Mengambil Sisi Positif Pasangan, Belajar dari Keluarga Umar bin Khattab

Mengambil Sisi Positif Pasangan, Belajar dari Keluarga Umar bin Khattab

Bunda Kurniati Laila, S.Pd. – Pegiat Siroh, Pemerhati Perempuan, Anak dan Keluarga Indonesia. Foto: suaramuslim.net

Suaramuslim.net – Pasangan suami dan istri terkadang memiliki budaya keluarga yang berbeda. Sehingga cara berkomunikasi pun berbeda. Konflik yang terjadi seringkali pasangan tidak mampu melakukan penyesuaian diri sehingga komunikasi rentan akan kesalahpahaman.

Hal penting lainnya adalah cara memandang dan menilai pasangan. Suami terlalu cepat menilai negatif istri atau pun sebaliknya. Maka hendaknya selalu berpikir positif. Melihat hal kebaikan dan sisi kelebihan dari pasangan bukan mencari cari kesalahan, kelemahan, kekurangan dan hal-hal negatif dari pasangan. Nah, kita bisa mengambil sisi positif pasangan dengan belajar dari keluarga Umar bin Khattab.

Kita semua tahu, Umar mendapat gelar dari Rasulullah sebagai Al-Faruq yaitu sosok yang bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Umar ini merupakan karakter yang khas; berwibawa, tegas, memiliki keberanian, dan sangat hati-hati.

Kita tahu sosok Umar memiliki postur tubuh yang tinggi dan besar. Kelebihan beliau ini ialah, jika berkata pasti didengarkan, jika berjalan pasti cepat, dan jika memukul pasti mematikan. Masyaallah.

Sosok yang luar biasa dan Rasulullah menyebutkan bahwa beliau adalah sosok ahli surga. Jadi ini alasan saya ingin membedah kisah Umar bin Khattab, ingin menjadi ahli surga, dan mendapatkan tiket itu salah satunya yaitu melalui keluarga.

Kita tentu pernah mendengar dialog seorang sahabat yang pergi ke rumah Umar ingin mengadukan kecerewetan istrinya, ternyata di rumah Umar sendiri, sahabat ini mendengar bahwa Umar sedang dicereweti istrinya. Dan sahabat itu kemudian tidak jadi mengadu ke Umar.

Mitra Muslim cerita itu sangatlah familiar. Tetapi di sini saya ingin menyampaikan bahwa ada peran sosiologis pada kejadian ini.

Jadi, kondisi muslimah yang ada di Mekkah, kaum Muhajirin ini latar belakang sosial masyarakat dan budayanya hubungan antara suami istri itu perempuan cenderung patuh dan mengiyakan.

Kemudian ketika umat Islam ini hijrah ke Madinah, di Madinah tipikal perempuannya adalah perempuan yang ceria, terbuka, ekspresif, dan berani menyampaikan sesuatu kepada siapa pun.

Akhirnya terjadilah adaptasi perempuan Muhajirin, ketika istri sahabat tadi ikut hijrah, ternyata ikut terwarnai dengan budaya yang ada di Madinah. Istrinya berubah menjadi seperti perempuan-perempuan di Madinah. Jauh lebih terbuka, lebih berani menyampaikan sesuatu.

Sahabat ini mungkin kaget mengapa istrinya berubah. Umar menyampaikan “Wahai sahabat kenapa saya diam ketika istriku cerewet bahkan nadanya lebih keras?”

Lalu Umar mengatakan “Wahai sahabat, saya diam dan membiarkan istri saya bersikap seperti itu karena dia yang membuat adonan rotiku, dia yang mencuci bajuku, dia yang menyiapkan makananku, dan dia yang menyusui anakku.”

Nah, betapa ketika seseorang sedang diuji masalah keluarga, yang dikeluarkan adalah kebaikan-kebaikkannya. Mengingat kebaikan pasangan, maka itu bisa meredam hal-hal yang mungkin tadinya ingin mengeluarkan ego.

Itulah sosok ahli surga Umar bisa mengeluarkan apa-apa yang menjadi kebaikan istrinya sehingga bisa meredam rasa marahnya dan tidak membalas rasa direndahkan.

Padahal mungkin bagi sebagian masyarakat Indonesia, seperti memasak, mencuci adalah pekerjaan perempuan. Sementara ahli surga memandang bahwa apapun kebaikan yang telah dilakukan oleh pasangan itu adalah sesuatu yang baik.

Kita harusnya ketika disuruh membuat list kebaikan pasangan, yang ditulis yang bersifat global. Suami menafkahi itu tidak ada yang menulis, istri memasak tidak ada yang menulis. Padahal yang harus kita syukuri adalah suami menafkahi kita, istri memasakkan, itu semua kebaikan yang luar biasa. Itu yang harus kita syukuri. Seperti Umar yang mengatakan istrinya telah membuatkan roti, mencucikan pakaiannya, dan menyusui anaknya. Begitu Umar memuliakan wanita. Masyaallah.

Artikel ini dikutip dari siaran Program Mozaik Radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM pada hari Rabu, 26 Februari 2020 pukul 13.00-14.00 bersama Bunda Kurniati Laila, S.Pd. – Pegiat Siroh, Pemerhati Perempuan, Anak dan Keluarga Indonesia.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment