Ini Gambaran Pedihnya Sakaratul Maut

Ini Gambaran Pedihnya Sakaratul Maut

Gambaran Pedihnya Sakaratul Maut

Suaramuslim.net – Sampai saat ini, masih terjadi perdebatan tentang apa yang dialami seseorang menjelang sakaratul maut. Yang sudah jelas, orang yang sedang sakaratul maut akan merasa sangat pedih. Bagaimana sebenarnya sakaratul maut? berikut ulasannya.

Republika pernah menuliskan, beberapa orang yang pernah sekarat dan berada pada ambang hidup dan mati, ada yang mengatakan bahwa mereka melihat cahaya di ujung lorong. Beberapa yang lainnya merasa bahwa mereka melayang di atas tubuh mereka.

Sang Hujjatul Islam, Imam Ghazali menjelaskan tentang kala ajal menjelang dalam Ihya Ulumuddin. Sang Imam menyebut sakaratul maut hanya akan dialami oleh makhluk yang memiliki ruh. Ruh-lah yang sejatinya merasakan kepedihan sakaratul maut. Jika badan seseorang tertimpa luka maka bekas kepedihan fisik itu akan menjalar sampai ke ruh. Jika ia terbakar, maka rasa sakit yang dialami badan akan terasa jua oleh ruh.

Saat nyawa dicabut, ruh ditarik dari badan,  nyawa dicerabut dari tiap urat badan, ditarik perlahan dari urat syaraf, dari sendi-sendi, dari pokok setiap rambut dan kulit dari ujung kepala hingga tapak kaki.

Manusia Merasa Kepayahan saat Sakaratul Maut

Manusia pada hari sakaratul mautnya benar-benar kepayahan. Seorang penyair pernah berkata tentang sakaratul maut. “Sungguh kematian itu lebih sakit daripada pukulan dengan pedang, gergajian dengan gergaji dan guntingan dengan gunting.”

Imam Al Gazhali melanjutkan, pada saat itu akal manusia benar-benar kacau balau. Lisan telah dibisukan, tak sanggup berkata apa-apa tanpa pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala. Semua anggota badan telah dilemahkan. Tak ada upaya dan usaha kecuali hanya dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Jika saja ia mampu berteriak, maka ia akan berteriak karena rasa sakitnya. Namun ia tidak sanggup. Jika tersisa kekuatan pada seseorang yang dicabut nyawanya, tentu ia akan mengerahkan semua kekuatan untuk menahan rasa sakit.

Kepedihan itu semakin dalam menuju dua biji mata, naik terus ke pelupuknya. Kedua bibir sudah mengkerut. Anak jemarinya berubah menjadi kehijau-hijauan. Jika satu urat saja ditarik, sakitnya pun akan luar biasa. Apalagi ruh diangkat dari setiap inchi urat tanpa kecuali.

Lalu setiap anggota badan dari seluruh anggota badan mati secara bertahap. Dinginlah kedua tapak kakinya, lalu ke betisnya kemudian menjalar ke pahanya. Dari setiap badan ada anggota yang sekarat tahap demi tahap hingga mencapai kerongkongannya.

Jika sudah seperti ini maka terputuslah pandangannya pada dunia dan ditutup baginya pintu taubat. Rasulullah shallallahi alaihi wa sallam bersabda, “Diterima taubat seorang hamba selama belum sekarat.” (HR Tirmidzi).

Maka lihatlah kesaksian Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anhu yang menemani Rasulullah hingga saat-saat terakhirnya. Beliau berkata, “Tidaklah aku iri hari kepada seseorang yang Allah memudahkan atas kematiannya sesudah yang aku lihat dari kesulitan wafatnya Rasulullah shallallahi alaihi wa sallam.”

Kemudian ia menambahkan, bahwa benarlah jika kematian yang tiba-tiba itu sejatinya sebuah kenikmatan. Rasulullah shallallahi alaihi wa sallam bersabda, “Kematian secara tiba-tiba adalah kesenangan bagi orang Mukmin dan penyesalan atas orang yang berbuat maksiat. ” (HR Ahmad)

Tidak ada yang lebih baik dibandingkan menyambut kepedihan sakaratul maut dengan terus tegap di atas iman. Kita tak pernah lagi tahu kapankah sakaratul maut itu akan bertamu. Kepedihan apa yang akan menghadap.

Seorang Mukmin sejati hakikatnya adalah mereka yang bahagia dengan perjumpaan dengan Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah shallallahi alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang menyukai perjumpaan dengan Allah, niscaya Allah menyukai perjumpaan dengannya, dan siapa saja yang tidak menyukai perjuampaan dengan Allah, niscaya Allah tidak menyukai perjumpaan dengannya.” (HR Bukhari Muslim).

Kontributor: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment