Suaramuslim.net – Ibadah haji dengan segenap syarat dan rukunnya, memiliki banyak pelajaran yang perlu direnungi, di antaranya sebagai pengingat umat mengenai peristiwa dahsyat hari kiamat.
Tidak mengherankan jika dalam pembukaan Surah Al-Haj, tidak diawali dengan ayat-ayat yang membahas masalah haji, justru Allah membukanya dengan dua ayat yang membicarakan masalah kiamat. Tentu, pembukaan ini perlu ditadabburi secara serius, utamanya terkait ibadah haji.
Perhatikan firman Allah subhanahu wata’ala pada awal Surah Al-Haj berikut: “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat) [1] (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. [2]” (QS. Al-Haj [22]: 1-2)
Pada ayat ini, sebelum membicarakan masalah kiamat, Allah membukanya dengan perintah takwa kepada-Nya atas seluruh manusia. Menariknya, dalam haji pun, nilai-nilai takwa juga sangat ditanamkan, misalnya: barangsiapa mengangungkan syiar-syiar Allah (seperti: dalam haji) maka itu adalah bagian dari ketakwaan hati (QS. Al-Haj [22]: 32), demikian juga hewan-hewan sembelihan yang dikurbankan dalam ibadah haji misalnya, yang sampai pada-Nya pada akhirnya bukanlah daging dan darahnya tapi takwa umat kepada Allah subhanahu wata’ala (QS. Al-Haj [22]: 37)
Kalau diperhatikan secara seksama, memang dari amalan haji mengandung peristiwa yang mengingatkan umat akan hari kiamat. Peristiwa wukuf di Arafah misalnya, menggambarkan peristiwa dahsyat di Padang Mahsyar saat manusia dari sejak Adam hingga berakhirnya dunia berkumpul jadi satu untuk menunggu giliran mempertanggung jawabkan apa yang diperbuat saat berada di dunia.
Karenanya, sebagaimana orang yang menunaikan haji memerlukan bekal yang cukup agar sampai ke tujuan, maka untuk menuju hari kiamat manusia diperlukan bekal yang cukup ketika berada di dunia. Sedangkan sebaik-baik bekal –sebagaimana difirmankan Allah dalam Surah al-Baqarah [2]: 197 saat membahasa masalah haji- adalah bekal takwa. Dengan demikian, orang berhaji dengan haji yang ditunaikannya seyogyanya mematrikan kesadaran internal mengenai dahsyatnya hari kiamat.
Dengan mengingat peristiwa kiamat, tentu saja membuat keimanan orang bertambah kuat, serta kepada Allah akan menjadi lebih dekat. Kalau ada yang melupakan peristiwa dahsyat ini, maka jalannya bisa tersesat bahkan malah mengantarkannya pada azab. Allah subhanahu wata’ala sendiri menandaskan dalam Al Quran bahwa salah satu sebab manusia diazab adalah karena mereka melupakan perhitungan di hari kiamat: “Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS. Shad [38]: 26)
Akhirnya, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini sepatutnya direnungi, “Ibadah umrah ke ibadah umrah berikutnya adalah penggugur (dosa) di antara keduanya, dan haji yang mabrur tiada balasan (bagi pelakunya) melainkan surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini bukan saja menjelaskan keutamaan umrah dan haji, tapi sekaligus dalam waktu yang sama menyiratkan bahwa semua amal yang dilakukan dalam dua ibadah ini akan bermuara akhirat (surga), maka jangan sampai melupakannya.
Oleh: Mahmud Budi Setiawan, Lc
Editor: Oki Aryono