Kesalahan Umum di Dalam Mendidik Anak

Kesalahan Umum di Dalam Mendidik Anak

Kesalahan-Kesalahan Umum di Dalam Mendidik Anak

Suaramuslim.net – Setiap orangtua pasti menginginkan anak-anaknya tumbuh menjadi orang sukses, bukan hanya di akhirat kelak tetapi juga di dunia. Untuk itu para orangtua rela mengorbankan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Tetapi apakah semua orangtua berhasil mengantarkan anaknya menjadi seorang yang sukses di masa depan? Belum tentu!

Fakta menunjukkan sebagian besar remaja tumbuh menjadi pribadi tanpa prestasi. Mereka menjadi remaja yang tidak menonjol dan tersingkir dari persaingan. Mengapa hal ini terjadi? Mari perhatikan baik-baik pesan Rasulullah saw berikut ini.

”Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu. Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu. Dan barangsiapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)

Hadits di atas menekankan betapa pentingnya ilmu. Dalam setiap bidang kehidupan diperlukan ilmu termasuk di dalam menjalankan peran sebagai orangtua. Sayangnya tidak ada pendidikan menjadi orangtua. Akibatnya sebagian besar orang menjalani peran sebagai orangtua tanpa ilmu yang memadai. Tidak heran jika banyak orangtua melakukan kesalahan-kesalahan yang membuat anak-anak menjadi generasi yang gagal.

Rasulullah bersabda: “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (Islam), maka kedua orangtuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Majusi atau Nasrani.” (HR. Baihaqi, Thabrani)

Islam adalah jalan menuju surga, sedangkan Yahudi, Majusi dan Nasrani adalah jalan menuju neraka. Bila surga adalah simbol kesuksesan, maka neraka adalah simbol kegagalan. Maka hadits tersebut secara tersirat menegaskan bahwa setiap anak terlahir dengan memiliki potensi untuk sukses tetapi orangtuanya yang menjadikan mereka gagal.

Beberapa kesalahan yang banyak dilakukan orangtua di dalam mendidik anak, yang menghambat anak-anak tumbuh menjadi pribadi sukses adalah sebagai berikut:

Menganggap Semua Anak Sama

Konon, di negeri binatang terjadi keresahan. Binatang-binatang tua khawatir anak-anak mereka tidak lagi bisa hidup dengan nyaman. Hutan semakin lama semakin menyempit. Maka para binatang tua segera berunding untuk mencari jalan keluar.

Hasil perundingan memutuskan bahwa diperlukan lembaga untuk menyiapkan anak-anak binatang menghadapi masa depan. Lembaga itu kemudian disebut Sekolah Binatang. Di sekolah itu semua anak binatang harus belajar tiga mata pelajaran yang dianggap sebagai sesuatu yang penting bagi masa depan. Tiga mata pelajaran itu adalah berlari, melompat dan memanjat.

Sejak saat itu semua anak binatang yang cukup umur wajib bersekolah dan harus belajar berlari, melompat dan memanjat. Dan setelah satu tahun berlalu maka hasilnya sudah diketahui. Anak monyet menjadi bintang pelajar. Nilainya semua 10. Anak kucing rangking kedua. Sedang anak kambing mendapat satu nilai merah, yaitu pelajaran memanjat. Dan ada satu anak binatang yang terpaksa tidak naik kelas, karena nilainya merah semua. Siapa dia? Ya, pasti anaknya bebek.

Ayah bebek murka. Sang ayah kemudian memutuskan memanggil guru ke rumah. Anak bebek tidak boleh lagi bermain. Pulang sekolah anak bebek harus belajar berlari, melompat dan memanjat.

Bertahun-tahun hal itu dilakukan. Tidak sedikit biaya dikeluarkan. Dapatkah anak bebek menguasai pelajaran itu? Pasti, anak bebek tetap tidak bisa menguasai tiga hal itu. Ketika dewasa anak bebek itu akhirnya menjadi seekor bebek yang tidak memiliki keahlian apa-apa. Ia harus disantuni binatang-binatang lain. Bakat alam seekor bebek yaitu berenang tidak berkembang dengan baik karena berenang tidak menjadi pelajaran di sekolah binatang.

Pembaca budiman, bukankah kisah di atas sudah terjadi di dunia nyata? Saat ini semua anak dianggap sama dan harus belajar hal yang sama. Anak-anak yang tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah dianggap tidak punya masa depan. Para orangtua tidak mau itu terjadi. Untuk itu para orangtua mewajibkan anak-anak untuk mengikuti les atau kursus agar anak-anak mereka menjadi seperti kebanyakan anak-anak pada umumnya.

Allah swt menciptakan kita semua berbeda-beda. Perhatikan firman Allah swt berikut ini:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (QS-Ar ruum 22)

Anak-anak kita adalah pribadi yang unik. Setiap anak sudah dibekali oleh Allah swt potensi untuk menjadi pribadi yang sukses. Maka jangan pernah paksakan mereka untuk menjadi orang lain. Memaksa anak belajar hal-hal yang bukan bakat dan minat mereka sama dengan menghancurkan masa depan anak-anak kita sendiri. Wallahu a’lam bishowab.

Oleh: Awang Surya
*Motivator Spiritual dan Pembina satu lembaga pendidikan di Bogor

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment