Teladan Al Laits bin Sa’ad dalam Hal Kedermawanan untuk Umat

Teladan Al Laits bin Sa’ad dalam Hal Kedermawanan untuk Umat

Teladan Al Laits bin Sa'ad dalam Hal Kedermawanan untuk Umat

Suaramuslim.net – Orang yang menginginkan perniagaan yang tak kan pernah merugi –sesuai dengan surah Fathir (35) ayat 29 adalah dengan menginfakkan hartanya baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Sosok yang bisa dijadikan teladan di antaranya adalah Al-Laits bin Sa’ad (94-175 H/ 713-791 M).

Al Laits bin Sa’ad adalah seorang ulama hartawan yang kepeduliannya kepada umat tak perlu diragukan. Uniknya, meski beliau adalah termasuk orang kaya raya bahkan dengan bahasa sekarang bisa disebut miliarder. Namun anehnya, dia tak pernah membayar zakat.

Mengapa itu bisa terjadi? Mengenai kisah ulama yang sezaman dan sekualitas Imam Malik ini, bisa dibaca dalam buku Imam An-Nawawi yang berjudul Tahdzīb al-Asmā wa al-Lughāt (II/73-74). Nama lengkap beliau Abu al-Hārits al-Laits bin Sa’ad bin Abdurrahman al-Fahmi. Di antara guru beliau adalah Atha’ bin Abi Rabbah, Abdullah bin Abi Malikah, Nafi’ Maula Ibnu Umar dan lain sebagainya. Sedangkan di antara muridnya seperti Muhammad bin ‘Ajlan, Hisyam bin Sa’ad, Ibnu Mubarak, Ibnu Luhai’ah dan lainnya.

Para ulama sepakat bahwa beliau adalah seorang imam besar ahli agama di Mesir. Terutama dalam bidang fikih dan hadits. Menurut Imam Syafi’i, Al Laits lebih baik pemahamannya mengenai fikih dibandingkan dengan Imam Malik. Hanya saja, pengikutnya tak sebanyak Imam Malik.

Al Laits, di samping sebagai ulama kawakan dan brilian, namun beliau juga hartawan yang sangat dermawan. Menurut kesaksian Qutaibah bin Sa’id, saat beliau berkunjung ke Madinah, beliau memberi hadiah kepada Imam Malik sebanyak seribu dinar. Sahabat beliau yang bernama Muhammad bin Ramah juga memberi pernyataan menarik.

Kata Muhammad, penghasilan Al-Laits selama setahun adalah sebesar 80 ribu dinar. Kalau dinilai dengan uang Indonesia mungkin sekitar 186 miliar lebih. Uniknya, beliau tidak pernah membayar zakat, karena hartanya tak pernah sampai nisab. Dalam buku Wafayāt al-A’yān (1994: 127) akan ditemukan jawabannya.

Salah satu yang menyebabkan harta beliau tak pernah sampai nisab adalah karena kedermawannya. Harta yang sebanyak itu biasa dibagi-bagi setelah shalat. Pernah Manshur bin Ammar datang menemui beliau, kemudian langsung diberi seribu dinar. Saat Imam Malik menghadiahi beliau makanan semacam roti yang di dalamnya ada kurma, kemudian beliau mengembalikan tempat roti itu penuh dengan emas.

Begitu dahsyat kepedulian Imam Al Laits kepada umat. Dirinya tak pernah wajib berzakat meski kaya raya karena rajin berderma untuk umat. Bila ulama seperti ini diteladani oleh umat Islam –utamanya yang hartawan—niscaya kebangkitan ekonomi umat tak lama lagi akan terwujud. Pada gilirannya umat Islam tidak bergantung kepada ekonomi-ekonomi di luar umat, karena di internal sendiri ekonomi sudah kuat karena para hartawan muslim begitu tinggi pada kepentingan umat.

Mereka –seperti halnya Al Laits—memiliki prinsip perniagaan yang tak kan pernah merugi atau perdagangan dunia akhirat yang bisa menyelamatkan sang penderma dari siksaan yang pedih sebagaimana firman Allah berikut:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ تِجَٰرَةٖ تُنجِيكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٖ ١٠ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ١١ يَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ وَيُدۡخِلۡكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَةٗ فِي جَنَّٰتِ عَدۡنٖۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٢ وَأُخۡرَىٰ تُحِبُّونَهَاۖ نَصۡرٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَتۡحٞ قَرِيبٞۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ١٣

10. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih 11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui 12. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ´Adn. Itulah keberuntungan yang besar 13. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Ash-Shaff [61]: 10-13)

Kontributor: Mahmud Budi Setiawan
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment