Idulfitri: berbahagia dan beristiqamah

Idulfitri: berbahagia dan beristiqamah

Antara Idulfitri, Takwa, dan Konsep Manusia
Ucapan Eid Mubarak (Ils: Dribbble/@F.X. Kushartono)

Suaramuslim.net – Datangnya hari raya Idulfitri merupakan kenikmatan besar bagi kaum muslimin setelah menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadan. Syaikh Bandar Baleelah dalam salat Isya di Masjidil Haram membaca dua potongan ayat agung yang membawa pesan mulia.

Pertama, berbahagia dengan datangnya hari raya

Kaum muslimin hendaknya bergembira dengan apa yang telah dilakukan selama sebulan penuh pada bulan suci Ramadan. Betapa tidak, rahmat Allah hadir sehingga mengarahkan kepada kita untuk berbuat kebajikan tiada henti, seperti puasa, membaca Al-Qur’an, dzikir pagi-petang, salat tarawih, bersedekah dan amal kebaikan lain. Hal ini merupakan kenikmatan yang amat besar dan hendaknya kita bergembira dengan amalan itu.

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari yang mereka kumpulkan.” (Q.S. Yunus: 58).

Karunia Allah yang demikian hendaknya disyukuri dengan baik sehingga akan menjadi kebanggaan saat berhadapan dengan Allah di hari kiamat kelak.

Kedua, istiqamah dan tidak mengurai amal

Syaikh Bandar Baleelah memberi pesan untuk istiqamah dan konsisten dengan amal perbuatan yang sudah terjaga selama bulan suci Ramadan.

Al-Qur’an mengilustrasikan untuk menjaga apa yang sudah dilakukan, dengan memberi contoh seorang wanita yang mengurai apa yang telah dipintalnya dengan sempurna. Hal ini dinarasikan sebagaimana firman-nya:

وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّتِى نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَٰثًا

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (Q.S. An-Nahl: 92).

Ilustrasi ini sangat baik untuk menggambarkan bagi seorang yang telah berbuat kebaikan secara penuh dalam satu bulan dengan berbagai amal perbuatan kemudian ditinggalkan begitu saja.

Bagaimana tidak, seorang yang berpuasa, membaca Al-Qur’an, dzikir pagi-petang, salat tarawih, bersedekah dan amal kebaikan sebulan penuh, kemudian ditinggalkan begitu saja. Hal itu seperti mengurai benang yang sudah dipintalnya. Tentu ini perilaku yang menghancurkan dirinya dan menelantarkan apa yang sudah ditanamnya.

Semoga kita dimudahkan untuk menjaga amalan ini dengan istiqamah. Pertolongan Allah sangat utama untuk bisa menjaga amalan kebaikan ini.

Taqabbalallah minna wa minkum

Masjidil Haram Mekkah
1 Syawal 1444 H

Dr. Slamet Muliono R.
Dosen Prodi Pemikiran Politik Islam
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Sunan Ampel Surabaya

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment