Belajar Matematika Tingkatkan Fungsi Otak dan Atasi Pikun

Belajar Matematika Tingkatkan Fungsi Otak dan Atasi Pikun

Belajar Matematika Tingkatkan Fungsi Otak dan Atasi Pikun

Suaramuslim.net – Bagi sebagian anak, matematika menjadi mata pelajaran yang paling membosankan. Bahkan, ada yang bilang matematika itu pelajaran mengerikan karena sulitnya berkutat dengan angka-angka dan perhitungan cukup rumit. Itulah mengapa setiap kali guru atau orang tua memberikan rentetan soal matematika, anak mudah malas mengerjakan.

Namun pernahkah kita ketahui bahwa belajar matematika punya banyak manfaat lho. Disamping mempermudah kita dalam urusan perhitungan uang misalnya, ternyata mengerjakan soal matematika berpengaruh pada kondisi fisik manusia.

Belajar matematika mampu mencegah sekaligus mengatasi pikun, terutama pada mereka yang sudah lanjut usia. Latihan berhitung bisa mendukung fungsi otak dan meningkatkan kecerdasan. Di dalam otak manusia terdapat emat bilik, atau dalam bahasa kedokteran dinamakan lobus. Keempat bilik itu adalah lobus frontal, lobus parietal, lobus oksipital, dan lobus temporal. Setiap biliknya punya lokasi dan fungsi berbeda.

Ketika seseorang belajar matematika, maka lobus frontal dan parietal akan bekerja lebih aktif. Lobus frontal sendiri terletak di daerah dahi. Fungsinya untuk memproses informasi baru, berpikir logis, mengatur gerakan tubuh, dan berbahasa. Sementara bagian otak kedua yang bekerja keras saat belajar matematika adalah lobus parietal. Dia berfungsi untuk mengatur indra peraba (sentuhan), mendeteksi lokasi dan arah, serta berhitung.

Sebuah studi dari Profesor Ryuta Kawashima berusaha membandingkan otak peserta penelitian menjadi dua bagian. Kelompok pertama bermain game sementara yang lain mengerjakan soal matematika cukup mudah (misalnya penjumlahan, pengurangan, dan perkalian).

Awalnya para ahli mengira bahwa peserta yang bermain game akan memiliki otak lebih aktif dibandingkan mereka yang mengerjakan matematika. Namun, ternyata jumlah bagian otak yang aktif saat mengerjakan matematika jauh lebih banyak daripada saat bermain game.

Ketika kita diberikan soal berhitung yang mudah, area prefrontal pada otak menjadi aktif. Misalnya kita mengerjakan soal perkalian 2×2, maka bagian otak yang berfungsi untuk berbicara akan menjadi aktif. Ini karena secara tidak sadar otak akan mengingat kembali bacaan tabel perkalian. Sehingga aktivitas ini memicu keaktifan bagian otak yang punya fungsi untuk membaca.

Manfaat lain yang diperoleh ketika kita mengerjakan soal matematika adalah aktifnya kedua sisi otak (sisi kiri dan kanan). Profesor Ryuta Kawashima menganjurkan agar kita mengerjakan soal matematika sederhana beberapa saat sebelum mengerjakan sesuatu yang sulit. Tindakan ini akan menyebabkan proses informasi yang kita peroleh berjalan lebih efisien dikarenakan otak sudah teraktivasi.

Mungkin orang berpikir bahwa semakin sulit soal yang dikerjakan, bagian otak yang aktif pun semakin banyak. Padahal, faktanya tidak demikian. Justru saat kita mengerjakan soal matematika sulit, hanya sisi otak kiri saja yang bekerja. Sisi otak sebelah kiri merupakan area yang berfungsi untuk mengatur bahasa (pada orang yang tidak kidal).

Saat mengerjakan soal yang sulit, misal 54 : (0,51-0,9) maka kita tidak langsung mengetahui jawabannya. Justru yang kita lakukan adalah membaca soal berulang kali. Sehingga menyebabkan bagian otak kiri harus bekerja keras. Lain halnya ketika kita mengerjakan soal perhitungan yang mudah, sisi kanan dan kiri otak kita keduanya aktif dengan imbang.

Disamping mengaktifkan kedua sisi otak, matematika dapat membantu mencegah dan mengatasi pikun, terutama pada mereka yang usia lanjut. Membaca soal matematika sambil bersuara ternyata mampu mencegah pikun. Pada usia lanjut, umumnya terjadi penurunan kemampuan berpikir, khususnya pada bagian prefrontal.

Bagian prefrontal akan bisa diaktifkan bila kita mengerjakan latihan soal matematika. Untuk mengolah soal matematika, ada dua proses yang terjadi pada bagian otak. Pertama, kemampuan membaca soal dan angka-angka serta mengoperasikannya. Kedua, menggerakan tangan untuk menuliskan rumus, hitungan dan hasil jawabannya. Hal sederhana ini ternyata dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan menurunkan kondisi pikun yang parah.

 

Kontributor: Siti Aisah *
Editor: Oki Aryono

*Lulusan S1 Ilmu Komunikasi Unair

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment