nabi Ibrahim mendatanginya untuk menjalankan perintah Allah, yaitu menyembelih Nabi Ismail, anak kandungnya sendiri.
Nabi Ismail mendukung ayahnya melaksanakan tugas yang diperintahkan Allah tersebut.
Hingga tibalah hari penyembelihan, Nabi Ismail diikat dan diletakkan pada sebuah batu, dengan berat hati Nabi Ibrahim mengambil parang. Akhirnya parang diletakkan di leher Nabi Ismail dan dilaksanakanlah penyembelihan.
Nabi Ibrahim menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pengorbanan putranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah. Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu dalam melaksanakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan.
Namun ternyata parang yang sudah ditajamkan tersebut menjadi tumpul. Di sinilah terungkap bahwa perintah Allah tersebut adalah ujian untuk Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Mereka membuktikannya, keduanya lulus dari ujian yang maha berat itu.
Allah subhanahu wa ta’ala mengganti Nabi Ismail dengan memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor domba yang telah tersedia di sampingnya. Lalu segera dipotong leher kambing itu oleh Nabi Ibrahim dengan parang yang tumpul di leher putranya tadi.
Hikmah Berkurban
Namun, ada beberapa hikmah lain yang didapatkan, sehingga seseorang berkurban. Berikut adalah enam poin dari hikmah yang dapat dipetik sebagai alasan menunaikan kurban.
Pertama, sebagai tanda syukur. Kurban merupakan tanda syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Manusia yang diberi rizki lebih, hendaknya berbagi kepada sesama yang belum beruntung. Salah satunya dengan membagikan daging kurban. Tidak semua orang mampu mengonsumsi daging merah.
Kurban merupakan wujud syukur atas nikmat yang didapat seperti yang telah difirmankan dalam surat Al-Kautsar ayat 1-2: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di surga, maka dirikanlah shalat karena Tuhamu dan berkurbanlah”
Kedua, memberi manfaat kepada sesama. Kurban tidak semata ibadah vertikal, tetapi juga horizontal, karena mempunyai manfaat langsung kepada sesama. Manusia yang berkurban berarti peduli terhadap sesama. Bahkan dengan berkurban, kita juga dapat menebar persaudaraan.
Ketiga, Tanda Taqwa. Kurban juga merupakan tanda taqwa kepada-Nya. Kurban merupakan ibadah sunnah dari ranah sedekah. Maka bagi yang telah mampu berkurban, sebaiknya menunaikannya. Karena ibadah kurban merupakan perintah Allah subhanahu wa ta’ala. (muf/smn)