Umar bin Abdul Aziz, Berduka Saat Diminta Berkuasa

Umar bin Abdul Aziz, Berduka Saat Diminta Berkuasa

Umar bin Abdul Aziz, Berduka Saat Diminta Berkuasa

Suaramuslim.net – Jika umumnya, orang berebut untuk mendapatkan jabatan tertentu,  orang yang satu ini justru sebaliknya. Ia justru menolak dengan keras tawaran untuk menjadi pemimpin. Dialah Umar bin Abdul Azis. Disarikan dari hidayatullah.com, berikut ini kisahnya.

Di jaman sekarang, banyak sekali orang- orang yang berlomba-lomba untuk meraih jabatan tertentu. Bahkan menggunakan berbagai macam cara demi meraih keinginannya untuk bisa maju menjadi seorang walikota, gubernur, anggota dewan hingga presiden. Jabatan itu diperebutkan hanya untuk memuaskan hawa nafsunya dan keserakahannya.

Namun, tidak pada zaman kekhalifahan yang waktu itu dipegang oleh para sahabat. Tatkala khalifah demi khalifah datang pergi silih berganti, disebut-sebutlah nama Umar bin Abdul Aziz untuk menjadi penggantinya. Nama Umar bin Abdul Aziz digadang-gadang menjadi calon khalifah yang baru. Tapi apa kata Umar?

“Jangan sebut-sebut nama saya, katakan bahwa saya tidak menyukainya. Dan jika tidak ada yang menyebut namanya, maka katakan, jangan mengingatkan nama saya,” ujar Umar bin Abdul Aziz.

Pernyataan ini sungguh di luar dugaan, pada saat dirinya ditunjuk sebagai khalifah untuk menggantikan khalifah sebelumnya, Sulaiman Bin Abdul Malik. Padahal seluruh hadirin setuju atas penunjukkan itu, tapi justru Umar menangis terisak-isak dengan memasukkan kepalanya ke dalam dua lututnya.

Bagaikan mendengar petir di siang bolong, Umar pun terkejut bahkan mengucapkan ‘Inna lillahi wa Inna ilaihi raji’uun saat ditunjuk sebagai khalifah. Bukannya berucap hamdalah atau mengadakan pesta, sebagaimana kebanyakan. Bahkan Umar bin Abdul Aziz malah banjir air mata karena takut pertanggungjawabanya di hadapan Allah pada hari kiamat kelak tak mampu dipikulnya.

Ketika semua hadirin telah memilihnya dan melantiknya, Umar berpidato dengan ucapan yang menggugah, “Taatlah kamu kepadaku selama aku ta’at kepada Allah. Jika aku durhaka kepada Allah, maka tak ada keharusan bagimu untuk taat kepadaku.”

Usai berpidato, khalifah menangis kemudian melanjutkan, “Alangkah besarnya ujian Allah kepadaku.”

Keserdehanaan Sang Khalifah

Umar bin Abdul Azis  adalah sosok langka. Bukannya merasa hebat, jabatan khalifah justru buat stress. Tiap sampai rumah, Umar langsung sujud di ruang khususnya. Sambil bercucur air mata, ucapnya, “Ya ummati. Ya ummati.”

Boro-boro nikmati fasilitas, memikirkannya pun tak sempat. Kengerian pertanggungjawaban telak terpahat. Khalifah dan hamba menyatu dalam diri. Memimpin umat dengan kepala. Mengelola umat dengan hati. Khalifah bangunannya, hamba landasannya, dan iman jiwanya.

Saat menjadi khalifah, ia justru hidup dalam kezuhudan dan wara’. Ketika ia disodori kendaraan “dinas” yang supermewah berupa beberapa ekor kuda tunggangan, lengkap dengan kusirnya, Umar menolak, dan malah menjual semua kendaraan itu, lalu uang hasil penjualannya diserahkan ke Baitul Maal. Termasuk semua tenda, permadani dan tempat alas kaki yang biasanya disediakan untuk khalifah yang baru.

Selain sosok khalifah yang sederhana, Umar Bin Abdul Aziz adalah seorang imam dalam permasalahan agama dan dunia, penghafal hadis nabawi, mujtahid, laki-laki yang zuhud, pula ahli ibadah, sosok yang benar-benar layak digelari pemimpin orang-orang yang beriman.

Rakyatnya memanggilnya Amirul Mukminin karena ia adalah seorang pemimpin yang saleh, kharimastik, bijaksana, dan dekat dengan rakyatnya. Sosoknya yang begitu melegenda tentu membuat hati penasaran untuk mengenalnya. Peristiwa-peristiwa pada pemerintahannya menimbulkan rasa cinta untuk meneladaninya.

Kontributor: Yetty
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment