Menjaga Lisan, Meninggikan Martabat Insan

Menjaga Lisan, Meninggikan Martabat Insan

Menjaga Lisan, Meninggikan Martabat Insan

Suaramuslim.net – Lisan seperti sebuah pisau. Ia bisa bermanfaat, dan bisa sangat membahayakan bagi pemilik dan bagi orang lain. Islam sangat memperhatikan ucapan yang keluar dari mulut kita. Bahkan tinggi rendahnya martabat seseorang bisa ditentukan dari apa yang diucapkan.

Sebagai seorang muslim sudah sepatutnya mengetahui bagaimana ciri- ciri martabat keislaman seseorang itu bisa dilihat bagaimana ketika ia bertutur kata serta menghindarkan diri dari perkataan yang sia- sia. Maka jika seseorang selalu larut dalam hal yang sia- sia maka akan jelas keburukan serta martabatnya baik di hadapan manusia atau di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala.

Dalam hadisnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas melarang kita banyak bicara yang sia-sia, “Janganlah kamu sekalian memperbanyak bicara selain berzikir kepada Allah. Sesungguhnya memperbanyak perkataan tanpa zikir kepada Allah akan mengeraskan hati, dan sejauh-jauh manusia adalah yang hatinya keras.” (HR. Tirmidzi).

Sebagaimana yang di tulis oleh KH. Abdullah Gymnastiar atau yang lebih akrab dipanggil Aa Gym di smstauhiid.com seorang bijak berkata, “Ada enam sifat untuk mengetahui orang itu bodoh: marah tanpa sebab, membuka rahasia, suka mengganggu orang lain, memberi bukan pada tempatnya, tidak bisa membedakan lawan atau kawan, dan berbicara tanpa ada manfaatnya.”

Allah ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat : 12).

Menjaga Lisan, Tanda Keimanan kepada Allah dan Hari Akhir

Meninggalkan sesuatu yang sia-sia, termasuk menjaga lisan dari perkataan yang tidak baik, adalah tanda dari baiknya Islam seseorang. Lisannya terjaga hanya untuk kebaikan, ucapannya terpelihara hanya untuk kemaslahatan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Termasuk ciri baiknya Islam seseorang adalah dia meninggalkan apa yang tidak memberinya manfaat.” (HR. Tirmidzi).

Selain itu, menjaga lisan termasuk perbuatan yang meninggikan derajat manusia. Suatu hari Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam ditanya, “Siapakah Muslim yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari berbuat buruk kepada orang lain.” (HR. Bukhari).

Seorang Muslim yang baik adalah yang selalu menebar kebaikan, kasih sayang, dan cinta bagi orang-orang di sekitar. Ia tidak melakukan teror, membuat orang lain terganggu, dan menimbulkan kerusuhan. Ia jaga perangainya agar tidak menyakiti orang lain, walau hanya dengan ucapan dan kata-katanya. Ia selalu berhati-hati dan berpikir seribu kali dalam berucap dan berbuat sehingga tak ada ucapan dan perbuatan yang melukai dan mencederai hati dan fisik orang lain.

Dengan lisan ini, seorang hamba dapat terangkat derajatnya dengan mendapatkan  kebaikan di sisi Allah. Sebaliknya, ia juga dapat tersungkur ke jurang neraka jahannam karena lisannya yang tidak terkendali.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah melemparkannya ke dalam neraka Jahannam.” (HR. Bukhari).

Tak hanya meninggikan derajat, menjaga lisan ternyata akan berbalas surga. Jaminan bagi orang yang senantiasa menjaga lisannya, menggunakannya hanya untuk mengatakan kebaikan, mengucapkan kebenaran, menggumamkan zikir dan doa adalah surga dari Allah.

Suatu saat ‘Uqbah ibn ‘Amir berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah sebab keselamatan?’ Beliau menjawab, Kuasailah lidahmu, hendaklah rumahmu luas bagimu, dan tangisilah kesalahanmu.’” (HR. Tirmidzi).

Seseorang yang menjaga lisannya tidak berkata kecuali perkataan yang baik, ucapan yang haq, adil, dan jujur. Jika seseorang senantiasa menjaga lisannya, niscaya Allah akan senantiasa membimbing dia pada perbuatan-perbuatan yang baik dan mengampuninya.

Allah Menutup Aib Penjaga Lisan

Jika senantiasa menjaga lisan kita dari hal- hal yang sia-sia, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan menutup aibnya. Lisan yang tak terkendali membuat kita mengucapkan apa saja yang ingin diucapkan tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya.

Karena segala ucapan buruk oleh lisan kita bisa merusak citra diri,  keburukan kita akan terungkap dengan sendirinya, padahal sebelumnya orang lain tidak tahu tentang hal itu. Ketika kita terampil menjaga lisan walaupun kita memiliki banyak kekurangan, Allah akan menutup aib kita.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa menahan lisannya (dari mengucapkan keburukan dan perkataan sia-sia), niscaya Allah menutup aurat (aib)-nya.” (HR. Ibn Abi Dunya).

Mengalahkan setan. Mengendalikan lisan untuk selalu menyuarakan kebenaran, akan bisa mengalahkan tipu daya setan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahanlah lisanmu kecuali untuk kebaikan. Dengan demikian, engkau akan mengalahkan setan!” (HR. Abi Sa‘id, Ibn Hibban).

Kontributor: Yetty
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment