Salinglah Menjaga Hati

Salinglah Menjaga Hati

Biasakan untuk Salinglah Menjaga Hati

Suaramuslim.net – Pernahkah kita mendengar peribahasa “lidah lebih tajam daripada pedang”? Jika pernah, hal itu memang benar adanya. Allah subhanahu wa ta’ala memberikan karunia lisan kepada manusia untuk berbicara. Tentu saja karunia tersebut amat luar biasa.

Namun sayangnya, banyak dari kita yang sulit mengendalikan lisan. Utamanya bagi perempuan yang bergelar ibu. Kalau lagi pada berkumpul, hampir dipastikan ada satu atau dua orang yang tetiba saja bisik-bisik tetangga. Bahkan tak jarang mengatakan secara langsung di hadapan target.

Suatu saat ketika kegiatan posyandu, ada seorang ibu yang nyeletuk, “Badannya keliatan bongsor tuh, kok timbangannya cuma segitu?”

Ibu lain menimpali, “Nggak mau makan ya bu? Coba dikasih ini, dibuatin itu. Anak saya lahap makannya. Dan terbukti setiap bulan bisa naik sekilo.”

Di seberang, pemandangan yang tak sedikit berbeda juga terjadi. Ada seorang ibu yang mungkin tidak sengaja menyapa dengan penuh makna merendahkan.

“Usia berapa bu? Sepertinya sama dengan anak saya. Anak saya sudah bisa begini-begitu, kok anak ibu diam saja.”

Ada juga yang secara tidak sadar berbangga diri dengan kelebihan anaknya di depan seorang ibu yang tumbuh kembang anaknya tidak sebaik anak si ibu yang tengah berbangga tersebut.

Bisa membayangkan? Ya, betapa sedihnya sang ibu yang tumbuh kembang anaknya tak sepesat anak-anak pada umumnya? Tanpa harus dipertegas dengan sapaan, sindiran, ataupun cerita anak-anak yang mempunyai tumbuh kembang lebih baik dari buah hatinya, ibu ini sudah sangat sedih dan kuatir setiap harinya.

Bahkan, setiap hari tenaga si ibu sudah terkuras habis untuk menstimulasi agar sang buah hati bisa tumbuh dan berkembang sama seperti anak-anak pada umumnya. Bisa tersenyum, tengkurap, merangkak, duduk, berdiri, berjalan, bicara, berlari dan seterusnya sesuai dengan tahapan usia pada umumnya.

Bijak dengan menjaga lisan

Itulah seorang ibu dengan segala kepekaannya. Berhati-hatilah dengan lisan kita jika hendak menunjukkan kelebihan-kelebihan anak kita pada seseorang. Ataupun bersikaplah bijak dengan tidak selalu menyindir setiap waktu bertemu dengan sebutan “Anak itu kurang gizi, anak itu terlambat bicara, anak itu terlambat berjalan dan sebagainya.”

Karena bisa saja dari lisan dan sikap kita yang tidak terjaga akan melukai hati seorang ibu yang begitu tulus mengasuh sang buah hati dengan segala kondisinya. Terlebih bagi seorang ibu, anak adalah nyawa bagi kehidupannya. Anak adalah harga diri yang tidak boleh direndahkan oleh orang lain.

Rasa sayang diiringi dengan kedekatan yang begitu lekat sepanjang waktu, tak akan pernah bisa membuat sang ibu tenang jika ada orang lain yang tengah membicarakan hal tidak wajar tentang sang buah hatinya. Akan ada amarah membuncah, hingga kesedihan yang sangat menyesakkan dada.

Biasakan untuk selalu bersyukur

Bersyukur dengan kelebihan yang Allah karuniakan pada anak-anak kita bukanlah dengan berbangga diri, seolah-olah kita harus bercerita pada semua orang agar seluruh dunia tahu kehebatan anak kita.

Bersyukur dengan lisan yang tak pernah putus mendo’akan kebaikan untuk buah hati itu jauh lebih mendatangkan berkah. Semoga Allah jadikan kelebihan yang dikaruniakan kepada anak-anak kita sebagai ladang pahala yang mampu menuntun kita ke surga.

Dan bagi setiap ibu yang pernah merasakan sedihnya mendengarkan sindiran maupun sapaan yang tidak baik untuk buah hatinya. Semoga Allah selalu kuatkan hatinya. Yakinlah duhai ibu, di saat hatimu tengah bersedih mendengarkan ucapan dari lisan yang tidak baik tentang anak-anakmu, disitulah pintu-pintu terkabulnya doa tengah terbuka lebar. Dalam perasaan tidak berdaya, dalam kesedihan yang begitu meresahkan, Allah begitu dekat dengan dirimu.

Yakinlah dengan buah hatimu, yakinlah dengan kekuatan doa-doamu. Insyaallah anak-anak yang awalnya dianggap tidak seperti anak-anak pada umumnya ini akan menjadi sosok istimewa penuh inspirasi, yang mendatangkan manfaat luas untuk sesama. Maka janganlah bersedih ibu, hanya karena mendengar ada yang kurang dari buah hatimu.

Pesan untuk saya pribadi sebagai seorang ibu, dan tentunya untuk semua ibu di dunia, berhati-hatilah terhadap lisan karena sebuah ucapan bisa menjerumuskan kita ke dalam api neraka. Apabila kita tidak mengetahui sebuah perkara dengan pasti, sebaiknya kita diam saja. Dan janganlah kita mengucapkan perkataan yang menyakiti hati orang lain, sekalipun itu hanya candaan. Sebab di akhirat kelak, segala apa yang kita ucapkan dengan lisan pasti akan dimintai pertanggung jawaban.

Allah SWT berfirman: “Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS. Qaf: 18)

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”, (QS. Al Isra: 36)

Dalam hadits juga disebutkan, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hal ini Imam Al-Syafi‘i menjelaskan pula:

Apabila seseorang ingin berbicara, hendaklah berpikir dulu. Bila jelas maslahatnya maka berbicaralah, dan jika dia ragu maka janganlah dia berbicara hingga nampak maslahatnya”.

Dari beberapa dalil tersebut, tentunya semakin menguatkan kita untuk menjaga hati sesama ibu dengan lisan yang baik. Dengan terjaganya lisan kita, insyaallah keharmonisan kehidupan sosial kita juga akan terjaga.

Kontributor: Ummu Naura
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment