Kisah Umar ra. dan Ibu yang Memasakkan Air

Kisah Umar ra. dan Ibu yang Memasakkan Air

Kisah Umar ra. dan Ibu yang Memasakkan Air

Suaramuslim.net – Kisah ini merupakan salah satu kisah paling populer tentang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , Umar bin Khathab ra. Namun setiap, mendengar atau membaca kisah ini, insyaallah selalu saja ada inspirasi yang tiada putus. Kisahnya yang indah, seolah tidak akan bosan untuk diulang-ulang. Apalagi, untuk Anda yang mendapat amanah sebagai seorang pimpinan.

Aslam mengawali kisahnya dengan berkata, “Suatu malam aku keluar bersama Umar bin al-Khathab ra. ke dusun Waqim. Ketika kami sampai di Shirar (sebuah sumur yang berjarak sekitar 3 mil dari kota Madinah, menghadap ke kampong) kami melihat ada api yang dinyalakan. Umar ra. berkata, ‘Wahai Aslam di sana ada musafir yang kemalaman, mari kita berangkat menuju mereka.’

Kami segera mendatangi mereka dan ternyata di sana ada seorang wanita bersama anak-anaknya sedang menunggu periuk yang diletakkan di atas api, sementara anak-anaknya sedang menangis, Umar ra. bertanya, ‘Assalamu alaiki wahai pemilik api.’

Wanita itu menjawab, ‘Wa ‘alaika as-Salam‘,

‘Kami boleh mendekat?’, tanya Umar ra.

Wanita itu menjawab, ‘Silahkan!’

Umar ra. segera mendekat dan bertanya lagi, ‘Ada apa gerangan dengan kalian?’

‘Kami kemalaman dalam perjalanan serta kedinginan,’ jawab wanita itu.

Umar ra. kembali bertanya, ‘Kenapa anak-anak itu menagis?’

Wanita itu menjawab, ‘Karena lapar.’

‘Lalu Apa yang engkau masak di atas api itu?’, tanya Umar ra. penasaran.

‘Air (ada yang meriwayatkan batu) agar aku dapat menenangkan mereka hingga tertidur. Dan Allah subhanahu wa ta’ala kelak yang akan jadi hakim antara kami dengan Umar ra.’ jelas wanita itu.

Mendengar hal itu Umar ra. menangis dan segera berlari pulang menuju gudang tempat penyimpanan gandum.  la segera mengeluarkan sekarung gandum dan satu ember daging, sambil berkata, ‘Wahai Aslam naikkan karung ini ke atas pundakku.’

Aslam berkata, ‘Biar aku saja yang membawanya untukmu.’

Umar ra. menjawab, ‘Apakah engkau mau memikul dosaku kelak di hari Kiamat?’

Maka ia segera memikul karung tersebut di atas pundaknya hingga mendatangi tempat wanita itu. Setelah meletakkan karung tersebut ia segera mengeluarkan gandum dari dalamnya dan memasukkannya ke dalam periuk.

Setelah itu ia memasukkan daging ke dalamya. Umar ra. berusaha meniup api di bawah periuk hingga asap menyebar di antara jenggotnya untuk beberapa saat. Setelah itu Umar ra. menurunkan periuk dari atas api dan berkata, ‘Berikan aku piring kalian!’.

Setelah piring diletakkan segera Umar ra. menuangkan isi periuk ke dalam piring itu dan menghidangkannya kepada anak-anak wanita itu dan berkata, ‘Makanlah!’ Maka anak-anak itu makan hingga kenyang, wanita itu berdoa untuk Umar ra. agar diberi ganjaran pahala sementara dia sendiri tidak mengenal Umar ra.

Umar ra. masih bersama mereka hingga anak-anak itu tertidur pulas. Setelah itu Umar ra. memberikan kepada mereka nafkah lantas pulang. Umar ra. berkata kepadaku, ‘Wahai Aslam sesungguhnya rasa laparlah yang membuat mereka begadang dan tidak dapat tidur’.”

Masyaallah, begitulah seharusnya pemimpin. Sungguh bukan karena siapapun atau apapun, tapi hanya karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala, ia mengabdi dan melayani rakyatnya dengan sebaik mungkin. Amanah yang tidak mudah ini, selalu membuatnya siap siaga melayani rakyatnya kapanpun dan dimanapun. Semoga menginspirasi. Wallahu a’lam.

Kontributor: Siti Aisy
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment