Suaramuslim.net – Dalam hidup, kita tentu ingin sukses dan bahagia. Hidup di dunia hanya sekali, maka jadikanlah hidup itu berarti. Selain hidup di dunia, kita juga akan meneruskan kehidupan kita di akhirat yang kekal lagi abadi. Dalam persepsi hidup seorang muslim, kehidupan sesungguhnya adalah di akhirat nanti. Sementara dunia adalah tempat persinggahan sementara; tempat berladang menanam amal kebaikan, medan perjuangan untuk kehidupan yang abadi nanti.
Surah Yusuf adalah satu-satunya surah dalam Al Quran yang mengisahkan cerita secara utuh dengan semua penggalannya. Karenanya, Allah menyatakan bahwa Dia telah menurunkan kepada Rasul-Nya kisah terbaik, yang memuat seluruh anasir kisah yang baik, berupa penggunaan simbol dan rajutan-rajutan logika. Surah ini dimulai dengan penggalan mimpi Yusuf dan berakhir dengan tafsir realisasi mimpi tersebut. Inspirasi pertama dari kisah Nabi Yusuf untuk memupuk optimisme umat, adalah pola pengasuhan orang tua yang saleh bagi keberlangsungan penanaman nilai-nilai spiritual yang kokoh pada kejiwaan anak-anaknya. Generasi muda adalah aset berharga umat ini, maka peran orang tua sangat penting mendidik generasi umat.
Ada banyak pelajaran tentang parenting dalam kisah Yusuf, yaitu tentang pengasuhan ayah kepada anak-anaknya; tentang dialog antara Yusuf dengan sang ayah, Nabi Ya’kub yang terlihat sangat intim penuh kasih sayang. Dialog yang mengingatkan setiap orangtua untuk mewaspadai penyakit iri hati dan dengki yang mungkin timbul dalam diri anak-anaknya. Karena itulah Rasulullah berpesan agar setiap orangtua berlaku adil dan memberikan hadiah yang sama kepada semua anaknya.
Perhatikan dialog Nabi Ya’qub terhadap sang buah hati Yusuf, terkait mimpi yang dialaminya. Allah menceritakan dalam firman-Nya: Ayahnya berkata, “Hai Anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebagian dari ta’bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Q.s. Yusuf [12]: 5- 6)
Ayah yang sangat dekat dengan anaknya akan melahirkan kepribadian yang tangguh. Yusuf belajar ketakwaan dan kesabaran dari sosok Nabi Ya’kub yang amat penyabar. Pengaruh kuat pendidikan sang ayah berlanjut hingga dewasa sehingga ketika Yusuf hampir saja berbuat mungkar dengan istri pembesar Mesir, terlintaslah visualisasi Nabi Ya’kub di depan mata Yusuf sehingga ia urung melakukan perbuatan itu.
Sesungguhnya wanita (Zulaikha) itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (Q.s. Yusuf [12]: 24).
Pesan pertama dari surah Yusuf adalah pendidikan karakter (agama, akhlak, dan sebagainya) yang ditanamkan orangtua kepada anaknya. Inilah titik tolak pertama menuju pribadi yang sukses di dunia dan akhirat. Kisah Yusuf bukan sekadar meriwayatkan suatu kisah, melainkan menyampaikan pesan utama yang tertuang dalam penggalan akhir cerita yaitu: … “Siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sungguh Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (Q.s. Yusuf [12]: 90).
Cara Nabi Yusuf Memupuk Optimisme Umat
Inspirasi kedua dari kisah Nabi Yusuf untuk memupuk optimisme umat, adalah keyakinan penuh bahwa takdir Allah di alam raya dan diri manusia pasti berlaku. Kewajiban kita adalah bersabar dan tidak berputus asa dari rahmat Allah. Poros utama kisah Yusuf adalah sebuah pesan: “Percayalah kepada pengurusan Allah untukmu, bersabarlah, dan jangan berputus asa! Takwa dan sabar adalah kunci utama membentuk pribadi yang sukses lagi gemilang”.
Surah Yusuf ini bercerita dengan cara yang menakjubkan. Intinya, sesuatu yang indah dapat berakhir dengan keburukan. Sebaliknya, suatu yang buruk dapat berakhir menjadi suatu keindahan. Demikianlah yang terjadi dalam kisah Yusuf. Cinta Nabi Ya’kub kepada Yusuf adalah indah, tetapi berakhir tragis; Yusuf dijebloskan ke sumur oleh saudara-saudaranya karena dengki. Dijebloskan ke dalam sumur adalah buruk, tetapi akhirnya indah; Yusuf dimuliakan di rumah Perdana Menteri Mesir. Dimuliakan sebagai anak angkat Perdana Menteri Mesir adalah indah, tetapi berakhir buruk; Yusuf harus dipenjara untuk menjaga kehormatan istri Perdana Menteri yang ingin berselingkuh. Dijebloskan ke penjara adalah mimpi buruk, tetapi berakhir dengan indah; dari penjara itulah Yusuf mentakwil mimpi raja hingga ia diangkat menjadi Perdana Menteri.
Tujuan kisah ini adalah agar kita wahai kaum Muslimin, menyadari bahwa pengaturan alam semesta adalah sesuatu yang berada di luar kemampuan kita. Karenanya, jangan sibukkan diri kita untuk ikut serta mengaturnya. Biarkan alam semesta bekerja sesuai dengan aturan Sang Khaliq.
Jika Anda perhatikan kejadian demi kejadian yang membuat Anda putus asa dan tak memahami hikmahnya, maka janganlah Anda lemah dan patah arang. Percayalah kepada pengaturan Allah. Dialah pemilik kerajaan ini, dan Dia pulalah sebaik-baik pengatur segala urusan di jagat raya ini. Manusia tidak boleh bergembira dengan sesuatu yang lahirnya tampak rahmat, tetapi batinnya adalah siksaan. Begitu pula sebaliknya, jangan bersedih dengan sesuatu yang lahirnya tampak siksaan, tetapi batinnya justru adalah rahmat. Surah Yusuf ini tidak menampilkan sosok beliau sebagai seorang nabi, (sosok kenabiannya ada di dalam Surah Ghafir). Disini, yang ditonjolkan adalah sosok Yusuf sebagai manusia yang mengalami kehidupan yang sangat keras sejak kecilnya, tetapi bisa menjadi pribadi yang sukses. Seolah Allah Ta’ala hendak mengatakan bahwa Yusuf tidak dihadirkan dengan berbagai mukjizat, melainkan dimunculkan sebagai manusia biasa yang bertakwa kepada Allah sehingga mampu meraih kesuksesan. Sungguh, suatu pelajaran yang sangat berharga bagi setiap pemuda Muslim yang tengah diuji atau pengangguran yang sedang mencari kerja. Inilah harapan bagi setiap orang yang ingin sukses dalam hidup meski harus melewati berbagai kenyataan pahit.
Lanjutan Baca Artikel di Memupuk Optimisme Umat dengan Inspirasi Kisah Nabi Yusuf As – Bagian (2)
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net