Tanning atau Metode Mencokelatkan Kulit, Aman kah?

Tanning atau Metode Mencokelatkan Kulit, Aman kah?

Suaramuslim.net – Seperti dikutip dari Daily Mail, seorang ibu yang bernama Jenni Coleman mengaku mendapatkan ejekan dari beberapa temannya melihat hasil tanningnya yang gagal. Hasil tanningnya yang gagal tersebut membuat teman-temannya menyamakan Jenni dengan karakter penyihir dalam film tahun 90an yang berjudul Wizard of Oz.

Tanning yang gagal ini terjadi setelah dia memakai beberapa lapisan produk tanning. Dia santai saja mendiamkan produk tanning itu di tubuhnya sembari bersantai di malam hari. Saat itu sebenarnya dia sudah melihat sedikit retakan warna hijau namun dia tetap berpikir positif dan menganggap hal tersebut bukanlah sebuah masalah besar.

Keesokan paginya saat Jenni bangun dan berkaca di kamar mandi, betapa kagetnya dia saat melihat seluruh warna kulitnya berubah menjadi hijau terang. Hal itu membuatnya sangat syok dan terpukul hingga hampir menangis.

Apa itu tanning atau metode mencokelatkan kulit?

Untuk mendapatkan warna kulit yang lebih gelap dan rata, biasanya seseorang melakukan tanning. Tanning dapat dilakukan secara indoor maupun outdoor. Tanning indoor biasanya dilakukan di salon khusus tanning menggunakan alat khusus, sementara tanning outdoor kira-kira sama dengan berjemur di bawah sinar matahari, terkadang dengan menggunakan lotion khusus agar warna yang dihasilkan lebih bagus dan merata.

Efek tanning bagi penampilan kulit?

Dikutip dari hellosehat, efek tanning, terutama indoor tanning, tidak akan langsung tampak setelah melakukan tanning. Tentu kulit akan berwarna lebih kecokelatan, tetapi selain itu melakukan tanning dalam jangka waktu lama juga bisa merusak penampilan kulit. Beberapa tanda kerusakan kulit yang diakibatkan oleh radiasi sinar UV yaitu:

  1. Timbul bintik-bintik cokelat.
  2. Timbul kerutan-kerutan halus dan tanda-tanda penuaan lain lebih cepat dari seharusnya karena sinar UVA yang merusak jaringan kulit hingga ke bagian dalam.
  3. Muncul bisul, jerawat, atau ruam-ruam kasar pada kulit.
  4. Terbakarnya kulit atau sunburn, yang diakibatkan oleh tingginya paparan sinar UVB.

Efek tanning bagi kesehatan tubuh?

Selain merusak penampilan kulit, efek sinar UVA juga dapat mempengaruhi sistem imun. Ini karena radiasi sinar UV diserap kulit hingga ke level molekul dan memicu terjadinya perubahan pada molekul dan sel yang berperan dalam sistem imun.

Gangguan kesehatan kulit yang lebih parah bisa terjadi setelah menjalani tanning selama bertahun-tahun, di antaranya adalah:

1. Kanker kulit non-melanoma

Kanker ini dapat terjadi di bagian squamous, sel yang membentuk bagian tengah hingga bagian terluar lapisan kulit, serta di bagian basal, sel yang berfungsi memproduksi sel kulit baru.

Di antara keduanya, kanker sel basal paling sering terjadi tetapi mudah untuk diobati karena biasanya tidak menyebar ke bagian tubuh lain dan pertumbuhannya sangat lambat. Sementara kanker yang terjadi di bagian squamous sedikit lebih berbahaya karena bisa menyebar ke bagian tubuh lain, tetapi pertumbuhannya cenderung lambat dan bisa diangkat dengan operasi.

2. Melanoma

Tipe kanker ini jarang terjadi tetapi merupakan jenis kanker kulit yang paling berbahaya. Kanker melanoma dapat berbentuk seperti tahi lalat atau freckles pada awalnya.

Tetapi, melanoma memiliki bentuk yang tidak teratur dan warnanya juga tidak merata, terkadang timbul rasa gatal pada melanoma. Penanganan secepatnya meningkatkan kemungkinan untuk sembuh karena kanker melanoma berkembang dengan cepat dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain.

Bagaimana cara tanning yang aman?

Bagaimana pun, jika kamu menginginkan warna yang lebih eksotis pada kulit, cahaya matahari alami jauh lebih baik dibandingkan tanning bed di salon. Hanya saja yang harus diingat adalah, jangan coba-coba berjemur di bawah sinar matahari tanpa menggunakan sunblock atau sunscreen. Jangan lupa bahwa produk-produk ini harus dioleskan ulang ke kulit setiap 1-2 jam sekali (tergantung SPF-nya), dan setiap setelah kamu berenang. Batasi juga waktu berjemur agar tak terlalu lama.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment