Suaramuslim.net – Sejarah Turki, tak bisa dilepaskan dengan perkembangan peradaban Islam. Begitu pula dengan kerajaan Turki Ustmani. Tulisan berikut ini menjelaskan tentang kondisi kerajaan Ustmani saat itu.
Kerajaan Turki Ustmani merupakan kerajaan yang pertama berdiri, semenjak terjadinya penyerangan oleh bangsa Mongol dimana seluruh peninggalan budaya, peradaban Islam serta pusat- pusat kekuasaan Islam hancur bahkan kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis.
Namun, dalam kehancurannya itu justru Kerajaan Turki Usmani menjadi pioner dalam perkembangan dunia Islam dan sebagai jalan pembuka masuknya era industrialisasi ke dunia Islam.
Pada awal berdirinya, kerajaan Turki Ustmani hanya memiliki sedikit wilayah. Namun karena mendapat dukungan yang kuat dari militer, tidak berapa lama Turki Utsmani menjadi kerajaan yang besar bahkan bertahan dalam kurun waktu yang cukup lama.
Kemajuan dan perkembangan yang dialami oleh kerajaan Turki Usmani berlangsung pesat sehingga mempengarungi kemajuan- kemajuan pada bidang kehidupan yang lain juga seperti dalam bidang kemiliteran.
Kerajaan Turki Usmani mengalami masa keemasan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keberanian, ketrampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan saja dan di mana saja.
Kemajuan Militer dan Kesalehan Raja
Faktor utama yang tak kalah pentingnya dalam mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini adalah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan. Tabiat yang merupakan warisan dari nenek moyangnya di Asia Tengah.
Perkembangan lain pada masa Turki Usmani yaitu dalam bidang pemerintahan yang mengalami kesuksesan dalam menciptakan jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas para raja-raja Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi.
Dibantu oleh Shadr Al-A’zham, perdana menteri yang membawahi Pasya, gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingkat I di bawahnya terdapat beberapa orang al-Zanaziq atau ‘Alawiyah (bupati).
Contohnya, ketika Turki Ustmani dipimpin oleh Murad II. Beliau adalah seorang penguasa yang saleh dan dicintai rakyatnya, ia juga seorang yang sabar, cerdas, berjiwa besar, dan ahli ketatanegaraan. Bahkan Murad II banyak mendapat pujian dari sejarawan barat.
Selain itu, di masa pemerintahan Sultan Sulaiman I untuk mengatur urusan pemerintahan negara disusun sebuah kitab undang-undang (Qanun) yang diberi nama Multaqa al-Abhur yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani.
Bidang Perkembangan Seni Arsitektur Islam juga tidak kalah menonjol pada masa pemerintahan Turki Usmani ini bisa dibuktikan dengan beberapa peninggalan bangunan-bangunan masjid yang indah. Seperti masjid Al-Muhammadi atau masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid Agung Sulaiman, dan masjid Abi Ayyub Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Ada salah satu masjid yang terkenal keindahan kaligrafinya adalah masjid yang asalnya Gereja Aya Sopia. Yang mana hiasan kaligrafi itu dijadikan penutup gambar Kristiani yang ada sebelumnya.
Pengaruh dari ekspansi wilayah Turki Usmani yang sangat luas, memberikan pengaruh terhadap kebudayaan yang ada yang kemudian berpadu dengan kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab.
Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Dari Byzantium, organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap. Sedangkan dari Arab, mereka banyak menyerap ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan, keilmuan, dan bahasa/huruf.
Agama dalam tradisi masyarakat Turki Usmani mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.
Kontributor: Yetty
Editor: Muhammad Nashir