Manajemen Stres Menghadapi Virus Corona

Manajemen Stres Menghadapi Virus Corona

Mengatasi stres karena corona
Ilustrasi kepala yang "mendung". (Ils: able-futures.co.uk)

Suaramuslim.net – Pandemi virus corona penyebab sakit Covid-19 di dunia saat ini, dapat membuat orang stres. Sebab wabah ini di luar dugaan, yang merupakan stimulus tidak diharapkan. Orang tiba-tiba memperoleh informasinya yang luar biasa tentang ganasnya virus tersebut, baik melalui televisi, radio, belum lagi lewat media sosial.

Orang tiba-tiba juga hidupnya harus berubah, yang semula dapat bebas berinteraksi dengan siapa saja harus melakukan physical distancing. Geraknya dibatasi, harus melakukan kebiasaan yang dulunya mungkin tidak pernah dilakukan.

Orang karena saking takutnya menjadi curiga ke orang lain, takut keluar rumah, berhubungan dengan orang sekitar, bahkan menjadi curiga kepada sesama anggota keluarga yang masih keluar rumah karena mungkin masih harus bekerja atau mencari kebutuhan ke luar.

Jika kondisi sudah seperti ini maka orang tersebut dapat diduga mengalami stres.

Apa arti stres?

Stres itu sendiri dapat diartikan sebagai tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun secara mental terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.

Atau ada juga yang mengatakan stres adalah gangguan mental yang terjadi ketika seseorang terhalangi dalam mencapai keinginannya.

Jadi adanya pandemi virus corona membuat orang bisa menjadi terganggu karena tidak bisa beraktivitas sebagaimana biasanya. Orang yang biasanya bisa bebas jalan-jalan, kerja di kantor bisa ketemu teman, kolega tiba-tiba harus berdiam di rumah.

Apalagi untuk orang yang tipe sosial, kan susah jika nggak ketemu orang, meski bisa lewat media sosial tapi rasanya kan beda jika ketemu langsung.

Belum lagi saat harus kerja dari rumah, ia juga akan menghadapi tugas mendampingi anak yang masih sekolah.

Jika naluri mendidik rendah, lupa tugas sebagai orang tua, biasa menyerahkan urusan ke orang lain, tergantung bantuan orang lain maka kondisi ini menjadi sumber stres.

Informasi yang membanjiri pikiran tentang bahaya virus corona, jumlah penderita yang meningkat, jumlah penderita yang meninggal semakin banyak, daerah paparan yang semakin luas. Apalagi jika mengetahui daerahnya termasuk zona merah. Kondisi ini jika ditelan mentah-mentah maka akan membuat semakin tertekan dan menjadi stres.

Apa penyebab stres?

  1. Katastrofi; adalah kejadian besar yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi. Misalnya kejadian pandemi virus corona ini.
  2. Perubahan kehidupan. Misal biasa kerja di luar rumah, anak sekolah tiba-tiba harus mendampingi anak belajar penuh di rumah. Atau kehilangan kerjaan karena pandemi virus corona.

Apakah efek stres pada orang itu sama?

Meskipun stimulusnya sama, misalnya adanya pandemi virus corona, efek stress dapat berbeda pada tiap orang. Hal ini tergantung:

  1. Kemampuan orang mengartikan stressor

Jika orang mengartikan keadaan tersebut berakibat buruk maka tingkat stres tinggi. Sebaliknya jika orang tersebut mengartikan tidak mengancam dan dapat mengatasinya maka tingkat stres lebih ringan.

Misalnya jika orang mendengar berita tentang pandemi ini kemudian takut keluar rumah, taku ketularan, nggak berani belanja, nggak mau ketemu tetangga berarti stres tinggi.

Sebaliknya jika orang mengartikan pandemi ini berarti ia harus hati-hati, maka ia akan cuci tangan dengan sabun ketka dari luar rumah, menyiapkan disinfektan di rumah untuk menyemprot barang-barang dari luar, makan dan istirahat yang cukup dan minum vitamin dan makan buah serta sayur. Maka menunjukkan orang tersebut dapat mengatasi stressor dan berefek stresnya ringan.

  1. Intensitas terhadap stimulus yang menjadi sumber stres (atau disebut stressor)

Jika intensitas serangan stressor terhadap orang tinggi, maka bisa menimbulkan stres. Misal ketika ia memperoleh informasi secara terus menerus tentang hal-hal yang negatif tentang pandemi ini; berita hoaks tentang corona, maka ini menjadi stressor tersendiri bagi orang yang rentan.

  1. Banyak stressor yang dihadapi

Misal ketika ada pandemi, ia tiba-tiba harus mengerjakan sendiri tugas-tugas kantor dari rumah, ia juga harus membantu mengerjakan tugas-tugas anaknya yang masih sekolah, ia juga tidak bisa jalan-jalan ke mall. Kondisi ini tentu bisa membuat sebagian orang stres.

Tanda-tanda orang mengalami stres

  1. Emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai rasa khawatir, takut yang berlebihan.
  2. Marah
  3. Menarik diri, tidak berdaya menghadapi kejadian-kejadian yang tidak sesuai dengan harapan sebelumnya.
  4. Gangguan fisik. Merasa sakit.

Apakah stres bisa dihilangkan?

Stres bukan harus dihilangkan tetapi diatur. Karena stres bukan hal yang selalu mutlak negatif. Stres merupakan mekanisme penting untuk bertahan hidup dan bisa memotivasi dalam menghadapi tantangan atau kegiatan kegiatan sehari-hari.

Cara mengatur stres

  1. Ubah cara pandang terhadap stress

Ketika ada pandemic, maka kita berpikir oh ya ini akibat dari apa? Sehingga jadi belajar sebab orang terkena virus apa. Kemudian kita cari cara bagaimana terhindar tertular hal tersebut.

Atau bisa pula ketika ada stressor yang datang, kita menganggap bahwa kita mampu menyelesaikannya, karena Allah tidak akan memberi cobaan lebih dari kemampuan yang kita miliki. Allah akan menolong untuk bisa menyelesaikannya.

  1. Kenali diri lebih baik dan lakukan persiapan yang matang

Kita perlu tahu kondisi fisik dan psikis kita. Misal kita mudah tertular jika ada orang yang pilek. Maka menjauhlah ketika ada orang pilek, pakai masker agar terhindar. Atau puasa dulu untuk ketemu orang.

Kalau kita gampang panik membaca informasi yang simpang siur tentang corona, ya hindari baca hal-hal tersebut. Tidak semua informasi di grup harus dibaca, apalagi sumber tidak dapat dipertanggungjawabkan.

  1. Manfaatkan lingkungan sosial

Ketika kita mengalami stres, berkomunikasilah dengan orang-orang yang dekat yang dapat memberi dukungan, orang yang peduli. Silaturahmi akan membantu kita untuk mengatur stres. Lewat media sosial misal grup pengajian, akan membantu kita bahwa ada orang lain yang memiliki permasalahan lebih dari kita.

  1. Mencari bantuan professional

Jika mengalami stres dan kita tidak sanggup mengatasinya, maka sudah butuh bantuan ahlinya. Bersama ahli (misal psikolog) akan dapat membantu untuk mengurai permasalahan yang dianggap sebagai sumber stressor, bagaimana cara mengatur stres.

Dra. Dewi Mustami’ah M.Si., Psikolog
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment