Setelah Meninggal, Kita Bisa Tetap Mendapat Pahala dengan Amal Jariyah Ini

Setelah Meninggal, Kita Bisa Tetap Mendapat Pahala dengan Amal Jariyah Ini

Setelah Meninggal, Kita Bisa Tetap Mendapat Pahala dengan Amal Jariyah Ini
Tunas tumbuhan.

Suaramuslim.net – Kematian adalah misteri. Ini adalah rahasia ilahi sebagaimana pula kapan terjadinya hari kiamat. Kematian pada diri seorang manusia pun disebut juga sebagai kiamat kecil. Tak ada yang tahu. Tak ada amal lagi setelah mati. Tapi Allah menjanjikan pahala bagi kita meski kita telah meninggal dunia. Setelah meninggal, kita bisa tetap mendapat pahala dengan amal jariyah ini.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. menjelaskan bahwa kematian seseorang merupakan kiamat bagi si mayit. Itulah akhir dari kehidupannya di dunia. Tidak ada lagi yang bisa dilakukannya untuk menambah amal kebaikan setelah itu.

Namun, ada amal-amal kebaikan yang masih bisa memberikan pahala kepada pelakunya, atas izin Allah tentu saja. Setelah meninggal, kita bisa tetap mendapat pahala dengan amal jariyah ini.

Namun, Allah SWT Maha Penyayang. Manusia masih bisa menerima pahala meski dia telah meninggal dunia. Berikut ini sebagian contoh kecil amal perbuatan yang bermanfaat dan pahalanya tetap mengalir kepada manusia walau ia telah mati. Setelah meninggal, kita bisa tetap mendapat pahala dengan amal jariyah ini. Sehingga kita patut mengamalkannya sepanjang hayat masih dikandung badan.

  1. Mewakafkan tanah, kebun, gedung, atau rumah yang dikelola dan hasilnya untuk kepentingan sosial.

Umar Bin Khatab memperoleh bagian tanah di Khaibar. Lalu dia datang menemui Nabi saw dan berkata, “Aku telah mendapatkan bagian tanah, yang mana saya tidak memperoleh harta yang paling berharga bagiku selain sebidang tanah ini. Maka apa yang akan engkau perintahkan kepadaku dengan sebidang tanah ini?”

Lalu Nabi saw. bersabda, “Jika engkau menghendaki, engkau tahan tanahnya (wakaf , Red.) dan sedekahkan hasilnya.” Lalu Umar menyedekahkan hasilnya. “Sungguh tanah ini tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan tidak boleh diwariskan, tetapi diinfakkan hasilnya untuk fakir, kerabat, untuk membebaskan budak, untuk kepentingan di jalan Allah swt. untuk menjamu tamu dan untuk ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan). Tidak ada dosa bagi yang mengurusinya, apabila dia memakan sebagian hasilnya secara ma’ruf, atau memberi makan temannya tanpa menimbun hasilnya” (HR. al-Bukhari no. 2565 dan Muslim no. 3085).

  1. Mewakafkan kendaraan untuk kepentingan umum.

Rasulullah saw. bersabda, Siapa saja yang menyiapkan kebutuhan seorang yang berjihad fi sabilillah maka sungguh ia telah ikut berjihad. Dan siapa yang mengurus keluarga orang yang berjihad fi sabilillah dengan baik maka sungguh ia telah ikut berjihad(Muttafaq ‘Alaih).

Makna menyiapkan sesuatu untuk orang yang berperang adalah menyiapkan untuknya apa saja yang dibutuhkan dalam perjalanan dan jihadnya. Orang yang mewakafkan perbekalan perjuangan akan mendapat pahala jihad atau dicatat untuknya pahala berjihad fi sabilillah walaupun ia tidak ikut karena ia membantu orang yang sedang berjihad fi sabilillah.

  1. Menghadiahkan Mushaf Al Quran

Menghadiahkan Al Quran berarti memberi fasilitas orang lain untuk bisa mendapatkan pahala sebanyak huruf yang dibaca dalam al-Quran. Nabi saw. bersabda, “Siapa yang membaca satu huruf dalam Al Quran maka dia mendapatkan satu pahala. Dan satu pahala dilipatkan 10 kali” (HR. Turmudzi no. 3158).

Terutama ketika hadiah Al Quran itu tepat sasaran. Benar-benar diberikan kepada mereka yang rajin membaca Al Quran atau mereka yang menghafalkan Al Quran.

  1. Menggali sumur atau sumber air

Suatu ketika ada seorang lelaki sangat kehausan, lalu ia menjumpai sebuah sumur. Dia pun turun sumur itu, lalu minum. Sesampainya di atas, dia melihat seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya memakan tanah yang lembab saking hausnya. Lelaki itu mengatakan, “Anjing ini pasti merasa sangat kehausan.”

Lalu ia kembali turun ke dalam sumur. Setelah itu ia beri minum anjing tersebut. Rasulullah bersabda, “(Oleh karena perbuatannya itu) Allah pun memujinya dan mengampuninya.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah perbuatan baik kita terhadap hewan mendapat ganjaran pahala?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya, pada setiap nyawa itu ada pahala” (Muttafaqun ‘alaihi).

Jika hanya dengan memberi minum seekor anjing bisa menyebabkan semua dosanya terampuni, bagaimana pula dengan orang yang membuat sebuah sumur atau sumber air yang bisa dimanfaatkan banyak orang?

  1. Menanam pohon/tanaman yang dapat dimanfaatkan banyak manusia dan hewan.

Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kecuali yang dimakan darinya merupakan sedekah, apa yang dicuri darinya pun merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh binatang buas merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh burung merupakan sedekah, dan apa yang diambil oleh orang lain juga merupakan sedekah” (HR. Muslim). Dalam lafal lain, “…Merupakan sedekah sampai akhir kiamat.”

Seseorang pernah bertemu sahabat Nabi bernama Abu Darda’ yang sedang menanam pohon. Kemudian, laki-laki itu bertanya kepadanya, “Wahai Abu Darda’, mengapa engkau tanam pohon ini, padahal engkau sudah tua sedangkan pohon ini tidak akan berbuah kecuali sekian tahun lamanya?” Abu Darda’ menjawab, “Bukankah aku yang akan memetik pahalanya di samping untuk dimakan orang lain?”

  1. Mengajarkan ilmu yang bermanfaat

Nabi saw bersabda, “Apabila anak Adam itu mati, maka terputuslah amalnya, kecuali (amal) dari tiga ini: sedekah yang berlaku terus menerus, pengetahuan yang dimanfaatkan, dan anak sholeh yang mendoakan dia.” (HR. Muslim).

Kita ambil contoh saja misalnya Abu Hurairah. Ia meriwayatkan 5.374 hadis dari Rasulullah saw. Maka, selama kaum muslimin mandapat banyak pelajaran dan hikmah dari hadis-hadis ini, maka insyallah Abu Hurairah mendapat pahala ilmu yang terus bermanfaat ini.

Jangan remehkan ilmu atau pengetahuan meskipun kecil. Kami (redaksi suaramuslim.net) pernah dititipi seorang siswa SMK yang sedang magang di ruang redaksi. Kami hanya memberi satu tugas yang sangat sederhana: mengetik beberapa bab isi buku. Ya hanya mengetik saja. Bukan mengarang atau mengedit. Hanya memang buku-buku itu termasuk yang sangat tebal. Misalnya buku sejarah nabi-nabi atau kitab rujukan Islam seperti bab keimanan dan tasawuf.

Setelah selesai tugas magang, siswa itu lulus SMK dan sudah bekerja. Setelah sekian tahun, dia menyapa kami di media sosial dan mengucapkan terima kasih atas ilmunya selama magang. Kami sudah lupa ilmu yang mana itu. Karena tak ada pelatihan khusus atau keterampilan khusus yang diajarkan.

Lalu dia mengungkapkan kebiasaan mengetik isi buku berlembar-lembar itu membuat dia terampil dengan cekatan. “Tugas saya di tempat kerja sekarang hanya mengetik Pak. Itu sangat bermanfaat bagi saya dan pekerjaan saya.” Masya Allah. Kami tak menyangka bahwa pengalaman itu sangat berharga baginya. Semoga pahalanya terus mengalir. Maka, jangan remehkan sekecil apapun ilmu atau pengetahuan kamu. Semoga menjadi amal jariyah bagi kita semua.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment