Pakaian Umar bin Khathab

Pakaian Umar bin Khathab

Pakaian Umar bin Al Khoththob

Suaramuslim.net – Fashion, semakin hari semakin banyak saja pilihannya. Tidak hanya kaum Hawa, kaum Adam pun semakin banyak kreasi yang seringkali membuat kalap untuk membelinya.

Tidak jarang seseorang membeli pakaian bukan karena “kebutuhan” namun “keinginan”, atau mengatakan itu kebutuhan meski di lemari masih banyak sekali yang bisa dikenakan. Ada baiknya kita kembali membuka lembaran sejarah Islam tentang hal yang mungkin dianggap orang sepele ini.

Mari kita lihat bagaimana pakaian sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang satu ini, Umar bin Al Khathab ra.

Dua pakaian saja

Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat (dengan sanad yang shahih) menyampaikan Umar ra. pernah berkata, “Tidak halal bagiku harta yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala. kecuali dua pakaian. Satu untuk dikenakan di musim dingin dan satu lagi digunakan untuk musim panas. Adapun makanan untuk keluargaku sama saja dengan makanan orang-orang Quraisy pada umumnya, bukan standar yang paling kaya di antara mereka. Aku sendiri hanyalah salah seorang dari kaum muslimin.”

Kesederhanaan Umar ra. dalam berpakaian juga disampaikan Ibn Jauzi dalam karyanya Manaqib Umar sebagai berikut :

Ketika memasuki negeri Syam saat penaklukan Baitul Maqdis Umar ra. mengendarai seekor unta yang telah tua. Kepalanya yang botak bersinar terkena matahari. Waktu itu ia tidak mengenakan topi ataupun sorban. Kakinya menjulur ke bawah kendaraan tanpa pelana.

Ia membawa satu kantong yang terbuat dari kulit yang digunakan sebagai alas untuk tidur jika ia berhenti turun. Ketika singgah di Baitul Maqdis ia segera memanggil pemimpin wilayah itu dan berkata, “Panggil kemari pemimpin wilayah ini.” Orang-orang segera memanggilnya, ketika hadir Umar ra. berkata padanya, “Tolong cucikan bajuku ini sekaligus jahitkan dan pinjami aku baju.” Maka dibawakan kepada ia baju yang terbuat dari katun. Ia bertanya, “Apa ini?” Dikatakan kepadanya bahwa baju ini dibuat dari katun. Ia bertanya kepada mereka, “Apa itu katun?” Mereka memberitahukan kepadanya apa itu katun. Umar ra. segera melepas bajunya lalu mencuci kemudian menjahitnya. Setelah kering ia mengenakannya kembali.

Melihat hal tersebut pemimpin wilayah itu berkata padanya, “Engkau adalah penguasa Arab, di negeri ini tidak pantas seseorang mengendarai unta.” Maka segera dibawakan kepadanya kuda yang bagus. Umar ra. segera melepas pelana dan pedalnya lalu menaikinya.

Ketika Umar ra. mulai mengendarainya, kuda tersebut berjalan dengan liar, ia segera memerintahkan kepada orang yang bersamanya, “Tahan kuda ini! Aku tidak mengira jika orang-orang di sini suka mengendarai setan-setan, tolong berikan untaku kembali!” Setelah itu ia turun dan kembali mengendarai untanya.

Tambalan di sana sini

Bagaimana perasaan Anda menggunakan baju dengan tambalan di sana sini? Jujur, mungkin banyak dari kita yang merasa malu. Namun tidak dengan Umar ra. bahkan ketika ia memegang tampuk kepemimpinan.

Umar ra. selalu memakai jubah yang terbuat dari kulit yang banyak tambalannya -sementara dia adalah Khalifah-, berjalan mengelilingi pasar sambil membawa tongkat di atas pundaknya untuk memukul orang-orang yang melanggar peraturan. Jika ia melewati biji atupun lainnya yang bermanfaat, maka ia akan mengambilnya dan melemparkannya ke halaman rumah orang. (Ibid3/330)

Anas berkata, “Antara dua bahu dari baju Umar ra., terdapat empat tambalan, dan kainnya ditambal dengan kulit. Pernah ia khutbah di atas mimbar mengenakan kain yang memiliki 12 tambalan. (Sebagaimana yang dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dari jalan-jalan yang sahih bersumber dari riwayat Anas. (Ath- Thabaqat al- Kubra, 3/328))

Subhanallah, jumlah pakaian yang dimiliki Umar ra. tidak hanya bisa dihitung dengan jari, namun bisa dihitung dengan satu tangan. Bahkan di pakaian tersebut terdapat banyak tambalan.

Lihatlah betapa Umar ra. mencontohkan zuhud dan selalu berhati-hati terhadap kegemilangan dunia, termasuk dalam urusan pakaian. Tidak salah mengikuti mode fashion dan lainnya, tapi betapa bijaknya jika kita jangan sampai terlena bahkan berlebihan didalamnya. Semoga menginspirasi.

Kontributor: Siti Aisy
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment