Peran Tekad Kuat dalam Perjuangan Umat

Peran Tekad Kuat dalam Perjuangan Umat

Peran Tekad Kuat dalam Perjuangan Umat

Suaramuslim.net – Tekad kuat adalah bagian asasi dalam perjuangan umat. Tanpanya, maka kinerja-kinerja dan obsesi besar tidak akan pernah terwujud. Muhammad Anis Matta dalam buku “Delapan Mata Air Kecemerlangan” (2014: 72) mendefinisikan tekad sebagai jembatan-jembatan di mana pikiran-pikiran masuk dalam wilayah fisik dan menjelma menjadi tindakan atau energi jiwa yang memberi kekuatan kepada pikiran untuk merubahnya menjadi tindakan.

Al Quran sendiri membahasakan tekad kuat atau bulat dengan istilah “azam” sebagaimana firman-Nya: “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS. Ali Imaran [3]: 159). Di sini, tekad kuat beriring tawakal. Artinya, kehendak yang sudah mantap dan terpatri dalam jiwa yang diiringi usaha riil dan dikuatkan dengan tawakal kepada Allah subhanahu wata’ala.

Dalam Al Quran, setidaknya ada tiga contoh konkret yang menggambarkan tekad kuat, yaitu kisah yang didahului dengan kata “lâ, lan abraha dan lan nabraha” yang dalam bahasa Arab berarti senantiasa atau tidak akan berhenti. Dua dari cerita ini menggambarkan tekad yang positif, sedangkan yang satunya negatif.

Pertama, kisah Nabi Musa ‘alaihis salam dan Yusya’ Dzun Nun saat mencari Khidir. Allah ta’ala berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya : ‘Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun’.”  (QS. Al-Kahfi [18]: 60)

Saat Musa ‘alaihis salam mendengar ada orang yang memiliki ilmu yang tidak dimilikinya, dengan antusias tinggi, beliau mau belajar. Tekad kuatnya diungkapkan secara verbal, “Aku tidak akan berhenti berjalan.” Tujuannya pun jelas yaitu untuk belajar ilmu. Dan itu dibuktikan melalui usaha konkret. Bahkan, dirinya rela berkorban -demi misi luhur ini- walau harus menempuh perjalanan bertahun-tahun.

Kedua, kisah saudara Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Saat saudara tertua merasa bersalah karena melanggar amanah sang ayah untuk kedua kalinya (yaitu menjaga Bunyamin ketika pergi ke Mesir meminta bantuan pada masa paceklik), ia bertekad secara verbal, “aku tidak akan meninggalkan negeri Mesir, sampai ayahku mengizinkan kepadaku (untuk kembali), atau Allah memberi keputusan terhadapku. Dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.” (QS. Yusuf [12]: 60) Tekad kuatnya untuk tidak pergi dari Mesir sampai diizinkan sang ayah atau mendapat hukuman pantas dari Allah benar-benar terbukti dan menggambarkan tekad bulat dalam masalah evaluasi diri dan taubat.

Ketiga, tekad sebagian pengikut Nabi Musa ‘alaihis salam yang akan senantiasa menyembah patung anak lembu sampai kedatangan Musa, “Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami.” (QS. Thaha [20]: 91) Walaupun tekad mereka ini salah, tapi mereka tetap bersikeras untuk melanjutkannya dengan perbuatan.

Dari ketiga cerita tersebut, yang namanya tekad adalah keinginan kuat yang dibuktikan dengan usaha nyata serta memiliki target atau tujuan yang jelas. Hanya saja, ada tekad yang baik, sebagaimana Nabi Musa ‘alaihis salam yang sangat antusias dalam menuntut ilmu atau saudara Nabi Yusuf ‘alaihis salam yang melakukan evaluasi diri dan ingin bertaubat sampai ayahnya memaafkan dan Allah pun mengampuninya. Ada juga tekad yang jelek, seperti sebagian pengikut Musa ‘alaihis salam yang bersikukuh pada kesyirikan.

Tekad kuat bagi umat memiliki peran yang sangat penting dan signifikan dalam membantu mensukseskan perjuangan mereka. Namun, hanya tekad kuat yang bertujuan untuk mencari hal yang manfaatlah yang dianjurkan dalam Islam. Karenanya Nabi shallalalhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah.” (HR. Muslim)

Pada hadits ini, disebutkan bahwa mukmin yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling kuat. Salah satu bagian dari kekuatan itu adalah tekad yang kuat. Namun, bukan sembarang tekad, atau sekadar semangat, tapi tekad yang diorientasikan pada hal-hal yang bermanfaat dan melibatkan Allah dalam segenap perjuangannya.

Dari sini, bisa disarikan pelajaran berharga, bahwa peran tekad kuat dalam perjuangan begitu besar. Ia bukan hanya sebagai pemantik kuat kinerja dan karya kebaikan yang hendak dicapai, tapi di waktu yang sama juga sebagai energi dahsyat yang bisa membuat sesuatu yang sebelumnya hanya sekadar wacana, menjadi realita; yang tadinya hanya sekedar pikiran menjadi perbuatan. Dengan demikian, tekad kuat seakan menjadi jembatan yang mengantarkan umat dari ide atau cita-cita luhur perjuangan mereka menuju kesuksesan gemilang berupa surga dan ridha-Nya.

Oleh: Mahmud Budi Setiawan, Lc*
Editor: Oki Aryono

*Tim Konten Pimpinan AQL Islamic Center Ustadz Bachtiar Nasir dan Alumnus Univ. Al Azhar Mesir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment