Memupuk Optimisme Umat dengan Inspirasi Kisah Nabi Yusuf As – Bagian (2)

Memupuk Optimisme Umat dengan Inspirasi Kisah Nabi Yusuf As – Bagian (2)

Memupuk Optimisme Umat dengan Inspirasi Kisah Yusuf As (2)

Lanjutan Artikel dari Memupuk Optimisme Umat dengan Inspirasi Kisah Nabi Yusuf As – Bagian (1)

Siap Menghadapi Cobaan, Ujian dan Musibah

Inspirasi ketiga dari kisah Nabi Yusuf untuk memupuk optimisme umat, adalah menjauhi sikap berputus asa dalam menghadapi setiap cobaan, ujian dan musibah. Inilah surah dalam Al-Qur`an yang paling banyak bercerita tentang bagaimana kita menghindari sikap berputus asa.

Perhatikan firman-Nya di surah Yusuf (12) ayat 80, 87, dan 110, seolah ayat-ayat ini berkata kepada kita, “Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, lalu mengapa Anda berputus asa? Yusuf tidak pernah berputus asa dan tidak kehilangan harapan meskipun ia dihimpit, diteror, dan diintimidasi secara fisik maupun psikis, bahkan oleh orang yang terdekat sekalipun.”

Inilah kisah kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Sukses dunia, ketika Yusuf dipercaya oleh Raja Mesir menjadi Perdana Menteri. Sukses akhirat, ketika Yusuf berhasil melawan nafsu birahi istri pembesar Mesir dan menolak berbuat zina. Semua itu tidak lain adalah buah ketakwaan dan kesabaran (lihat surah Yusuf [12] ayat 90). Kombinasi religiositas (takwa) dan self controlling (sabar) yang baik adalah kunci kesuksesan yang teruji sehingga Yusuf menjadi sosok yang terpuji.

Surah ini turun setelah tahun kesedihan (istri dan paman Rasulullah wafat), pada saat beliau hendak berhijrah ke Madinah dan meninggalkan kota Mekkah. Dahulu, Yusuf pun harus meninggalkan negeri kelahirannya (Palestina) akibat persekongkolan jahat saudara-saudaranya. Begitupun Muhammad, juga hampir pasti meninggalkan Mekkah, terusir dari negeri yang amat dicintainya akibat penolakan kaum dan sanak kerabatnya. Sebagaimana kisah Yusuf yang berakhir dengan kemenangan, maka pengalaman keras Nabi Muhammad selama di Makkah juga berakhir dengan kemenangan atas izin Allah. Dan ketika Yusuf di puncak kejayaannya, ia ikhlas memaafkan perbuatan jahat saudara-saudaranya dan berdamai dengan masa lalu yang pahit “La tatsriiba ‘alaykum al-yawm”, demikianlah Rasulullah Saw di tengah euforia kemenangan saat Futuh Makkah juga berjiwa besar memaafkan suku Quraisy yang tak lain adalah sanak kerabat beliau dekat maupun jauh, “Idzhabuu fa antum al-thulaqa”.

Rasulullah dan para sahabatnya sangat membutuhkan nilai-nilai moral semacam ini. Karena itulah turun surah Yusuf di tengah situasi lemahnya kondisi kaum Muslimin.

Hal inilah yang mengingatkan kita dengan episode kemerosotan umat akhir zaman ini. Surah ini seolah hadir di tengah kenyataan pahit umat Islam hari ini dengan mengatakan, “Janganlah kalian berputus asa. Sebab, kesuksesan dan kemenangan menantimu.”

Surah ini mengajarkan kita akan pentingnya harapan dalam hidup, dan pesan untuk tidak hilang harapan dalam berjuang. Kita harus selalu mengambil i’tibar dari perjalanan hidup Nabi Muhammad yang selalu dibimbing Allah untuk tegar, sabar, dan percaya diri meski dalam keadaan kritis sekalipun.

Di periode Makkah beliau berdakwah tiga belas tahun penuh dengan duka nestapa, namun Allah selalu memupuk kepercayaan diri Sang Rasul bahwa masa depan dan kejayaan ada di tangan Islam. Selain surah Yusuf ini, Allah juga menurunkan wahyu berupa surah Quraisy (yang menginformasikan bahwa suku Quraisy akan tunduk di bawah Islam), surah Bani Israil (yang menubuatkan bahwa peradaban Bangsa Israil akan ditaklukkan oleh Islam dan kaum Muslimin), dan surah Ar-Rum (yang mengisyaratkan bahwa 2 negara adi daya; Persia dan Romawi akan ditaklukkan oleh Islam dan kaum Muslimin).

Milikilah Sifat Rendah Hati

Inspirasi keempat dari kisah Nabi Yusuf untuk memupuk optimisme umat, adalah kerendahan hati selalu menjadi karakter umat yang optimis dengan pertolongan Allah.

Pesan dari surah Yusuf, jika Anda berhasil, maka rendah hatilah! Tawadhu-lah! Karena, kesuksesan adalah karunia dari Allah. Jangan kita biarkan euforia keberhasilan dan kemenangan membuat kita lupa dari-Nya, congkak dan sombong terhadap apa yang sudah kita capai. Contohlah Yusuf yang memanjatkan doa di akhir kisah ini, “Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta´bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orangorang yang shalih.” (Q.s. Yusuf [12]: 101).

Sungguh, apabila Anda membaca surah Yusuf ini dengan khusyuk dan memahami alur ceritanya, maka Anda akan mendapatkan sesuatu yang amat berharga. Para ulama berkata, “Tiada orang yang dirundung kesedihan lalu membaca surah ini, melainkan dia akan kembali bersemangat, bergembira, dan penuh optimisme.”

Jika Anda menanggung beban segudang masalah, maka adukanlah hanya kepada Allah. Sebagaimana Nabi Ya’qub mengatakan, “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.” (Q.S. Yusuf [12]: 86).

Demikianlah, pada setiap kesulitan, jika kita serius membenahi kualitas takwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghadirkan dua kemudahan bagi kita. Itulah jaminan dari-Nya. Dan itulah yang tercermin dari kisah Nabi Yusuf. Surah ini ditutup dengan ayat: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (Q.S. Yusuf [12]: 111)

Oleh: KH. Fahmi Salim, Lc. MA.
*Khutbah Jumat di Masjid Istiqlal, 02 Februari 2018
*Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat

Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment