Hak-Hak Istri yang Harus Dipenuhi Suami dalam Islam

Hak-Hak Istri yang Harus Dipenuhi Suami dalam Islam

Suami istri. Foto: mediasulsel.com

Suaramuslim.net – Keluarga diibaratkan seperti batu bata pertama dalam sebuah bangunan masyarakat. Apabila keluarga baik, maka masyarakat pun akan ikut menjadi baik dan sebaliknya jika keluarga rusak, maka masyarakat akan menjadi rusak pula.

Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian pada urusan keluarga dengan perhatian yang sangat besar, sebagaimana Islam juga mengatur hal-hal yang dapat menjamin keselamatan dan kebahagiaan keluarga tersebut.

Islam mengibaratkan keluarga seperti suatu lembaga yang berdiri di atas suatu kerja sama antara dua orang. Penanggung jawab yang pertama dalam kerja sama tersebut adalah suami. Allah SWT berfirman,

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (An-Nisa: 34).

Tujuan agung Allah menciptakan istri-istri untuk kita adalah agar bersama saling merajut mawaddah (rasa cinta), rahmah (kasih sayang) dan sakinah (kententeraman), untuk mewujudkan kebahagiaan, harmoni, dan kasih sayang dalam keluarga.

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.” (An-Nisa: 19).

Ingatlah, bahwa istri yang berada dalam pelukanmu adalah amanah dan titipan dari Allah Ta’ala. Kelak pada hari perhitungan diadakan, kamu akan dimintai pertanggunganjawaban. Apakah kamu telah memenuhi hak-haknya atau bahkan menyia-nyiakannya?

Hak-hak istri yang harus dipenuhi oleh suami berupa hak-hak material seperti mahar dan nafkah dan hal-hak immaterial, seperti berikut ini.

1. Bergaul dengan istri dengan cara yang layak

Menjadi patner yang baik, melindunginya dari hal-hal yang dapat menyakiti fisik dan perasaannya, tidak melalaikan hak-haknya selama mampu untuk memenuhinya, selalu tampak gembira, murah senyum, dan muka berseri-seri.

Allah berfirman, “Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut…” (An-Nisa: 228).

Rasulullah bersabda:

“Sebaik-baik kalian adalah kalian yang paling baik dalam memperlakukan keluarganya; aku adalah orang yang paling baik di antara kalian dalam memperlakukan keluargaku.” (At-Tirmizi dan Ibnu Hibban).

2. Bersikap lemah lembut dan mesra kepada istrinya, juga memberikan perhatian sesuai dengan usianya

Dalam hal ini, seorang suami hendaknya meneladani Rasulullah. Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha:

“Suatu ketika, orang-orang Habsyi bermain, lalu Rasulullah membatasiku, sedangkan saya asyik menonton permainan mereka. Maka, hendaknya kalian memberikan perhatian kepada istri kalian yang masih muda, yang masih suka bermain dan menonton permainan.” (Al-Bukhari dan Muslim).

Riwayat lain menyebutkan Nabi Muhammad pernah menantang Aisyah untuk lomba adu cepat lari.

Beliau berkata, “Wahai Aisyah, mari kita lomba adu cepat lari.” Aisyah pun menyanggupinya, dan Aisyah memenangkan perlombaan ini. Kemudian, ketika tubuh Aisyah gemuk, mereka mengadakan lomba adu cepat lari lagi. Kali ini, Rasulullah memenangkan perlombaan ini. Beliau tersenyum seraya berkata kepada Aisyah, “Kemenangan ini untuk membayar kekalahanku pada waktu itu.” (Ahmad).

Aisyah juga menuturkan:

“Saya suka bermain boneka di sisi Nabi. Saya mempunyai banyak teman perempuan. Ketika Rasulullah memasuki rumah, mereka bersembunyi di balik tirai, kemudian beliau mengirimkan mereka kepadaku, maka aku bermain dengan mereka.” (Al-Bukhari dan Muslim).

3. Merayakan pernikahan

Memang tidak wajib, tapi disunnahkan menurut kemampuan masing-masing saja. Rasulullah bahkan merayakan pernikahannya dengan Shafiyah hanya dengan menghidangkan kurma dan gandum kepada para sahabatnya. Tapi hal tersebut tetap sunah dilakukan, sehingga Nabi bersabda, “Buatlah suatu pesta perkawinan, meskipun hanya dengan seekor Kambing.”

Ini termasuk dalam hak-hak seorang istri, karena dengan begitu ia akan dihormati dalam kehidupan sosialnya.

4. Memenuhi semua hak istri tanpa menguranginya sama sekali

Diriwayatkan dari Mu’awiyah bin Haidah radhiyallahu anhu bahwa dia berkata, “Wahai Rasulullah, “Apa saja hak-hak istri atas suaminya?”

Rasulullah menjawab, “Memberinya makanan, membelikan pakaian, jangan memukul wajahnya, jangan mencelanya, dan jangan mendiamkannya kecuali di dalam rumah.” (Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Sebagian kaum laki-laki yang telah beristri begitu loyal kepada para sahabatnya dan lalai terhadap hak-hak istrinya. Padahal seseorang akan selalu mendapatkan pahala untuk semua nafkah keluarganya.

Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Rasulullah bersabda:

”Satu dinar yang kamu sumbangkan dalam perjuangan di jalan Allah Ta’ala, satu dinar yang kamu nafkahkan untuk memerdekakan budak, dan satu dinar yang kamu nafkahkan kepada istrimu, dan yang paling besar pahalanya adalah dinar yang kamu nafkahkan kepada istrimu.” (Muslim).

5. Menjaga perasaan dan memuaskan dahaga batin sang istri

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut.” (An-Nisa: 19).

Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata:

“Sesungguhnya aku senang berhias untuk istriku, sebagaimana aku senang istriku berhias untukku.

Aku teringat firman Allah Ta’ala yang berbunyi, “Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut.” (An-Nisa: 19), dan firman-Nya:

“Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut.” (Al-Baqarah: 228).

Pelanggaran-pelanggaran yang sering dilakukan dalam keluarga muslim dan tidak disadari penuh oleh orang-orang yang ada di dalamnya adalah berkata-kata kotor dan jorok, menjelek-jelekkan rupa dan perangai sang istri.

Begitu pula halnya dengan sikap yang menunjukkan ketidaksukaan terhadap keluarga istri dan menyebutkan kekurangan-kekurangan mereka, memaki-maki istri, mencaci, mencela, dan memanggilnya dengan nama-nama dan julukan-julukan yang buruk.

Semua ini akan membuat hatinya hancur dan tidak mampu lagi menyembuhkannya.

Termasuk sikap-sikap yang dapat menjaga perasaan seorang istri adalah memanggilnya dengan panggilan yang paling disukai, mengucapkan salam kepadanya saat masuk rumah, berkasih mesra dengan memberikan hadiah atau mengucapkan kata-kata yang indah.

Ingatlah selalu sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

“Orang yang paling beriman adalah orang yang paling baik budi pekertinya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik bagi istri-istrinya.” (Ahmad dan At-Tirmizi).

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment