Suaramuslim.net – Imam Ibnu Rajab dan lainnya menuturkan kisah unik berikut ini.
Sekali waktu pernah ada seorang laki-laki ahli ibadah di Makkah, yang kehabisan bekal, sampai mengalami kelaparan yang dahsyat, bahkan hampir binasa karenanya. Dan saat menyusuri salah satu jalan di Kota Suci, dengan kondisinya yang memprihatinkan tersebut, tiba-tiba ia melihat sebuah kalung yang tampak sangat berharga tergeletak di jalan yang dilewatinya. Iapun memungutnya dan membawanya ke Masjidil Haram.
Tak dinyana ternyata disana ia bertemu dengan seorang lelaki tua yang sedang mencari-cari kalung putrinya yang hilang. Ia berkata: Bapak tersebut lalu menyebutkan ciri-ciri kalung yang dicari-carinya itu, dan ternyata persis sesuai dengan yang kutemukan. Maka tanpa ragu akupun langsung menyerahkannya kepadanya. Dan tanpa mengambil imbalan apapun darinya. Hanya saja saat itu aku sempat berdoa: Ya Allah sesungguhnya aku telah melepaskan kalung ini (dengan menyerahkannya tanpa imbalan kepada pemiliknya) dengan ikhlas demi Engkau. Maka karuniakanlah kepadaku pengganti yang lebih baik!
Selanjutnya dikisahkan bahwa, sang lelaki saleh dan jujur tersebut kemudian ditakdirkan ikut dalam sebuah pelayaran di laut lepas. Dan karena saat itu angin sedang kencang-kencangnya, maka badai dan ombak besarpun mengombang-ambingkan dan menggulung perahu yang ditumpanginya. Sampai akhirnya perahupun pecah dibuatnya. Namun Allah masih berkehendak untuk menyelamatkannya dengan perantaraan sebatang kayu dari pecahan perahu, yang lalu dinaikinya sambil berenang, sebelum akhirnya ia terdampar di pantai sebuah pulau. Ia naik ke daratan pulau terpencil tersebut.
Ia berkata: Alhamdulillah ternyata aku langsung menemukan sebuah masjid disana. Aku masuk dan duduk di dalamnya, serta tentu saja lalu ikut shalat berjamaah bersama masyarakat di masjid itu. Kemudian seusai shalat, aku mendapati lembaran-lembaran mushaf Al Qur’an. Aku mengambilnya dan membacanya. Sehingga para jamaahpun berkata kepadaku: Maukah Engkau mengajarkan Al Qur’an kepada anak-anak kami? Tentu saja aku terima tawaran mereka dengan senang hati. Akhirnya aku mengajari anak-anak mereka itu membaca Al Qur’an dengan sedikit imbalan upah. Lalu ketika tahu bahwa aku juga bisa menulis khath dengan baik, merekapun memintaku untuk sekaligus mengajarkan tulis menulis khath kepada putra-putra mereka.
Dan yang benar-benar tak kuduga sama sekali sebelumnya adalah tawaran mereka berikutnya. Mereka berkata: Disini ada seorang gadis yatim, putri seorang lelaki saleh dan baik dari warga kami. Ayahnya telah wafat, sehingga sang gadis piatupun kini bak hidup sebatang kara. Maksud kami, bersediakah Engkau menikahinya? Dan untuk tawaran tak terduga yang satu ini bahkan hampir tanpa perfikir akupun langsung menyanggupinya seraya berkata: Ya baiklah, tidak apa-apa, saya bersedia. Dan singkat cerita, akupun kemudian menikah dengan sang gadis.
Dan sejurus saat pertama kali kami berkumpul bersama sebagai suami istri, aku sempat kaget demi melihat kalung yang kutemukan di Makkah dulu itu ternyata melingkar indah di leher istriku. Aku bertanya: Bagaimana ceritanya? Maka istripun mennyampaikan kisah bahwa, kalungnya itu pernah sempat hilang di Makkah, lalu ditemukan oleh seorang laki-laki baik hati dan jujur, yang menyerahkannya kembali kepada bapaknya. Istri juga bercerita dan berkata: Kala itu Bapak juga sempat berdoa kepada Allah agar dipertemukan lagi dengan lelaki penemu kalung tersebut, untuk dinikahkan dengan putrinya, yang tidak lain adalah aku. Disini sang suami serta merta menimpali: Dan tahukah kamu bahwa, lelaki itu tiada lain adalah aku sendiri. Subhanallah..!