Suaramuslim.net – Mekkah menyimpan sejuta cerita terutama kelahiran manusia paling mulia di muka bumi ini, Muhammad shallallahi alaihi wa sallam. Bagaimana kisah kelahiran manusia terbaik itu? Tulisan ini akan menceritakannya.
Keajaiban terjadi di dunia saat kelahiran Rasulullah sayyidina Muhammad. Kelahiran Nabi Muhammad shallallahi alaihi wa sallam menjadi tanda bahwa beliau akan diangkat menjadi utusan atau Rasul yang terakhir dalam menyampaikan ajaran atau risalah Agama Islam. Peristiwa yang luar biasa ini diartikan sebagai Irhas. Irhas adalah suatu kejadian yang sangat luar biasa bagi manusia normal dan hanya terjadi kepada seorang nabi.
Syukuran Menyambut Kehadiran Nabi
Muhammad lahir pada Tahun Gajah (570 Masehi) tepat pada tanggal 12 bulan Rabiul Awal. Untuk menyambut kelahirannya, pada hari ke tujuh Abdul Muttalib mengadakan syukuran dengan menyembelih unta. Kemudian mengundang makan masyarakat Quraisy.
Banyak orang-orang yang datang menanyakan alasan, kenapa diberi nama Muhammad. Lalu Abdul Muttalib menjawab “Aku menginginkan dia menjadi orang yang terpuji, baik bagi Tuhan dilangit dan untuk makhluk-Nya di bumi.”
Di Kabah, Muhammad diasuh oleh seorang wanita yang bernama Halimatus sya’diyah yang menerima jasa penyusuan dan perawatan bayi. Muhammad di tinggal bersama Halimah selama 5 tahun.
Halimah merawat Muhammad dengan penuh cinta dan kasih sayang serta mengajarinya bahasa Arab. Sesudah 5 tahun, Muhammad kembali ke ibunya di Mekkah. Kemudian Abdul Muttalib mengasuh dan merawatnya.
Lebih-lebih lagi kecintaannya ketika Amninah membawa anaknya itu ke Madinah untul dikenalkan dengan saudara-saudara kakeknya. Dalam perjalanan ke Madinah tersebut, tiba-tiba Aminah sakit dan meninggal lalu dikuburkan diperjalanan tersebut. Kini Muhammad menyadari bahwa dirinya seorang yatim piatu.
Lalu Muhammad dibawa pulang kembali ke Mekkah dan diasuh oleh kakeknya. Pada saat Muhammad berusia 8 tahun, kakeknya Abdul Muttalib meninggal pada 578 M. Pengasuhanpun diberikan kepada Abu Talib. Ia adalah anak Abdul Muttalib, paman dari Muhammad. Bersama pamannya, Muhammad bekerja dengan mengembala biri-biri dan unta dibukit diluar kota Mekkah.
Awal Mula dikenal Sebagai Al Amin
Selama tinggal dengan pamannya, ia menjadi pribadi yang peduli, selalu memihak kebenaran, dan memiliki kejujuran serta kesungguhan dalam berusaha. Bila tiba bulan-bulan suci, kadang ia tinggal di Makkah dengan keluarga, kadang pergi bersama mereka ke pasar-pasar yang berdekatan dengan Ukaz, Majanna dan Dzu’l Majaz, mendengarkan sajak-sajak yang dibawakan oleh penyair-penyair Mudhahhabat dan Mu’allaqat.
Ia mendambakan cahaya hidup yang akan lahir dalam segala manifestasi kehidupan, dan yang akan dicapainya hanya dengan dasar kebenaran. Kenyataan ini dibuktikan oleh julukan yang diberikan orang kepadanya dan bawaan yang ada dalam dirinya. Itu sebabnya, sejak ia masih anak-anak, gejala kesempurnaan, kedewasaan dan kejujuran hatinya, sudah tampak. Sehingga semua penduduk Makkah memanggilnya Al-Amin (yang dapat dipercaya).
Pemikiran dan permenungan demikian membuat ia jauh dari segala pemikiran nafsu manusia duniawi. Ia berada lebih tinggi dari itu sehingga adanya hidup palsu yang sia-sia akan tampak jelas di hadapannya. Oleh sebab itu, dalam perbuatan dan tingkah-lakunya, Muhammad terhindar dari segala penodaan nama yang sudah diberikan kepadanya oleh penduduk Makkah, dan memang begitu adanya: Al-Amin.
Karena itu ia terhindar dari cacat. Yang sangat terasa benar nikmatnya, ialah bila ia sedang berpikir atau merenung. Dan kehidupan berpikir dan merenung serta kesenangan bekerja sekadarnya seperti menggembalakan kambing, bukanlah suatu cara hidup yang membawa kekayaan berlimpah-limpah baginya. Dan memang tidak pernah memedulikan hal itu. Dalam hidupnya ia memang menjauhkan diri dari segala pengaruh materi.
Kontributor: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir