Pahlawan Berlatar Ulama

Pahlawan Berlatar Ulama

Pahlawan Berlatar Belakang Ulama

Suaramuslim.net – Di negeri kita ada 3 gelar yang gampang diberikan ke sembarang orang. Walau yang bersangkutan tidak jelas pemikiran, sumbangsih dan prestasinya: Pertama, Bintang tanda jasa, Kedua, Doktor kehormatan (Doktor HC) dan  yang ketiga, Pahlawan nasional. Hari ini tepat tanggal 10 november. Di negeri kita diperingati sebagai “Hari pahlawan Nasional”. Hingga tulisan ini terbit, sudah lebih dari 173 tokoh yang digelari pahlawan nasional.

Perlu kita cermati bahwa selama ini, dalam buku sejarah Nasional terutama karangan Prof Dr Nugroho Notosusanto, ada semacam marginalisasi peranan pahlawan berlatar ulama dan santri. Gambaran sosok pahlawan pada Orde Baru didominasi sosok berlatar militer. Padahal pahlawan yang mewarnai sejarah bangsa berasal dari berbagai latar profesi dan etnis. Mereka berjasa di bidang lain, tak harus yang berjibaku di medan perang. Misalnya Pahlawan berlatar ulama atau kiai.

Alkisah pada tahun 2016, ada seorang kiai yang masuk ke dalam daftar pahlawan nasional. Kiai tersebut lahir di Makkah. Berdarah Madura dan punya gelar Raden. Hingga akhir hayatnya, Kiai kharismatik ini bisa kita kenang karena 4 hal :
1. Menolak dicalonkan sebagai Rais’ Aam dalam muktamar di Yogyakarta
2. Menyerukan penggembosan kepada PPP
3. Penggemar kuda, terutama yang warnanya putih
4. Mufaroqoh dari pemikiran dan polah tingkah Gus Dur. Katanya “Ibarat imam shalat, Gus Dur sudah batal kentut. Karena itu tak perlu lagi bermakmum kepadanya.”

Selain kisah kiai diatas, masih ada KH Zaenul Arifin. Beliau adalah pahlawan nasional. Namanya diabadikan menjadi nama ruas jalan di Kota Malang. Semasa hidupnya pernah mendampingi Bung Karno dalam lawatan ke Uni Soviet untuk melobi pemerintah soal pembukaan kembali Masjid biru. Beliau fasih berbahasa inggris dan seorang kutu buku.

Masih ada lagi pahlawan bernama HR Rasuna said. Beliau ini seorang santri. Tamat dari Sekolah dasar (SD), Rasuna mengenyam pendidikan agama di Pesantren ar-Rasyidiyah, asuhan Syekh Abdul Rasyid. Pernah mengaji kepada ayahanda Buya Hamka yakni Haji Rasul. Begini-begini Rasuna Said mahir berbahasa arab bahkan ahli pidato dan berdebat (lihat buku Ulama perempuan Indonesia, 2002, hal 71-74).

Bulan ini, ada  6 orang tokoh pada hari kamis diberi gelar pahlawan. Di antara mereka ada KH Syam’un. Dilansir dari laman nu.or.id,  sosok yang satu ini  tidak sepopuler nama-nama tokoh yang telah mendapat gelar pahlawan seperti KH Wahid Hasyim, KH As’ad Syamsul Arifin dan sebagainya. Namun sesungguhnya, kiprahnya untuk negeri ini tidaklah kecil. Dia adalah seorang  pejuang, santri sekaligus Bupati Serang.

Kendati sibuk dengan pesantren yang dididirikannya, namun KH Syam’un tidak melalaikan tanggung jawabnya sebagai warga negara. Ia ikut turun ke medan tempur untuk mengusir penjajah (Belanda). Bahkan ia akhirnya diangkat menjadi komandan Batalyon (daidancho) PETA (Pembela Tanah Air)  bersama KH Achmad Chatib.

Terakhir sebelum mengakhiri tulisan ini, ada lagi yang perlu dilakukan oleh guru pengajar mata pelajaran Sejarah Indonesia maupun yang mengajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Mereka perlu mensosialisasikan kepada anak-anak didiknya tokoh-tokoh yang baru-baru ini diberi gelar pahlawan nasional. Tujuannya agar mereka bisa memetik hikmah dan sekaligus menyegarkan ingatan di kepala mereka agar tak selalu terbayang nama-nama artis, pemain sepak bola bahkan tokoh anime. Wallahu’allam

Kontributor: Fadh Ahmad Arifan*
Editor: Oki Aryono

*Penulis adalah alumnus Fakultas Syariah UIN Malang

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment