Kerinduan Menjadi Seorang ibu

Kerinduan Menjadi Seorang ibu

Kerinduan Menjadi Seorang ibu
Ilustrasi pasangan suami istri. (Ils: Dribbble/Mohamed Badr)

Suaramuslim.net – Menjadi ibu, adalah mimpi-mimpi yang dilatih dengan kerinduan, cinta, dan asahan rasa. Seruak cita itu adalah fitrah paling indah yang dikaruniakan Allah. Kecenderungan, rasa, kemuliaan. Ibu, mulia cukup dengan telapak kaki perjuangan. Karena tak seorang pria pun memiliki kedudukan itu. Surga di telapak kaki.

Ibu, panggilan yang begitu menggetarkan, mengharu biru, menggemakan rasa terdalam di diri setiap wanita. Selalu dan senantiasa. Ada nuansa cita, imaji dan ghirah setiap kali kata tiga huruf itu diteriakkan oleh sosok-sosok mungil yang menyambut kehadiran.

Ibu. Panggilan yang meneguhkan status kemanusiaan dan kehormatan. Ibu disebut tiga kali di depan, baru ayah menyusul kemudian. Begitulah Rasulullah menegaskan. Ia juga panggilan yang membawa makna perjuangan. Pegalnya membawa kandungan, susahnya posisi berbaring dan sakitnya melahirkan. Tapi juga senyum manis di saat berdarah-darah mendengar tangis sang putra pecah.

Ibu, mungkin memang tak sesederhana itu. Karena posisi ibu adalah anugerah, yang keimanan pun bukan jaminan Allah pasti mengkaruniakannya. Meski fitrah setiap wanita sangat memimpikan untuk mendapat panggilan tersebut. Persis sebagaimana Aisyah, Hafshah, Zainab binti Jahsy dan lainnya. Meskipun mereka termasuk Ummahatul Mukminin, tetapi mengandung, melahirkan, menyusui serta menimang adalah bagian dari saat yang dinanti bersama hakikat kata Ibu.

Atau terkadang penantian panjang, kegelisahan, kecemasan dan kata seterusnya, jika panggilan itu tak segera hadir, adalah ujian lain dari Allah. Alasan kesehatan, kerawanan melahirkan pada usia tertentu menjadi gurita kecemasan lain yang mencoraki ujian itu. Lalu Allah menjawab doa di antara hamba-Nya, istri Ibrahim dengan si salih Ishaq, istri Imran dengan si suci Maryam, dan istri Zakariya dengan si alim Yahya. Setelah penantian panjang, doa yang menghiba dan rasa yang tersembilu. Selalu ada hikmah yang Allah limpahkan di balik setiap ujiannya. Termasuk ujian akan penantian panjang sang buah hati.

Ada kalanya susah, payah dan lelah dalam mengandung sangat tidak nyaman dirasakan oleh sebagian wanita. Namun bagi sebagian wanita yang lain, momen tersebut adalah hal yang telah lama dirindukan. Bahkan berbagai cara pun rela mereka tempuh demi mendapatkan karunia berupa buah hati. Bersyukurlah bila telah mendapat karunia itu. Dan jangan berputus asa bila belum mendapatkannya. Mungkin penantian panjang akan kerinduan panggilan ’ibu’ adalah ladang amal tersendiri yang pahalanya akan dituai kelak di akhirat. Atau itu merupakan cara Allah, agar kita lebih banyak belajar tentang ilmu parenting, mengasihi anak-anak juga merawat cinta bersama suami. Allah yang maha tahu, sedangkan ilmu kita amat sangat terbatas untuk menebak segala rencana-Nya di depan sana. Wallahu a’lam Bishawab.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment