Pinjami Allah dan Kamu Akan Dapat Payung-Nya di Akhirat

Pinjami Allah dan Kamu Akan Dapat Payung-Nya di Akhirat

sedekah menyembuhkan penyakit - obat sakit
Ilustrasi berbagi makanan pokok. (Foto: Ist)

Suaramuslim.net – Biasanya manusia itu senang meminjamkan duitnya jika dikembalikan tepat waktu dan berlebih. Maka mestinya manusia lebih bersemangat untuk meminjamkan hartanya kepada Allah, karena pasti akan mendapatkan kembalian yang besar. Pinjaman kepada Allah itu dengan cara bersedekah di jalan-Nya.

Cara Memberi Pinjaman Kepada Allah

Allah berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 245;

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”

Ibnu Abu Hatim mengatakan terkait ayat di atas;

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قال: لَمَّا نَزَلَتْ: {مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ} قَالَ أَبُو الدَّحْدَاحِ الْأَنْصَارِيُّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ اللَّهَ لَيُرِيدُ مِنَّا الْقَرْضَ؟ قَالَ: “نَعَمْ يَا أَبَا الدَّحْدَاحِ” قَالَ: أَرِنِي يَدَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: فَنَاوَلَهُ يَدَهُ قَالَ: فَإِنِّي قَدْ أَقْرَضْتُ رَبِّي حَائِطِي. قَالَ: وَحَائِطٌ لَهُ فِيهِ سِتُّمِائَةِ نَخْلَةٍ وَأُمُّ الدَّحْدَاحِ فِيهِ وَعِيَالُهَا. قَالَ: فَجَاءَ أَبُو الدَّحْدَاحِ فَنَادَاهَا: يَا أُمَّ الدَّحْدَاحِ. قَالَتْ: لَبَّيْكَ قَالَ: اخْرُجِي فَقَدْ أَقْرَضْتُهُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ.

“Dari Abdullah ibnu Mas’ud yang menceritakan bahwa ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (membelanjakan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya. (Al-Baqarah: 245)

Maka Abud Dahdah Al-Ansari berkata, “Wahai Rasulullah, apakah memang Allah menginginkan pinjaman dari kami?” Nabi Saw. menjawab, “Benar, Abud Dahdah.” Abud Dahdah berkata, “Wahai Rasulullah, ulurkanlah tanganmu.” Maka Rasulullah Saw. mengulurkan tangannya kepada Abud Dahdah. Lalu Abud Dahdah berkata, “Sesungguhnya aku meminjamkan kepada Tuhanku kebun milikku.”

Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa di dalam kebun milik Abud Dahdah terdapat enam ratus pohon kurma, sedangkan istri dan anak-anaknya tinggal di dalam kebun itu. Maka Abud Dahdah datang ke kebunnya dan memanggil istrinya, “Hai Ummu Dahdah.” Ummu Dahdah menjawab, “Labbaik.” Abud Dahdah berkata, “Keluarlah kamu, sesungguhnya aku telah meminjamkan kebun ini kepada Tuhanku.” (Hadis ini dinukil oleh Abu Fida Ismail yang terkenal dengan Ibnu Katsir)

So, meminjamkan harta kita kepada Allah adalah dengan menginfakkan sebagian dari harta kita di jalan-Nya.

Tiga Macam Pinjaman Kepada Allah

Infak atau sedekah bisa meliputi infak wajib yaitu zakat mal, bisa pula infak sunnah. Dan siapa pun yang melakukan keduanya itu sama saja seperti memberikan pinjaman kepada Allah.

Dan semestinya infak wajib lebih didahulukan baru kemudian diikuti yang sunnah agar lebih sempurna pinjaman yang kita anugerahkan kepada Allah.

Sebagaimana ayat di atas, bahwa siapa yang memberikan pinjaman kepada Allah, maka akan mendapatkan kembalian yang berlipat-lipat.

Kualitas pribadi seseorang dengan semangatnya untuk meminjami Allah dengan hartanya atau menginfakkan hartanya di jalan-Nya itu ada tiga macam (menurut guru kami Abi KH Ihya Ulumiddin).

Beliau Abi menyatakan;

ما الفرق بين السخاء والجود والإيثار؟
السخاء اعطاء الاقل ولابقاء الاكثر
والجود اعطاء الاكثر وابقاء الاقل
والايثار اعطاء الكل من غير ابقاء شيء

“Perbedaan antara ‘sakho, juud dan itsar.’

Sakho adalah memberikan sedikit dan menyisakan lebih banyak.

Al Juud memberikan lebih banyak dan menyisakan lebih sedikit.

Al Itsar memberikan seluruhnya tanpa menyisakan sedikit pun.

Namun jiwa yang memiliki sifat dermawan, baik itu sakho’, juud atau itsar adalah sifat yang harus ada pada diri seorang muslim, agar bisa memberikan pinjaman kepada Allah.

Contoh Para Sahabat Nabi Yang Dermawan

Para Sahabat Nabi Muhammad juga memiliki sifat sifat di atas.

1. Sayyidina Abdurrahman bin Auf

Konglomerat Islam di zaman Nabi, yang selalu bersedekah untuk kepentingan Islam.

Beliau pernah menyumbang untuk biaya perang Tabuk sebanyak 200 uqiyah mas. Untuk diketahui 1 uqiyah emas senilai 31,7475 gram emas, atau setara dengan 7,4 dinar emas. Jika harga 1 dinar emas sekarang adalah sebesar Rp2.370.000, berarti 200 uqiyah itu nilainya setara lebih dari 3,5 miliar.

Beliau menyantuni veteran perang Badar yang masih hidup sebesar 400 dinar/orang, untuk 100 orang. Itu berarti 40 ribu dinar, yang setara sekitar 94 miliar.

Banyak lagi sedekah Abdurrahman bin Auf yang tercatat dalam sejarah.

Namun demikian ketika beliau wafat (32 H/652 M), dan sebelum wafatnya pada usia 72 tahun, beliau masih meninggalkan harta kekayaan yang sangat banyak: 1000 ekor unta, 100 ekor kuda, 3000 ekor kambing, dan setiap istrinya mendapatkan warisan 80.000 dinar.

Padahal, warisan untuk setiap istrinya hanya 1/4 dari 1/8 bagian. Sesuai syari’at Islam, istri mendapatkan bagian 1/8 karena ada anak, lalu 1/8 ini dibagi 4 karena ada 4 istri. Kekayaan yang ditinggalkan Abdurrahman saat itu berjumlah 2.560.000 dinar, atau setara dengan Rp 4 triliun. (1 dinar setara dengan 4,25 gram emas = 2.560.000 x 4,25 gram x Rp365.722 = 3.979.055.360.000 atau hampir Rp 4 triliun). Seperti dirinci oleh Dr M. Syafii Antonio.

2. Sayyidina Ustman bin Affan

Dalam sebuah riwayat beliau juga ikut menyumbang untuk perang Tabuk. Dana yang disumbangkan 1000 dinar, 1000 onta, dan 70 ekor kuda.

Membeli sumur Raumah dari Yahudi, atas tawaran Nabi Muhammad. Maka Sayyidina Ustman pun membeli sumur Raumah itu, tapi Yahudi memberi syarat, mau menjual sumur itu kepada Ustman seharga 12.000 dirham dengan kepemilikan bersama. Yaitu sehari milik Utsman sehari berukutnya milik Yahudi.

Pada hari milik Ustman, beliau mempersilakan masyarakat mengambil air. Maka masyarakat Madinah mengambil air sebanyak-banyaknya untuk persedian hari berikutnya. Sudah dipastikan pada hari sumur milik Yahudi jadi sepi.

Akhirnya Yahudi itu mendatangi Sayidina Ustman dan menjual kepemilikan itu secara penuh seharga 8000 dirham.

Ubaidillah bin Utbah menceritakan, ketika terbunuh, Sayidina Utsman masih memiliki harta, yaitu: 30.500.000 dirham (setara dengan Rp2,05875 triliun) dan 100.000 dinar (setara dengan Rp237 miliar).

3. Sayyidina Abu Bakar

Ia menyerahkan semua hartanya dalam perang Tabuk. Dan Sayyidina Umar menyerahkan setengah hartanya.

So, selayaknya sifat dermawan dengan minimal sifat sakho’ ada dalam diri kita, karena hal itu juga dianjurkan oleh Nabi Muhammad.

Dari Adi bin Hatim, bahwa Nabi bersabda;

اتقوا النار ولو بشق تمرةٍ

“Jagalah diri kalian dari api neraka, sekalipun dengan menyedekahkan sepotong kurma.” (muttafaq ‘alaih).

Aplikasi dari hadis itu adalah mencoba diri untuk berinfak sebagai semangat meminjami Allah meski hanya dengan 10 ribu rupiah setiap jumat misalnya. Atau 50 ribu rupiah setiap bulannya, yang penting istiqomah.

Sehingga jika kita memiliki sifat sakho’, juud apalagi itsar, kita akan mendapatkan hal-hal sebagai berikut di antaranya;

1. Kembalian pinjaman dari Allah yang berlipat lipat.

2. Mendapatkan ‘payung’ untuk menaungi dari panasnya di padang mahsyar. Pada waktu kepanasan itu banyak manusia mencari payung untuk bisa sekadar bernaung. Ternyata sedekah itu akan menjadi salah satu payung yang didapat di hari itu.

Uqbah bin Amir berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda;

كُلُّ امْرِئٍ فِيْ ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ أَوْ قَالَ يُحْكَمَ بَيْنَ النَّاسِ وَكَانَ أَبُو الْخَيْرِ لاَ يُخْطِئُهُ يَوْمٌ إِلاَّ تَصَدَّقَ فِيْهِ بِشَيْءٍ وَلَوْ كَعْكَةً أَوْ بَصَلَةً

“Setiap orang berada di bawah naungan sedekahnya hingga manusia diadili oleh pengadilan Allah. Atau beliau saw bersabda; ‘Hingga ditetapkan keputusan di antara manusia.” (HR Ibnu Khuzaimah, sanad shahih berdasarkan sanad Muslim).

Abu Al-Khair, salah satu perawi hadits berkata; “Tidak berlalu satu hari pun melainkan ia pasti bersedekah dengan sesuatu meski hanya dengan sepotong kue atau sebutir bawang.”

3. Pada akhirnya akan menjadi tameng diri dari api neraka.

4. Mendapatkan doa yang menyenangkan dari malaikat.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا

وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا (البخاري)

“Dari Abu Hurairah sesungguhnya Nabi Muhammad bersabda: “Tidak ada satu Subuh pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak”, sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya).” (HR Bukhari 5/270).

Itulah kenapa orang yang durhaka ketika mati pun minta hidup lagi agar bisa sedekah baik wajib maupun sunnah.

Allah Berfirman ;

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang salih.” (QS Al-Munafiqun: 10).

Orang itu minta dikembalikan lagi kepada kehidupan dunia agar bisa berzakat dan sedekah sunnah, karena mengetahui betapa besar pahala zakat dan sedekah itu sebagai bentuk bermuamalatnya kepada Allah.

Wallahu A’lam

*Disampaikan dalam program talkshow Dialog Motivasi Al Qur’an di radio Suara Muslim Surabaya 93.8 fm. Kamis 24 Januari 2019 pukul 05.30-06.30 WIB.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment