Suaramuslim.net – Konon, sebuah negeri di wilayah jazirah Arab yang penduduknya sebagian besar beragama Islam setiap tahun sebagian warganya melaksanakan ibadah haji. Mereka pergi ke Makkah berombongan dengan mengendarai onta.
Pada satu tahun tertentu, ada seorang jamaah haji negeri itu yang menghiasi ontanya dengan kain warna-warni yang sangat indah. Rupanya tindakan salah seorang jamaah haji ini menarik jamaah haji yang lain. Mereka membicarakannya sepanjang perjalanan menuju tanah suci. Begitu pula sepulang haji, semua jamaah haji tak henti-hentinya mengagumi kreativitas salah seorang jamaah haji itu. Maka, pada tahun berikutnya beberapa orang jamaah haji dari negeri itu meniru tindakan ini. Onta mereka dihias dengan kain warna-warni yang indah.
Waktu terus berjalan. Tahun-tahun berikutnya semua jamaah haji negeri itu harus menghias onta mereka dengan kain dan hiasan yang sangat indah. Dan, setelah beberapa puluh tahun kemudian, perjalanan haji itu tidak ada lagi. Kini di negeri itu hanya ada lomba menghias onta.
Pembaca budiman, dalam kehidupan ini setiap kegiatan yang kita lakukan pasti punya tujuan utama. Ini yang menjadi hal penting dari tindakan itu. Namun, di dalam perjalanan melaksanakan tindakan itu sering kali ada hal-hal kecil yang sering kali mengikuti kegiatan itu. Sayangnya, kegiatan sampingan itu tanpa disadari bisa melupakan kita kepada tujuan utama.
Masih ingatkah kita sewaktu duduk di bangku sekolah? Beberapa tugas sekolah harus dikerjakan secara berkelompok. Untuk itu kita berkumpul di rumah salah seorang teman untuk mengerjakan tugas. Biasanya sembari mengerjakan tugas kelompok kita mengadakan acara untuk meramaikan suasana. Rujakan atau makan-makan adalah contohnya. Tetapi anehnya, banyak di antara kita yang sangat menyukai kegiatan sampingan itu dan bahkan larut dalam kegiatan sampingan itu sampai lupa akan tugas yang akan harus dikerjakannya. Anda pernah mengalaminya?
Rupanya kejadian semacam ini tanpa kita sadari telah merambah wilayah ibadah. Banyak kegiatan sampingan yang sering kali timbul dari ibadah-ibadah ritual yang kita lakukan. Anehnya kegiatan sampingan ini sering kali lebih banyak memenuhi isi kepala kita. Dan akhirnya tanpa kita sadari hal itu bisa melupakan tujuan utama ibadah yang kita lakukan.
Setiap kali mendengar kata puasa Ramadhan, apa yang muncul di kepala kita? Ada cukup banyak jawabannya. Lebaran, mudik, buka bersama, baju baru, THR, tiket pesawat atau kereta api, kue lebaran, angpao dan masih banyak lagi. Mari sama-sama cermati deretan kata itu. Bukankah itu semua adalah beberapa hal sampingan dari ibadah puasa yang kita lakukan di dalam bulan Ramadhan. Tetapi mengapa hal-hal yang sejatinya pelengkap itu malah mendominasi pikiran kita? Seharusnya, tujuan utama puasa Ramadhan itulah yang paling kita pikirkan jika ingin puasa kita berhasil.
Puasa Ramadhan yang sebentar lagi akan kita laksanakan punya tujuan yang jelas. Ini tersurat jelas di dalam surah Al-Baqarah ayat 183:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa”
Takwa adalah tujuan utama berpuasa, maka seharusnya seorang yang berpuasa selalu menjaga konsentrasi pikirannya agar senantiasa puasanya sesuai arah, yaitu menuju ketakwaan. Puasa yang tidak mengantarkan pelakunya menjadi pribadi yang meningkat ketakwaanya adalah sebuah kesia-siaan belaka. Rupanya jauh-jauh hari Rasulullah sudah mengingatkan bahaya ini.
“Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah)
Pengertian takwa menurut istilah sudah sering kita baca di literatur atau mendengarnya dari para penceramah. Secara umum pengertian takwa itu mengarah pada satu konsep yakni melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangannya. Maka seorang yang berpuasa hendaknya selalu merenung apakah puasa yang dilakukannya membuatnya semakin mampu melaksanakan perintah atau menjauhi larangan.
Dengan memegang definisi takwa seperti di atas maka menjadi mudah untuk mengukur apakah puasa yang kita lakukan berhasil atau tidak. Ini akan terlihat setelah ibadah puasa Ramadhan berlalu. Jika setelah puasa Ramadhan ternyata tidak ada tambahan perintah Allah yang bisa kita laksanakan atau tidak ada tambahan larangan Allah yang bisa kita tinggalkan maka itu artinya puasa kita adalah puasa yang sia-sia.
Puasa Ramadhan tahun 1439 H masih beberapa hari lagi. Masih ada waktu untuk bersiap. Mari menata hati dan pikiran. Singkirkan hal-hal tidak penting yang punya potensi akan mengganggu dan bahkan membuat kita lupa dengan tujuan utama puasa. Penuhi pikiran kita dengan kata ‘takwa’ karena itulah tujuan utama kita melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Wallahu a’lam bis showab.
Kontributor: Awang Surya*
Editor: Oki Aryono
*Motivator spiritual dan penulis, tinggal di Bogor